Senin, 20 Desember 2010

ONLINE! ONLINE!


Beberapa mahasiswa Universitas Nusa Cendana, Kupang, sedang online di depan rektorat.
Universitas ini yang memiliki misi Universitas Berwawasan Global, memang telah menyediakan sarana hot spot gratis bagi mahasiswa sayangnya belum menyediakan file-file yang berkaitan dengan perkuliahan agar bisa diunduh mahasiswa dari situs universitas.

Jumat, 17 Desember 2010

BELI TEROMPET


Seorang anak yang bersama mamanya di kawasan pertokoan Siliwangi, Kota Kupang, membeli terompet.
Dalam momen Natal dan tahun baru, para Pedagang Kaki Lima (PKL)bisa kebanjiran rejeki dengan berjualan terompet atau petasan.

MELIHAT POHON NATAL


Seorang ibu dan seorang gadis melihat pohon natal yang dipajang di sebuah toko, di Kota Kupang. Harga pohon natal yang dijual mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupian namun banyak orang yang rela merogoh uang agar bisa merayakan Natal dengan pohon natal yang gemerlapan.

Kamis, 16 Desember 2010

Siliwangi Macet


Kawasan Jl. Siliwangi, Kota Kupang disesaki bemo, truk pengangkut barang dan orang-orang yang hendak berbelanja. Memasuki perayaan Natal di tahun ini, kawasan ini ramai pengunjung. Tidak adanya lahan parkir untuk pengunjung membuat kemacetan yang lumayan parah.

Rabu, 15 Desember 2010

Penganggur Intelektual Adu Nasib

Setelah hilir mudik mengurus kelengkapan administrasi dan ikut dalam antrian panjang untuk melamar sebagai peserta tes Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah (CPNSD), ribuan pelamar di NTT dijadwalkan mengikuti tes tertulis pada 13 Desember 2010. Sebagian di antara pencari kerja tersebut tentu merupakan penyandang gelar sarjana atau diploma yang selama ini menganggur. Menurut data BPS Pusat, sebanyak 628 ribu sarjana dan sekitar 1,1 juta lulusan D3 yang menganggur (Tribun News, 8 Juni 2010). Khususnya di NTT, pengangguran bergelar sarjana atau diploma sebanyak 41,21 persen (Timor Express, 6 Desember 2010) Jumlah sarjana pengangguran tersebut tentu semakin bertambah seiring dengan terus digelontorkannya ribuan sarjana dari berbagai perguruan tinggi atau yang sederajat.
Para panganggur intelektual tersebut seolah mendapat hembusan angin segar ketika ada tes penerimaan CPNSD. Loket-loket pendaftaran dikerumuni bagai semut mengerumuni sebutir gula.. Misalnya, di Kota Kupang, alokasi dalam formasi penerimaan CPNS sebanyak 104 orang, sementara pelamar 1.050 orang. Apakah 946 pelamar yang tidak lulus akan menganggur sambil menanti tes CPNSD tahun depan ataukah mencari pekerjaan lain?
Banyaknya pencari kerja yang melamar dan sedikitnya alokasi tenaga kerja dalam tes penerimaan CPNSD membuat sebagian pelamar termasuk yang selama ini menjadi penganggur, memandang momen tersebut sebagai ajang adu nasib. Mengikuti tes tersebut jangan sampai karena mujur atau bernasib baik sehingga dari puluhan orang dia yang lulus. Kalau tidak lulus tes mungkin nasib belum bagus. Apakah nasib yang baik hanya dapat diraih dengan menjadi seorang PNS? Nasib yang baik bahkan lebih baik tentu bisa didapat dengan menggeluti profesi lain. Lalu mengapa PNS merupakan profesi yang paling diminati untuk membuat ‘nasib’ lebih baik? Ada beberapa penyebabnya yaitu PNS sebagai alat ukur kesuksesan, gaji yang menggiurkan dan lulusan dari suatu jenjang pendidikan tidak memiliki keahlian tertentu.
Pertama, PNS sebagai alat ukur kesuksesan. Sebagian masyarakat NTT menganggap orang sukses atau bernasib baik ketika orang itu menjadi PNS. Seseorang akan dianggap telah ‘menjadi orang’ kalau sudah menjadi PNS dan menerima gaji setiap bulan. Entah sebelum menjadi PNS, dia adalah orang atau apa? Para orang tua begitu bangga kalau anaknya menjadi PNS. Anak kerap dihujani nasihat agar rajin bersekolah agar kelak menjadi menjadi PNS. Akhirnya yang ada dalam benak anak hanyalah menjadi sosok PNS dengan pakaian dinas dengan Nomor Induk Pegawai (NIP) bergantung di dada dan setiap bulan menerima gaji. Menurut Uskup Agung Ende, Mgr. Sensi Potokota, orang NTT sekarang sudah sangat gila menjadi PNS dan terkesan sudah menjadi virus (Flores Pos, 20 Mei 2010).
Kedua, gaji yang menggiurkan. Kalau menjadi PNS, sudah pasti menerima gaji jutaan rupiah setiap bulan. Dalam lampiran PP Nomor 25 Tahun 2010 Tentang Perubahan Keduabelas Atas PP Nomor 7 Tahun 1977 Tentang Peraturan Gaji PNS, seorang PNS golongan III a dengan masa kerja 0 tahun, gajinya Rp1.743.400 per bulan. Kalau PNS tersebut mencapai golongan IV e dengan masa kerjanya 32 tahun, gajinya Rp 3.580.000. Saat pensiun, tentu mendapat Tabungan Pensiun (Taspen) serta masih menerima gaji setiap bulan walau sudah tua dan hanya menghabiskan waktu di rumah. Bagaimana tidak tergiur untuk menjadi PNS?
Ketiga, lulusan dari suatu jenjang pendidikan tidak memiliki keahlian tertentu. Sudah berkali-kali pemimpin berbagai akademi, sekolah tinggi atau perguruan tinggi mengingatkan wisudawannya agar tidak mengharapkan lapangan pekerjaan dari pemerintah namun harus menciptakan lapangan kerja sendiri. Bagaimana seorang sarjana mau menciptakan lapangan pekerjaan kalau hanya wisuda dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang lumayan namun tidak memiliki sebuah keahlian atau keterampilan tertentu? Bagaimana seorang sarjana mau memiliki suatu keahlian kalau semasa kuliah, ia tidak ditunjang dengan sarana dan prasarana perkuliahan yang memadai serta tidak adanya kesadaran dari pribadinya untuk memiliki sebuah keahlian?
Akibat tidak memiliki suatu keahlian atau keterampilan, seorang sarjana hanya bisa menganggur lalu menanti adanya tes penerimaan CPNSD. Dalam tes ini keterampilan atau keahlian tidak dites namun yang dites adalah pengetahuan semata. Keahlian atau keterampilan menjadi urusan kemudian kalau sudah menjadi PNS.
Sampai kapan kita harus mengadu nasib untuk menjadi PNS? Apakah kita akan memiliki nasib buruk kalau menjadi petani, peternak, atau pengusaha unggul?
Semoga pada tanggal 23 Desember 2010, ketika hasil tes tertulis CPNSD diumumkan, para diploma atau sarjana yang tidak lulus atau belum memiliki ‘nasib’ baik, bisa memilih untuk berwirausaha atau memilih untuk menggeluti profesi lain.


Timor Express, 13 Desemmber 2010

Selasa, 07 Desember 2010

'BAGIAN PERLENGKAPAN' TIDAK LENGKAP


Seorang Pegawai Negeri Sipil melintas di depan papan nama BAGIAN PERLENGKAPAN, Sekretariat Daerah Kab. Timor Tengah Selatan. Namanya Bagian Perlengkapan namun nama pada papan tidak dilengkapi ketika copot. Huruf pada papan nama saja tidak mampu dilengkapi, bagaimana bisa menjalankan tugasnya dalam perlengkapan daerah???

TERMINAL MACAM KUBANGAN KERBAU


Terminal bus di Kota So'e, Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT, tak ubahnya seperti kubangan kerbau karena sebagian aspal jalannya sudah terkikis dan berlubang-lubang.

PEPAYA TUMBUH DI ATAS TUMPUKAN BATU MANGAN


Satu anakan pepaya tumbuh subur di atas batu mangan bermasalah yang ditumpuk di halaman depan kantor DPRD Timor Tengah Selatan. Batu mangan tidak hanya menyuburkan pepaya namun juga menyuburkan penambang, penjual, investor, pemerintah dll.

Selasa, 23 November 2010

School Green and Clean

Beberapa bulan yang lalu, setelah Wakil Wali Kota Kupang, Drs. Daniel Hurek membawakan materi “KGC Menuju Pembangunan Berwawasan Lingkungan” di hadapan ribuan mahasiswa peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN) Undana, salah satu peserta melalui pesan singkat mengusulkan supaya Kupang Green and Clean (KGC) bisa masuk sekolah atau ada School Green and Clean (SGC). Bapak wakil wali kota lalu membalas pesan singkat itu bahwa ide tersebut akan dipertimbangkan bersama berbagai pihak terkait.
Ide itu memang sesuatu yang patut dipertimbangkan dan ditindaklanjuti Pemerintah Kota serta sejumlah pihak terkait di dalamnya. Kalau ada KGC, apa salahnya jika ada juga SGC? Memang selama tiga tahun KGC berlangsung beberapa sekolah turut mendukung program ini dengan melakukan penghijauan, pembersihan sampah, daur ulang sampah dan sebagainya namun itu belum dilaksanakan secara maksimal. KGC yang dilaksanakan merupakan lomba hijau dan bersih antar kelurahan di Kota Kupang. KGC tersebut telah mengantar Kota Kupang tiga kali meraih Adipura pada kategori kota sedang. Bagaimana kalau ada SGC yang dapat mengantar salah satu sekolah di Kota Kupang dapat meraih piala Adiwiyata?
Menurut Paryadi (2008) seperti yang dikutip Lina Susanti, S.Pd dalam artikelnya “Green School, Sekolah Peduli Lingkungan”, green school atau sekolah hijau diartikan sebagai sekolah memiliki komitmen dan secara sistematis mengembangkan program untuk mengintemalisasikan nilai-nilai lingkungan dalam aktivitas sekolah. Untuk penerapannya di sekolah, LSM Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati) menggariskan lima hal yaitu kurikulum berbasis lingkungan, pendidikan berbasis komunitas, peningkatan kualitas lingkungan sekolah dan sekitarnya, sistem pendukung yang ramah lingkungan, serta manajemen sekolah berbasis lingkungan (http://freemixmatters.blogspot.com/2010/10/kumpulan-artikel-tentang-green-school.html). Penjabarannya misalkan mengaitkan pelajaran di sekolah dengan isu lingkungan hidup, pemanfaatan lahan di sekolah, pendaurulangan sampah dan sebagainya.
Dengan adanya gerakan hijau dan bersih di lingkungan sekolah berarti ada juga investasi jangka panjang dalam penanganan masalah lingkungan hidup. Bukankah mereka yang sementara duduk di bangku pendidikan adalah generasi harapan bangsa? Kalau sekarang mereka dididik untuk mencintai lingkungan, dalam waktu mendatang tentu generasi tersebut merupakan pecinta lingkungan yang menjaga dan melestarikan lingkungan. Manfaat lain yaitu para anak didik tidak hanya didik untuk menghafal pelajaran dan mencapai standar kelulusan tertentu tetapi memiliki sebuah kecerdasan dalam membangun hubungan dengan alam sekitar. Gerakan sekolah hijau juga akan menjadi jawaban bagi sekolah-sekolah di Kota Kupang yang lingkungannya masih gersang, tidak memiliki tanaman dengan alasan keterbatasan lahan serta merupakan produsen sampah kertas dan plastik.
Di beberapa tempat, sudah ada gerakan sekolah hijau, misalnya, Go Green School (GGS) yang digulirkan The Centre for The Betterment of Education (CBE), Yayasan KEHATI, dan Coca-Cola Foundation Indonesia (CCFI) di berbagai kota. Beberapa program GGS yang dilaksanakan di sekolah-sekolah bersangkutan seperti pembentukan kelompok green school di sekolah, pendaurulangan sampah, pembudidayaan tanaman obat dan tanaman hias, penyatuan isu lingkungan dalam materi pelajaran, pemanfaatan lahan sempit di sekolah dan sebagainya (http://www.kehati.or.id/) .
Selain Go Green School, ada juga Makassar Green School (MGS) di Makasar. Program MGS yang dicanangkan Pemerintah Kota Makasar merupakan bagian dari Makassar Green and Clean (MGC). Program MGS itu merupakan program sekolah hijau dan dikembangkan melalui pengembangan kurikulum pendidikan berwawasan lingkungan, peningkatan kualitas kawasan sekolah dan lingkungan sekitarnya, pengembangan pendidikan berbasis komunitas, pengembangan sistem pendukung yang ramah lingkungan, serta pengembangan manajemen sekolah berwawasan lingkungan (http://www.makassartv.co.id/)
Akankah ada gerakan hijau dan bersih di sekolah-sekolah yang ada di Kota Kupang? Semoga tulisan ini menjadi bahan inspiratif bagi Pemerintah Kota Kupang dan berbagai pihak terkait yang selama ini bergumul untuk menciptakan Kota Kupang yang hijau dan bersih. Besar harapannya semoga dalam pergumulan itu para anak didik sebagai generasi penerus bangsa juga dididik dan dilibatkan secara utuh untuk menjaga, memelihara dan melestarikan lingkungannya.


Opini ini diterbitkan pada Timex 8 November 2010

Senin, 22 November 2010

Mahasiswa Undana-ATK Tawuran

Aksi tawuran antar mahasiswa kembali pecah di Kota Kupang. Senin (22/11) kemarin, sekira pukul 10.30 Wita, halaman depan kampus Undana lama Kupang di jalan Soeharto 72 Naikoten 1 ini, dihujani dengan batu.
Mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling (BK) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang dan mahasiswa Akademi Tekhnik Kupang (ATK) terlibat tawuran sengit.

Mahasiswa dua kampus berdekatan itu terlihat saling kejar dan saling lempar menggunakan batu dalam jarak yang cukup dekat di halaman depan kampus. Aksi brutal berdurasi kurang lebih satu jam ini memuncak tatkala mahasiswa ATK berhasil menghantam mundur dan mematahkan pertahanan mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling (BK) yang saat itu memilih bertahan di depan kampus Undana lama.

Aksi berlanjut dan semakin tak terkendalikan lagi. Sejumlah mahasiswa ATK kemudian mengarahkan aksinya dengan melempari gedung kampus Undana lama. Akibatnya, sebagian besar kaca jendela depan kampus tersebut hancur tertimpa lemparan batu. Terdengar hanya bunyi pecahan kaca jendela yang rontok dan jatuh ke tanah.

Tak puas merusak kaca jendela, para mahasiswa ATK pun merusak tiga buah sepeda motor yang saat itu diparkir di halaman depan kampus. Adegan kekerasan yang dipertontonkan mahasiswa dari dua kampus yang gedungnya bersebelahan ini cukup menyedot perhatian warga yang datang menyaksikan dari arah luar terali besi di depan kampus dua kampus tersebut.

Mahasiswa yang kerap membabtis diri sebagai kaum intelektual dan kaum penegak moralitas bangsa ini pun mendapat kecaman dari warga yang berada di luar terali di depan kampus. Warga berteriak agar aksi segera dihentikan. Tidak terima, para mahasiswa ATK bahkan balik melempari warga di luar arena 'pentas kekerasan' yang dipertonkan secara tidak terpuji tersebut.

Aksi lemparan batu ke arah warga lalu memantik aksi balasan lemparan dari luar kampus. Warga berhamburan masuk ke dalam kampus hendak menangkap dan menggebuk beberapa mahasiswa ATK. Situasi semakin kacau, bentrokan antara mahasiswa dan warga nyaris terjadi.
Melihat kondisi ini, anggota Kepolisian Resor Kota (Polresta) Kupang dan anggota Polsekta Oebobo yang melakukan pengamanan saat itu langsung mengeluarkan tembakan peringatan sebanyak tiga kali. Aksi dua kelompok mahasiswa ini akhirnya berhasil dibubarkan.

Terkait pemicu kasus tawuran dua kelompok mahasiswa ini, Valentino Loma, salah seorang mahasiswa ATK saat melapor secara resmi di ruang Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Polresta Kupang, mengatakan, Senin pagi kemarin, ia dan salah seorang temannya bernama Alvan sementara berada di dalam kantin di depan Kampus Undana lama Kupang.

Saat itu, jelas Valentino Loma, dua orang pelaku yang tidak diketahui nama mereka namun diketahui sebagai mahasiswa BK FKIP Undana datang dan langsung memukul serta menendangnya di mulut dan hidung. Sementara salah satu pelakunya lagi sedang memegang sebongkah batu dan katepel di tangan. Saat dipukul tersebut, ia dan temannya Alves berlari untuk menyelamatkan diri ke arah kampus ATK. Sudah berada di dalam kampus ATK para pelaku terus mengejar dan melempari kampus tersebut dengan batu. Akibatnya, lima buah kaca pecah. Tidak terima, jelas Valentino aksi serangan balik dengan menggunakan batu pun dilakukan mahasiswa ATK. Tawuran masal pun terjadi ketika itu.

Sementara itu Pembantu Rektor (Purek) III Undana, Maximilianus Kapa kepada wartawan mengatakan, pihak Undana sampai saat ini belum mengetahui secara detail penyebab terjadinya tawuran masal tersebut. Pihak rektorat Undana, jelasnya sementar ini menghimpun para mahasiswa untuk mencari tahu siapa penyebab serta pelaku utama dalam kasus ini.
Terkait upaya damai, Maximilianus mengatakan, pihak Undana akan segera mengkonsultasikannya dengan ATK untuk diselesaikan secara intern.

Namun bila saja masalah ini tidak bisa diselesaikan secara intern maka jelasnya pihak-pihak yang merasa dirugikan akan melaporkan kasus ini ke kepolisian agar diproses secara hukum.
Wakapolresta Kupang, Kompol Danang Beni K kepada wartawan di lokasi kejadian mengatakan, pihak Polresta hanya melakukan pengamanan dan penertiban agar kondisi kembali kondusif. Namun bila saja ada yang merasa dirugikan dengan adanya tawuran tersebut, maka pihak kepolisian siap menerima setiap laporan yang diadukan pihak-pihak yang merasa dirugikan atau menjadi korban.

Data sementara yang dihimpun Timor Express di lokasi kejadian, yakni, mobil sedan salah seorang dosen FKIP Undana dirusak, tiga buah sepeda motor milik mahasiswa BK Undana dirusak, kaca jendela halaman depan Kampus Undana dirusak serta lima buah kaca jendela kampus ATK pun dirusak.
http://www.timorexpress.com/index.php?act=news&nid=41516

Jumat, 19 November 2010

BERMAIN FACEBOOK


Beberapa mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP, Universitas Nusa Cendana, Kupang, sedang bermain facebook di salah satu ruang komputer. Gratisnya mengakses internet ternyata hanya dimanfaatkan oleh sebagian besar mahasiswa di jurusan ini hanya untuk bermain facebook. HAnya sedikit sajayang menggunakannya sebagai media atau sumber belajar.

TROTOAR DIGALI


Trotoar di Jl. Adisucipto, Oesapa, Kota Kupang, digali untuk penanaman kabel Telkom. Penggalian trotoar ini sangat mengganggu aktifitas lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki.

MENGHINDARI SAMPAH


Seorang pejalan kaki berlari menghindari tumpukan sampah yang bau di Jl. A. Yani, Kota Kupang

Minggu, 07 November 2010

Butuh Gerakan Normalisasi DAS

Wakil Gubernur NTT, Ir. Esthon Foenay, mengingatkan Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Timor Tengah Utara (TTU) dan Belu serta semua stakeholders harus melakukan gerakan normalisasi daerah aliran sungai (DAS), bukan hanya Benenain. Anak Kali Benenain seperti Kali Ponaf dan lainnya harus mendapat perhatian sehingga keberadaan kali tersebut tidak mengancam manusia.



Bencana banjir di Desa Skinu, Kecamatan Toianas, Kabupaten TTS yang menewaskan 16 orang perlu dijadikan pelajaran berarti dalam membenahi semua daerah aliran sungai.



"Peristiwa Skinu, TTS harus menjadi inspirasi untuk mempercepat realisasi DAS terpadu. Dengan demikian, pemerintah tiga kabupaten dengan bantuan pemerintah pusat betul-betul menaruh perhatian pada DAS yang terkadang membawa malapetaka. Saya prihatin dengan peristiwa kemanusiaan akibat kekuatan alam," kata Esthon di ruang kerjanya, Jumat (5/11/2010).



Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, saat bersama rombongan mengunjungi lokasi banjir dan menghadiri pemakaman korban, menyatakan keprihatinan dan duka mendalam atas peristiwa kemanusiaan itu. Peristiwa itu, kata Lebu Raya, pasti tidak diinginkan oleh siapa saja, tapi telah terjadi karena kemauan alam. "Kita perlu merefleksikan peristiwa ini. Ini bencana tapi perlu diambil hikmahnya. Banjir itu terjadi karena hutan sudah berkurang akibat penebangan liar dan pembakaran oleh oknum yang tidak bertanggung jawab," kata Lebu Raya.



Bupati TTS, Ir. Paul Mella, mengatakan, banjir itu disebabkan kali yang dangkal sehingga tidak mampu menampung air hujan. Kali yang membawa bencana itu, katanya, sangat dangkal, hanya 1 meter, kemudian datang banjir setinggi 2 meter sehingga airnya meluar ke permukiman dan terjadi banjir yang menewaskan 16 warga, harta benda dan banyak yang kehilangan tempat tinggal.



Pantauan Pos Kupang, rumah-rumah penduduk pada dua dusun hancur berantakan diporak-porandakan banjir yang datang pada tengah malam, di saat semua penduduk desa telah lelap dalam tidur. Luapan Kali Ponaf yang daerah alirannya lebih tinggi dari lokasi pemukiman, menyapu tanaman, pohon-pohon hingga puluhan rumah. Terlihat luapan air itu masuk ke jalan lalu meluap ke sayap kiri dan kanan tempat pemukiman penduduk.



Selain Kali Ponaf, masih ada dua kali di sekitar yang rawan banjir.



Dibahas Satkorlak Dari SoE, Ibu kota Kabupaten TTS dilaporkan, Ketua Satkorlak yang juga adalah Wakil Bupati TTS, Drs. Benny A Litelnoni, mengatakan, upaya penanganan pasca bencana banjir bandang di Desa Skinu, segera dibahas bersama bupati dan pihak teknis terkait.



Penanganan bencana di TTS perlu dibahas bersama dan dipersiapkan secara baik agar penanganannya tepat sasaran, sehingga tidak terjadi hal yang sama di kemudian hari. "Upaya penanganan pasca bencana, termasuk pemulihan psikologi sosial bagi korban dan warga sekitar yang terkena dampaknya," kata Litelnoni saat ditemui di rumah jabatan wakil bupati, Jumat (5/11/2010). Litelnoni mengatakan, penanganan pasca bencana banjir bandang di Desa Skinu akan dilakukan normalisasi kali. Namun tergantung hasil identifikasi tim teknis, jika tidak memungkinkan, maka korban akan di relokasi pada tempat yang lebih aman pada tahun 2011 mendatang.



Menurut Litelnoni, Satkorlak terus membuka kesempatan kepada pihak-pihak yang ingin memberi bantuan kepada korban banjir bandang di Skinu, namun melalui Satkorlak agar bisa terpantau dan terfokus pada korban.



Menurut Litelnoni, tahun 2010 ini Kabupaten TTS mendapat bantuan dana bencana dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pusat sebesar Rp 6,5 miliar. Namun pemanfaatannya berdasarkan usulan pemerintah daerah sebelumnya, sehingga tidak termasuk bencana di Skinu. Walau demikian, Litelnoni menegaskan, jika dana tersebut masih tersisa maka bisa dimanfaatkan untuk penanggulangan pasca bencana banjir bandang di Desa Skinu.



Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten TTS, Drs. Martinus Tafui, mengatakan, untuk penanganan tanggap darurat bagi korban bencana banjir bandang di Desa Skinu, telah dibangun dua posko pelayanan umum dan kesehatan. Dan, pemerintah daerah juga telah mencairkan dana tanggap darurat sebesar Rp 50 juta untuk membantu para korban menyedikan berbagai kebutuhan mereka.



Selain itu, lanjut Tafui bantuan beras sebanyak dua ton, supermi dan biscuat masing-masing 40 dos, lampu strongking 8 buah, perlengkapan dapur, kain panas dan kain sarung masing-masing 100 lebar, air mineral 50 dos, terpal 30 buah dan center berukuran besar sebanyak 4 buah. Menurutnya, untuk bantuan air bersih telah disiagakan satu buah tangki air dan dua fiber untuk menampung air pada lokasi pengungsian sementara di kantor desa setempat.



Tafui mengatakan, sesuai hasil identifikasi, sebanyak 161 rumah rusak yang terdiri dari 155 rusak ringan dan 7 rusak berat atau terhanyut serta ternak sapi sebanyak 5 ekor, sementara ternak lainnya belum teridentifikasi.



http://www.pos-kupang.com/read/artikel/54854/regionalntt/tirosa/2010/11/6/butuh-gerakan-normalisasi-das

Tak Ada Bunyi Kodok...

TAK seperti biasa, warga Dusun C dan D Desa Skinu, Kecamatan Toianas, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) yang saling bertukaran korek api atau pemantik gas untuk menyalahkan tunggu api di pagi hari. Tak lagi anak-anak yang berlarian di pagi yang cerah. Semuanya murung, semuanya sedih. Kampung itu berubah menjadi bisu.



Yang terdengar hanyalah tangisan anak-anak yang kehilangan orangtua, tangisan orangtua yang kehilangan anak dan tangisan sanak keluarga yang kehilangan anggota keluarga mereka.



Kampung yang tertata rapi dengan rumah-rumah bebak porak poranda. Tanaman dan hewan piara pun hanyut terbawa banjir. Kali Ponof yang selama ini merupakan sahabat warga untuk mandi dan cuci berubah galak dan garang. Di tengah keheningan malam, di saat sahabat warganya lelap dalam tidur, tiba-tiba sang sahabat itu mengamuk menerjang kampung yang dihuni 361 kepala keluarga itu. Betul-betul garang. Rumah- rumah penduduk disapu rata, penghuninya pun dikoyak lalu diterjang hingga tewas meregang nyawa.



Kornelis dan Timo, warga Desa Skinu yang ditemui di sela-sela pemakaman massal 15 korban yang berhasil ditemukan warga, Kamis (4/11/2010) malam, menuturkan, semua mereka tak menyangka kali yang sehari-hari menjadi tempat bermain anak- anak, menjadi tempat mandi dan cuci warga berubah ganas lalu mengirim banjir hingga menewaskan sahabat mereka. Selama ini kali tersebut tenang-tenang saja. Mereka sama sekali tak menyangka kali tersebut bisa memangsai sahabat warga setempat. Apalagi tidak ada tanda-tanda bahwa kampung itu akan diporak-porandakan banjir.



Kornelis dan Timo menuturkan, mereka tak menyangka terjadi duka nestapa di kampung mereka. Tidak ada tanda-tanda seperti raungan anjing atau suara kodok. Jika ada warga di dusun mereka yang meninggal dunia, selalu ada raungan anjing yang diyakini sebagai penanda ada duka yang menimpa warga. Menurut cerita nenek moyang, jika terjadi banjir warga mendengar tanda bunyi kodok di sore hari. Tapi tanda-tanda itu sama sekali tidak terdengar sehingga warga tak waspada.



Tetapi hanya dalam hitungan menit air di Kali Ponaf meluap sekitar dua meter tingginya meluncur menerjang 361 rumah di Dusun C dan D. Enam belas warga hanyut terbawa banjir bandang.



Banjir bandang itu menyisakan mayat dan nestapa bagi yang tersisa. Adakah musim bencana telah tiba? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan longsor dan banjir masih mengancam banyak wilayah di NTT.



Banjir bandang itu dilukiskan Bupati TTS, Ir. Paul Mella, selain karena melimpahnya curah hujan, kerusakan hutan juga menjadi penyebab utama terjadinya bencana yang meninggalkan duka nestapa itu.



Banjir bandang di desa itu, menurut Mella, adalah banjir terbesar sejak dirinya memimpin kabupaten wangi cendana itu. "Ini terjadi karena banyaknya penebangan liar di hutan pada lerengan yang segaris dengan daerah aliran sungai itu," katanya.



Duka nestapa itu mengundang Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, bersama rombongan meniti jalan batu berlumpur, menyeberangi kali untuk menyatakan turut berduka dan melihat langsung penderitaan rakyatnya. Sejak pukul 10.00 Wita, Kamis (4/11/2010), gubernur meninggalkan rutinitasnya di Jalan El Tari, Kupang menuju kota dingin SoE, lalu melintasi jalur tengah Amanatun Timur, Amanatur Utara dan Ayotupas hingga masuk ke tenda duka tepat pukul 19.00 Wita. Gubernur memberikan kekuatan kepada keluarga yang ditinggalkan mereka yang tewas tertimpa banjir. Bantuan darurat berupa tenda, selimut, perabot dapur dibawa serta untuk mereka yang kehilangan rumah dan harta benda.



Kepada keluarga korban dan warga desa itu, gubernur menitip harapan agar jangan tenggelam dalam duka nestapa. Bencana itu patut direfleksikan sebagai rencana Tuhan. Warga diminta bangkit dari suasana itu, dan rela direlokasi agar aman dari gangguan bencana alam. Warga juga diminta memperhatikan kelestarian lingkungan agar alam tidak murka.



http://www.pos-kupang.com/read/artikel/54853/regionalntt/tirosa/2010/11/6/tak-ada-bunyi-kodok

Satu Warga Hilang Belum Ditemukan, 15 Korban Banjir Dikubur Massal

Musibah banjir bandang yang menewaskan 15 warga Desa Skinu Kecamatan Toianas Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) akhirnya dikubur massal dalam satu liang lahat, Kamis (4/11) kemarin. Sampai kemarin, satu korban lainnya yang terbawa banjir belum ditemukan.



Bupati TTS, Paulus VR. Mella yang bermalam dilokasi bencana kepada Timor Express kemarin mengatakan pemerintah telah menyediakan peti bagi korban meninggal. Peti jenasah sudah dibawa sejak Rabu (3/11) dari SoE namun karena kali Tinuh meluao sehingga tidak bisa dilewati dan peti baru tiba dilokasi, Kamis (4/11) kemarin sekitar pukul 05.00 Wita. Setelah persiapan ke-15 jenasah langsung dimasukan ke peti untuk dimakamkan.



Pihak keluarga korban menghendaki tiap jenasah dimakamkan masing-masing satu liang lahat. Namun berbagai pertimbangan dari Bupati Paulus Mella akhirnya keluarga setuju para korban dimakamkan massal.



"Peti sudah disiapkan (bagian dalamnya dihiasi Red) dan kemarin pagi 15 jenasah telah dimasukan kedalam peti. Persiapan lubang dilakukan oleh Anggota TNI Kompi C dan D dari Atambua disamping anggota lainnya dibantu masyarakat terus menyisir lokasi kejadian hingga arah pantai untuk mencari salah satu korban banjir, Martha Koto-Timo yang belum ditemukan," jelas Paulus Mella.



Bantuan bagi para korban terus berdatangan baik dari Pemkab TTS maupun Pemprov NTT berupa sembako, selimut, terpal, tangki air, mie instan, biskuit dan obat-obatan. Termasuk petugas medis dan dokter tetap stand by diposko lokasi guna memberikan bantuan medis bagi korban yang selamat.



Paulus Mella mengakui sampai kemarin korban selamat yang masih bermukim dilokasi bencana telah dievakuasi ke tempat yang aman di Kantor Desa Skinu yang berada di tempat yang lebih tinggi. "Masyarakat kita dihimbau sementara tidak boleh kembali ke tempat atau lokasi kejadian sampai benar-benar kondisi atau cuaca dinyatakan aman," katanya. Untuk sementara kata dia, siswa SD dan SMP di Desa Skinu diliburkan karena bangunan sekolah rusak dan sebagian siswa ikut menjadi korban.



Pemerintah TTS kata dia, telah memperpersiapkan bantuan berupa pakaian seragam dan alat tulis menulis bagi siswa SD dan SMP korban banjir. Guna mengantisipasi meluapnya kali Pono jelas dia, pemerintah akan melakukan normalisasi kali dengan memasang bronjong dan mengarahkan air mengalir ke arah Selatan yang tidak ada perkampungan.



Ia memperkirakan kerugian material akibat banjir belum diperoleh karena semua masih fokus pada pencarian terhadap satu korban banjir yang hilang dan belum ditemukan. Wakil Ketua DPRD TTS, Ampera Seke Selan mengatakan, pemakaman 15 korban banjir bandang didahului dengan ibadah singkat dipimpin Pdt. Yacob Piter Rafael Moerisa.



Ke-15 peti jenasah disusun rapi di depan tenda duka yang dibangun di dataran lebih tinggi. Keluarga korban yang selamat duduk disamping peti jenasah keluarga mereka dan ribuan pelayat memadati tenda duka.



Acara pemakaman juga dihadiri Gubernur NTT, Frans Lebu Raya dan rombongan yang tiba dilokasi sekitar pukul 18.00 Wita. Sedianya, pemakaman dilaksanakan sekira pukul 16.00 Wita namun karena Gubernur NTT, Frans Lebu Raya akan menghadiri acara sehingga diundur pukul 17.00 Wita. Dan pemakaman baru dilaksanakan pukul 19.00 Wita yang membuat seluruh keluarga histeris begitu jenazah dimasukkan dalam liang lahat.

http://www.timorexpress.com/index.php?act=news&nid=41375

Minggu, 24 Oktober 2010

HAU IHA NEE

Maubesi-Atambua

Kamis, 1 Juli 2010
Bus Sinar Gemilang melaju cukup kencang. Sesekali terdengar bunyi gesekan kampas rem. Semua penumpang tampak membisu dan kerap turut bergoncang bersama bus. Penumpang yang tertidur hanya oleng kiri, oleng kanan bagai orang teler ketika bus menikung. Suhu dalam bus amat hangat karena semua pintu dan jendela tertutup rapat ditambah lagi dengan alunan pop mancanegara yang mendayu seolah membuai Giring untuk tertidur. Rugi kalau tidur! Ini adalah perjalanan pertama Giring ke Atambua sehingga pemandangan sepanjang jalan patut direkam untuk dikisahkan.
Giring yang duduk di deret kiri bus (kursi ketiga dari depan) terus melihat ke luar dari balik jendela bus. Kaca jendela bus yang berwarna agak gelap dan butiran hujan rintik yang menimpanya menghasilkan pemandangan blur saat bus melaju kencang. Kendati demikian, jiwa petualang dan ‘naluri wartawan’ Giring menangkap semua itu dengan jernih.
Beberapa menit setelah keluar dari Kota Kefa, track yang agak lurus dan rata membelah pemukiman warga. Rumah-rumah warga berbanjar sedikit rapi. Uniknya, di depan setiap rumah selalu ada lopo. Sepertinya ada kewajiban bagi setiap warga untuk membangunnya. Ada lopo yang bertiang beton, beratap seng. Ada juga yang bertiang kayu, beratap rumput ilalang. Sepanjang beberapa kilo meter, lopo-lopo terlihat laksana film yang di-rewind. Hal ini menjadi sebuah usikan bagi Giring yang sudah satu jam lebih duduk sampai pantat seperti mau terbakar. Ah, inikah Maubesi?
Ya, tadi sempat terlihat papan nama bertuliskan SONAF MAUBESI. Di depan sonaf, berdirilah sebuah lopo yang besar dan megah. Kemungkinan raja Maubesi telah mewajibkan warganya untuk membuat lopo di depan rumahnya sehingga terlihat seperti yang dikisahkan tadi. Lopo merupakan tempat untuk musyawarah, melakukan pertemuan atau sekedar berkumpul dan juga merupakan tempat menyimpan bahan pangan. Membangun lopo memberi makna kita membangun kebersamaan dan kekeluargaan serta ketahanan pangan.
Tak lama kemudian, pemandangan sepanjang jalan di-next dari lopo ke sawah. Jalan raya hotmix yang agak lurus dan rata bagai garis hitam di tengah bentangan sawah yang menghijau. Jauh di sana, di sisi utara persawahan, barisan pegunungan yang berpayung awan putih kelam menjadi pagarnya.
Ketika pemandangan berganti dari lopo ke persawahan, Giring berpikir mungkin ini sudah masuk kawasan Belu (dalam perjalanan ke dua ke Atambua baru tahu kalau itu adalah kawasan Nurobo, Belu). Maklumlah, selama 22 tahun 35 hari menjalani hidup, Giring baru pertama kali ke Atambua makanya sangat terkesan dengan beberapa pemandangan. “Kalau pemandangan Niki-niki-Kefa, sudah bosan la…!!!”
* * *
Bus berhenti. Beberapa penumpang turun. “Su sampe mana e???” Di persimpangan jalan itu ada papan bertuliskan BRI Cabang Lurasik. “Ow, su sampe Lurasik. Sadiki le pasti sampe Atambua”. Om sopir terus tancap gas sementara hari sudah malam. Bus berhenti lagi di pertigaan yang ada patung (Pertigaan Halilulik) dan banyak penumpang yang turun. Di atas bus hanya beberapa orang. Tak lama kemudian Om Konjak mulai nagih uang. “Konjak, lewat Gereja Polycarpus ka, sa turun di situ! Sa orang baru jadi maklum sa.!!!”
* * *
Ada jalan dua jalur. Ow!! Mungkin sudah masuk kawasan Kota Atambua. Beberapa ratus meter dari ujung jalan dua jalur ini kemudian tampak hutan jati di kiri dan kanan jalan. Apa ini Nenuk? Giring pernah lihat foto jalan dua jalur ini yang kedua sisinya hutan jati, dalam berita di Timex. Dalam berita itu disebutkan tempatnya adalah Nenuk. Katanya di hutan itu sering terjadi tindakan kriminal.
Kalau ini Nenuk, berarti Atambua dan Polycarpus tak jauh lagi. Mungkin beberapa meter lagi sudah sampai. “Duh, karmana e??? Giring sonde tenang lai”. Semakin deg-degan ketika bus singgah di Pertamina. Kantor Kejaksaan Negeri Atambua lalu sampai di agen Sinar Gemilang. Bus kemudian terus berjalan lalu serong kiri ke Jl. Pramuka yang kiri kanan ada pertokoan. “Ade, kami ada buru untuk kembali Kupang jadi dengan ojek saja”.
Tukang ojek hanya menanyakan tujuan Giring lalu tak bicara lagi. Dari jarak beberapa meter terlihat menara gereja yang menjulang tinggi dan diterangi beberapa lampu.
Waktu di HP 18.08 Wita. “Tadi dari Niki-niki 14.40 Wita. Brapa jam perjalanan e??” Hitung sendiri su!!!
Giring sengaja berputar-putar di pertokoan yang di depan gereja sambil mengawasi situasi di sepuataran gereja. Ada sekelompok cewe yang lalu lalang. “Mau masuk pi dalam? Awi, rasa gmn gtu…!!!”. Giring lalu kirim SMS ke K Netty dan K Gina. K Netty kemudian telefon dengan satu nomor baru. K Netty bilang tunggu di situ, nanti saya jemput.
* * *
Inilah Polycarpus !!! Selama ini hanya fotonya dan lihat letaknya di Google Earth tapi malam ini su injak. Giring sepertinya tidak memiliki kata-kata yang indah untuk melukiskan Polycarpus. Hanya berteriak kagum dan sumringah dalam hati “Wouw!”. Bersama K Netty masuk lewat pintu samping kiri gereja dan tembus ke belakang. M m m m ..!!!! Syalom K Ay. Selain K Ay, ada juga satu ibu yang perkenalkan namanya, Ibu Vita. K Ay, K Netty ngomong2 tentang keberangkatan besok ke Loomaten. Tak lama kemudian…….. “K Gina. . . !!!”. K Gina baru datang dan rambut dalam foto di facebook lebih lurus dari yang terlihat malam ini. Hahahaaahahahaaaa…!!!
* * *
Ruangan kebaktian Polycarpus ini merupakan tempat yang baru bagi Giring namun pemudanya bukan orang baru (sekalipun banyak muka baru) bahkan secara emosional sudah akrab sebagai teman bahkan saudara. Ko sering SMSan dan chatting-chatting-an na..!!!
Giring yang duduk di antara pemuda Polycarpus untuk menanti ibadah malam bersama, sepertinya gmn gtu. Sudah pasti jadi pusat perhatian karena orang baru, juga rambut kayak sayur brokoli kelebihan pupuk urea. Banyak pemuda Polycarpus yang menjadi “orang baru” bagi Giring. Tentu banyak yang tidak ikut BC 2008 sehingga tidak saling kenal makanya sedikit asing. Namun bukankah ada K Ay, K Adi Tameon, K Ita Awolla, apalagi K Netty dan K Gina di sini??? Ow, cewe di samping Giring kenal sama Giring karena dia ikut BC 2008. Namanya Yun.
* * *
Lagu Hari Ini Ku Rasa Bahagia lalu menjadi pembuka ibadah. Giring benar-benar bahagia karena hari ini bisa bergabung lagi dengan pemuda Polycarpus. Ibadah dipimpin oleh Ibu Pdt Vita. “Jadi ibu Vita yang tadi itu pendeta di Polycarpus???”
Dalam renungan yang diambil dari I Samuel 3: 1-10, Pdt. Vita mengambil tema here I’m. Tema ini merupakan tema Bible Camp. Pdt. Vita dalam renungannya mengatakan bahwa Tuhan selalu memanggil kita melalui proses. Ketika kita dipanggil Tuhan, jawablah ini saya Tuhan, pakailah saya!
Setelah ibadah, K Ay, Ketua Panitia BC 2010 mengingatkan kami supaya besok berkumpul di gereja 08.30 Wita. Kebutuhan pribadi disiapkan sendiri, apalgi Autan karena di Loomaten banyak nyamuk. Berkaitan dengan Tatib, K Ay melarang untuk peserta tidak boleh membawa kendaraan sendiri. Selain itu juga melarang untuk pacaran dan mandi di kali sesampai di Loomaten. Katanya di kali banyak buaya. “Kalau kami yang sesama buaya sonde apa2 to K’?? Bedanya beta cuma buaya darat. Hahahaaaaa……”
Setelah K Ay, Pak Hero sebagai Ketua Pemuda Polycarpus periode 2007-2011, berharap agar peserta bisa mencerminkan Kekristenan di Loomaten. “Yang laki-laki jangan pakai anting-anting. Dengarlah panitia. Kalau jam makan, makan! Jam tidur, tidur!”
Sampai malam ini rupanya baru 48 peserta yang terdaftar dari target peserta 250 orang sehingga pendaftaran masih dibuka sampai besok.
* * *
Setelah beberapa meter arah selatan Polycarpus, belok kiri ke Jl. Dasi Besin yang papan nama jalannya sudah miring 900. Sekitar empat rumah, Zuzuki Thunder berhenti. K Ay turun dan buka pintu pagar. Toyota Land Cruiser sementara parkir di sisi kiri rumah. Seekor anjing besar langsung menyambut kami. “Jang coba-coba gigit beta kalo sonde ni malam beta RW lu na…!!! Kwkwkwkwkwkw!!!”
“Ni K Ay dong pu rumah”
Setelah makan malam dengan K Ay, kami pi warnet yang namanya Lopo Tech. Di warnet ini sudah ada Pak Hero, K Abba, K Netty, K Ayub, K Gina, K Adi Tameon, K yang rambut pendek, pake kacamata dan katanya K Anci Takene pu adik (ow, K Silvi), juga K satu lagi yang seperti boneka (K Nensy).
Pak Hero dan K Gina, Kordinator Seksi Perlengkapan & Akomodasi lalu mendaftar keperluan untuk kegiatan nanti (ban oto untuk games, cinderamata + uang bensin dll), sementara itu Giring bantu2 K Ayub membuat spanduk untuk dibentang di depan truk nanti. Di depan komputer, K Netty, K Gina dan ibu Vita lagi asyik taroso alias berselancar di dunia maya, facebook.

Off Road to Maktihan

Jumat, 2 Juli 2010
Di atas Toyota Land Cruiser kuning dengan driver-nya K Abba, kami bedesak-desakan. Di kursi depan ada Pdt. Lia dan Ma’ Len yang memangku mahasiswa Teologi yang praktek di Sion Kakuun. Sementara di belakang ada Giring, K Ayub, K Ruben dll termasuk K Adi Tameon yang kemudian dideportasi ke Avansa, mobil Pelayanan Jemaat Polycarpus Atambua. Di Avansa ada Pdt. Vita, K Ay, K Netty, K Ita cs.
Sesudah beberapa kilo meter dari Atambua, tepatnya di pertigaan yang ada patung orang bersenjata, kami belok kiri. Sekitar belasan kilo meter lagi dari pertigaan itu, belok kiri menuju Kakuun untuk mengantar Ibu Lia yang bertugas di Sion Kakuun. Waktu belok kiri itulah nuansa off road mulai terasa. Jalan ke Kakuun tidak beraspal tapi hanyalah tanah yang di atasnya tersusun batu-batu kali. Hanya beberapa meter saja kami sudah mencapai sungai. Menurut sejarah, sungai ini adalah pemisah umat Katolik yang menempati Seon dengan umat Protestan yang menempati Kakuun (Buku Panduan Bible Camp & Outbond Pemuda Polycarpus, 2009).
Jalan di tepi sungai penuh dengan lumpur becek yang tebal. Yang terlihat hanya bekas ban kendaraan yang membentuk dua rel yang agak dalam. “Ada pemutar roda depan kok takut???” Lumpur tebal ini kecilan….!
Mmmmmmm…. Tapi ada rintangan ke dua. Jalan untuk masuk ke sungai sudah digaruk “Si Leher Angsa” yang sementara menyaring pasir di sekitar sungai.
“Maso pi sa kaka…!!!!”
Air sungai keruh. Banyak batu yang besar. Tak tahu airnya dalam atau dangkal? Semua ‘penumpang’ turun kecuali Giring dan K Robi. Land Cruiser meraung-raung seiring pedal gas yang dimain-mainkan K Abba. Air sungai yang keruh tampias sana-sini. Toyota ini terguncang-guncang kala melindas batu-batu kali. Syukur, alhamdulilah! Kita berhasil menyebrang. “Eitsssssss!! Sabar dulu, Ma Len dll yang tadi turun dari mobil belum menyebrang. Kasi sebrang do……!!!”
Setelah menyebrangi sungai, jalannya menanjak, berbatu-batu dan bergelombang sedangkan di kedua sisi jalan adalah semak belukar. Aduan setir dan permainan pedal gas oleh K Abba membuat kami bisa melewati jalan itu sekalipun kami terguncang-guncang di dalam mobil.
Pada beberapa titik tertentu, jalan ini di-cor. Kata K Ayub, masyarakat Kakuun yang membuatnya secara swadaya. Sesudah menanjak dan berada di tengah ketinggian, sudah terlihat rumah-rumah penduduk yang di depannya ada papan panel PLTS.
Oh Kakuun, tempat yang sejuk karena menghijau dengan pepohonan. Sumber aer ju dekat di mana-mana. Katanya, waktu BC & Outbond 2009 di sini, lintas alamnya sangat menarik dan menantang para peserta.
Dari Kakuun, kami terus melaju menuju Betun. Ketika berada di puncak Kakuun, kabut amat tebal. Jarak pandang hanya beberapa meter. Di sisi-sisi jalan rumah panggung warga tampak samar karena kabut.
Tiba di suatu tempat, kebetulan hardtop berhenti sejenak. Beberapa anak kecil sedang bermain di pinggir jalan. K Robi yang sementara pegang kamera bilang foto bareng dengan ana-ana dulu bro. Begitu Giring berlari ke arah anak-anak itu untuk foto pose bareng mereka, semua langsung berlari ketakutan. “‘Takut rambut ko ade???”’ Hahahaaaaaa……!!!!! Ma Len tertawa terbahak-bahak melihat hal ini.
Tak lama setelah berjalan, kami kembali masuk ke jalur Atambua-Besikama. Jalannya beraspal namun berlubang-lubang dan penuh longsoran. Jalan yang banyak longsor yakni di kawasan yang katanya Suaka Margasatwa Kateri. “Ko bilang suaka margasatwa tapi di dalam ponu deng kebun.”
Setelah melewati kawasan suaka gundul dan longsoran ini, kami sudah masuk ke kawasan Betun. Rumah Sakit Umum Betun yang megah itu seolah menyongsong kami masuk ke Betun.
Inikah Betun? Banyak pertokoan dan bemo bercat hijau.
Kami lalu mampir ke Gereja Ebenhezer Betun tapi Avansa yang pasti sudah mendahului kami, tidak ada di sana. Kami ke rumah Pak Pendeta, di samping lapangan umum Betun, juga tak ada di sana. Ternyata penumpang-penumpang Avansa sementara pose-pose di jembatan Benenain. Huh!!!!
Pak Pendeta setuju untuk BC di Betun, “ini demi menyelamatkan program pemuda Polycarpus.”
Dari Betun, kami teruskan perjalanan ke Maktihan. Q Tella dan Sprite dari Ma Len memberi semangat baru bagi kami. Sesudah menyebrangi Benenain, jalan menuju Maktihan tak bedanya dengan saluran irigasi. Air membanjiri jalan hingga setinggi ½ ban Toyota. Anak-anak setempat begitu riang berbasah-basahan dalam genangan air di sepanjang jalan, sementara itu ada warga yang berupaya menguras air dari rumahnya. Selamatlah mereka yang berumah panggung.
Toyota kuning ini terus membelah air menuju Maktihan. Terkadang terguncang kala melindas lubang. K Abba bilang kalau mesin mati kita payah. “Kami siap dorong mobil. Ma Len ada kok takut!!!!” Hahaaaaaa…..
Akhirnya sampai juga di Imanuel Maktihan. Loomaten beberapa kilo metar lagi dari sini. Sesudah beristirahat sejenak, kami angkut kembali logistik BC yang sudah disiapkan untuk BC di Pniel Loomaten namun karena kemarin Loomaten kebanjiran sehingga logistiknya dibongkar di Maktihan.
Saatnya menuju Betun. Di belakang hardtop, kami terpaksa rela berbagi tempat dengan beberapa karung beras, ikan kering, satu rak telur dll. “Dudu lipat kaki sa sampe Betun. Kaki keram/kesemutan e!!!!”
Logistik BC diturunkan di rumah Pak Pendeta Ebenhezer Betun. Cerita2 lalu ngopi n makan gorengan. Makasi e Pak Vikaris atas pelayanannya…..!!!
Pulang pi Atambua su gelap malam. Mangantok e!!!! Ma Len deng K Ruben yang dapa tempat enak di depan ko tidor enak e…!!!!! Giring dari tadi hanya diam2 sa. K Abba kadang tanya bilang Giring ada ko??
* * *
Haaaaaaaaah….!!!! Off roadnya yang sulit dilupakan dan indah untuk dikenang. Lebih dari itu, perjalanan hari ini sudah melunasi kekecewaan atas tertundanya BC di Loomaten.
* * *
Pagi-pagi Giring sudah ready to go. K Ady Tameon jemput pakai Thunder dari Dasi Besin ke Polycarpus. Di parkiran gereja, Giring lalu berbasa-basi dengan K Is. Banyak orang yang sudah bermunculan dengan satu hingga dua tas, untung tidak bawa lemari sekalian ke gereja. Tepatnya jam 09.09 Wita, kami semua berkumpul di dalam gedung kebaktian. BC DITUNDA KE TANGGAL 9-11 JULI KARENA KONDISI DARURAT. GEREJA LOOMATEN TERGENANG
BANJIRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR!!!!!
Awiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii……………!
Giring pu badan spontan lemas e. “Ko jao2 dar Kupang, singgah Niki-niki trus lanjut pi Atambua tuk iko BC tapi kok batal?????????????????????????????????????????????????”
Peserta terlihat kecewa berat. K Ay dan K Netty terus berusaha memberikan penguatan-penguatan. “SYUKURLAH KARENA BANJIR TERJADI SEBELUM KITA DI SANA. SEANDAINYA KITA DI SANA BARU BANJIR, BAGAIMANA? KITA HARUS AMBIL HIKMAH DARI INI”, begitulah kata-kata penguatan dari Kepan BC 2010.
Dari pada kecewa, lebih baik stok makanan ringan untuk BC di Loomaten dikeroyok bareng saja. Sayangnya hanya Bro Addy Lado yang bongkar snacknya.
Walau sudah pamit di ortu untuk tiga hari di Loomaten namun jangan malu untuk pulang dini ke rumah e…….!

Here I’m

Kamis, 8 Juli 2010
Ketika hati terkandas pada yang jauh di sana, impian dan tekad mulai mengalir dalam jiwa menjadi sebuah gemuruh. Impian dan tekad itu melecutkan semangat, mengobarkan perjuangan untuk mengindahkan impian pada waktunya.
Bagi Giring, Atambua, Gereja Polycarpus dan kehadiran di Pniel Loomaten bersama Pemuda Jempol adalah sebuah impian. Sejak awal 2010, ketika menemukan sekian banyak pemuda Jempol di facebook, komunikasi mulai terbangun lancar baik via chatting maupun SMSan. Sejak itu timbulah niat untuk mengikuti BC di tahun ini. Niat ini kemudian diamini oleh beberapa teman pemuda Jempol, apalagi K Netty dan K Gina. Impian tentang kehadiran di Atambua, berada di Gereja Polycarpus dan kehadiran dalam BC bersama pemuda Jempol semakin menyala-nyala. Saking hebatnya impian ini, logo pemuda Jempol ditempel pada dinding kamar Giring. Foto gereja Poycarpus selalu dilihat. Letak Gereja Polycarpus kerap di-zoom in di Google Earth.
Ketika Giring ke Atambua dan masuk ke Gereja Polycarpus pada 1 Juli lalu berarti dua impian Giring telah indah pada waktunya. Namun ada satu impian yang belum indah pada waktunya yaitu kehadiran dalam BC 2010 karena BC yang rencananya di Loomaten ditunda. Untuk mewujudkan impian untuk hadir dalam BC, Giring haruslah sabar dan setia.
Sudah lewat pukul lima sore. Satu jam lebih Giring menunggu bus Atambua di Niki-niki namun hanya satu bus yang datang. Itu pun full dengan penumpang. “Mau karmana pun ni malam beta harus sampe di Atambua. Biar badiri sa di atas bis ju bae lah!” Untunglah Gemilang muncul dan masih ada satu kursi kosong.
Gemilang yang tidak bermusik ini akhirnya membawa kami sampai di Atambua dengan cara saksama dan dalam tempo yang selambat-lambatnya. Sudah malam. Pemandangan di luar tidak terlalu gelap karena diremangi lampu jalan. “Dasi Besin yang papan nama jalannya miring itu di mana e??” Setelah jembatan di Km.2 lalu sampailah di Dasi Besin.
Dari Dasi Besin kemudian menuju Lopo Tech. Di sini ada K Netty cs. Ada juga K Daud dan K Ruben yang membuat papan nama Jemaat Pniel Loomaten. K Ruben potong kertas sambil makan jagung bunga yang dibawa Giring.

Jumat, 9 Juli 2010
Waktu di HP Giring menunjukan 12.40 Wita. Tiga truk kuning dan satu hardtop beriringan meninggalkan halaman Gereja Polycarpus. Di atas truk yang Giring tumpangi, ada juga K Is, K Sil, K Nensy, K Ita cs (Opa Tameon, Nina Ate, Lodia Banik, Mira, Sarah dll). Baru sampai di Km 1, kami disambar hujan lebat. Semua panik lalu terburu-buru tarek terpal untuk berlindung dari hujan. “Sorry sister, tidak ada tali jadi pegang terpal sa e! Pegang kuat sa. Jang sampe angin tiup bawa kita deng terpal”
Ketika masuk kawasan Km. 3, hujan sudah reda.
* * *
Truk-truk dan hardtop terus beriringan menuju Betun. Giring lalu memilih untuk duduk di bagasi truk dengan Opa Tameon, biar pemandangannya bisa dinikmati.
Banyaknya ranting pohon yang merunduk membuat kami harus merunduk bahkan tiarap di atas truk. Terkadang kami terguncang-guncang karena jalannya yang tidak mulus. Kondisi jalan dari pertigaan Halilulik sampai Betun memang memenuhi syarat untuk dikasihani. Segala jenis lubang ada di sini. Mulai dari lubang seukuran lubang untuk menanam papaya sampai lubang seukuran lubang kubur. Seandainya ada yang celaka dan mampos di jalan ini, kubur saja di lubang-lubang yang ada di sepanjang jalan. Longsoran yang sampai di badan jalan juga terlalu banyak ditemukan di sepanjang jalan. Jalan ini merupakan salah dua atau mungkin salah tiga jalur menuju Betun dan Besikama bahkan menuju Motamasin, perbatasan RI dan RDTL, tapi kok bisa begini??? Mungkin kalau bupati atau gubernurnya orang Betun atau Besikama baru jalan ini bisa mulus, semulus paha cewe yang pakai celana umpan. Hahahaaaaaaaa!!!!!

Memasuki Kota Betun, kami disongsong hujan rintik. Setelah 204 menit menempuh perjalanan dari Polycarpus Atambua, akhrinya kami sampai di Ebehezer Betun. “Astaga, terpal di truk yang memuat berbagai perlengkapan setumpuk tas kami, bocor. Semua basah! Oh, Tas Giring yang berbahan dasar kantung semen Tonasa kedap air.”
* * *
Welcome to Ebenhezer Betun.
Kami lalu berjabatan tangan dengan pemuda Ebenhezer Betun. Tanpa menunggu lagi, K Maya mengambil alih ibadah pembukaan dengan bacaan Alkitab, I Samuel 3: 1-10. Ibadah ini kemudian diikuti dengan cek & recek peserta serta registrasi perserta dari Betun, kemudian pembagian kelompok. K Sil, dari Seksi Acara kemudian memberi nama setiap kelompok dengan nama hewan. Giring dan teman-temannya yang berada di kelompok lima mendapat nama Kelompok Tikus. Setiap anggota kelompok harus berperan sebagai bagian tubuh dari nama binatang seperti nama kelompoknya. Lalu mulailah perkenalan antar kelompok. Satu kelompok mendapat giliran untuk memperkenalkan diri lebih dahulu. Salah satu anggota kelompok yang berperan sebagai bagian tubuh binatang itu lalu memperkenalkan diri. Kelompok itu kemudian memilih kelompok lain. Bagian tubuh dari binatang itu (nama kelompok) yang hendak dikenal disebut kemudian anggota kelompok yang berperan sebagai bagian tubuh itu berdiri lalu memperkenalkan diri. Asyik!!!! Asyik !!! Cara perkenalan ini. Kreatif ju e!! Kalau waktu BC 2008 di Niki-niki, kami tulis nama di kertas baru saling mencari. Entah bagaimana dengan BC 2009 di Kakuun???
“Btw, KELOMPOK KODOK (K Netty, K Gina dll) mana e????
* * *
Dia Memanggilmu, materi pertama yang kami terima di malam ini dari Pdt. Dessie Tatengkeng, S.Th. Dengan gaya penyampaian yang terkadang bernada guyon, Pdt. Dessie menguraikan materinya slide per slide tentang panggilan Samuel dan keteladanan Samuel dalam menjawab panggilan Tuhan. Sehabis makan malam, kami lanjuta
kan dengan sharing bersama. Ada satu hal yang Giring tak sempat sharingkan malam itu yakni kita sebagai pemuda Kristen tidak hanya dipanggil oleh Tuhan tapi juga dipanggil oleh iblis. Suara iblis kadang selembut dan semanis suara Tuhan sehingga kita kira itu panggilan Tuhan. Setelah menjawab dan mengikutinya baru sadar kalau dia adalah iblis. Jadi selektiflah dalam menjawab panggilan Tuhan. Alkitab hendaknya dijadikan alat ukur untuk membedakan suara Tuhan dan suara iblis.
* * *
Karena agak kelelahan, setelah sharing dengan Pdt. Dessie, kami langsung ke penginapan, SD GMIT Betun untuk bobo. Yang perempuan di ruangan kanan sedangkan kami yang laki-laki di ruangan sebelah kiri. “Kalau yang tidak berjenis kelamin atau yang berjenis kelamin ganda tidurnya di mana e?” Hahahahaaaaaa……!!!
“Mat bobo kawan2 smua!!! Moga mimpi buruk. Tidor su, jang bacerita le…!”
Terpal biru yang dingin dirasakan bagai kasur busa yang empuk.


Sabtu, 10 Juli 2010
Baru 03.00 Wita dini hari, Giring sudah terjaga. Teman-teman se-terpal masih pulas. Mungkin sedang bermimpi tentang cewe-cewe Betun atau mungkin bermimpi tentang Piala Dunia. Jawabannya mungkin bisa tebaca dari gaya tidurnya. Oh ya, di ruangan ini kami tidur beralaskan terpal biru, ada yang masih beralaskan lagi selimutnya dan berbantal handuk, namun yang lebih unik adalah ada yang tidur beralaskan teman dan berbantal paha temannya. “Hahaaaa…!!!! Batendes su.. Biar hangat e bro dong!!!”
“Ah, lebih baik Giring bangun dan mempersiapkan renungan untuk ibadah pagi nanti. Kemarin, waktu di Lopo Tech, K Sil sudah meminta Giring untuk memimpin ibadah pagi.” Baru mencari-cari ayat untuk renungan, beberapa teman terjaga dan ikut bangun lalu bercerita-cerita entah soal apa. Konsentrasi buyar. Ruangan kembali hening setelah mereka saling mengajak untuk jalan-jalan pagi di Betun. Giring kembali mempersiapkan renungan yang diambil dari I Samuel 3:4-10.
Sudah pukul empat lebih, K Sil lalu memberi komando supaya Saat Teduh alias Sate. Giringlah yang mengambil alih Satenya. Setelah menyanyikan beberapa lagu, kami ibadah sesuai liturgi Sate dalam buku panduan BC. Menjelang doa penutup, beberapa cewe dari ruangan sebelah masuk dan bergabung dengan kami untuk Sate. “Jang kecewa e tapi kami tinggal mau doa penutup sa. Biar kita menyanyi-menyanyi dulu supaya sister dong jang kecewa. Nanti setelah itu baru salah satu sister pimpin doa penutup e!”
* * *

Akhirnya mendapat giliran untuk mandi setelah sekian lama antri panjang. Dari penginapan langsung ke lapangan voli Ebenhezer untuk olahraga. M m m m m !!! Giring yang memimpin senam pagi (hanya beberapa gerakan dari Senam Kesegaran Jasmani/SKJ 1998 Seri B). Semasa di SD, setiap pagi kami selalu senam dengan senam versi ini sehingga sampai sekarang Giring masih ingat beberapa gerakannya. “Tangan memegang kedua tempurung lutut, lutut sedikit ditekuk lalu pantat diputar ke kiri dan ke kanan sebanyak 2 kali 8 hitungan”
“Haaa???? Gerakan apa ni???”
“Ngebor lantai lapangan to!!! Hahahahaaaa….!!!!”
Senam pun selesai. Kami beralih ke olahraga lain. Berdiri dalam bentuk lingkaran sambil berpegangan tangan. Dengan iringan lagu Lifau yang dinyanyikan Jhony Lopez, kami berjalan memutar sambil
menghentakkan kaki. Sesekali disertai teriakan.
“Hia…….!!!! ”
“1….., 2……, 3!”
“Hia……!!!!”
Sehabis merenggangkan otot yang semalam kaku di atas terpal, Kemudian ibadah pagi. Sudah pasti Giring yang memimpin ibadah. “Sdr/I sekalian maupun tidak sekalian….” Baru mau mengawali ibadah, Giring sudah membuat hadirin tertawa terbahak-bahak. “Awas gigi kering!!!” Renungan yang tadi sudah dibuat kerangkanya tinggal disampaikan dengan mengembangkannya sembari menyisipkan beberapa humor. “Mari kita menyanyi, memuji Tuhan dari BCL (Bible Camp Lagu) nomor berapa saja….”
“Ada2 sa ni anak. Mau pimpin ibadah atau mau maen lawak???”
Hanya dua kemungkinan. Kalau bukan beribadah dalam lawak, ya, berlawak dan ibadah...
* * *
Begitu Giring turun dari mimbar kecil, Pdt. Ony Ndoen, S.Th kemudian menuju meja di depan mimbar utama. Hari ini Pdt Ony yang didampingi moderator, K Nensy, hendak menyampaikan materi Belajar dari Tokoh Samuel dalam Menjawab Panggilan Tuhan. Keteladanan Samuel diuraikan satu per satu secara jelas. Setelah itu, Pdt. Ony meminta kami secara berkelompok mengaitkan keteladanan Samuel bagi pemuda Kristen dalam konteks lingkungan gereja, keluarga, pacaran, pencapaian cita-cita dan dalam konteks Ipteks. Tugas kedua yaitu setiap kelompok harus mempresentasikan fragmen yang mencerminkan tentang isi materi tadi.
Kelompok Tikus (Nina Ate, Vira, Marlen, Rully, Teny, Semry, Yopi Berimau, Erwin Kana Kaja dan Giring) menyelesaikan tugas pertama dan membahas tugas kedua. “Yel-yelnya apa e??? Mau pentaskan apa”
“Gini sa, kita pentaskan kisah pemanggilan Samuel oleh Tuhan. Hanya bahasanya versi bahasa sehari-hari”
Okelah kalau begitu. Yopi berperan sebagai Tuhan, Semry sebagai Samuel dan Giring sebagai Eli. Tinggal yel-yelnya.
Giring ada rancangan yel-yel nih yang dimodifikasi dari lagu Slank. Di sini tempat jawab Tuhan. Salah tempat kalau kau jawab pacar. Di sini tempat orang yang penuh kemurahan. Tempat orang yangm urah hati…..
Kebetulan selain bernama Tikus, kelompok kami juga menyandang nama Kelompok Kemurahan. Yel-yel ini karena dalam kondisi mendesak sehingga disetujui saja oleh teman-teman.
Satu per satu kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Setelah itu, Pdt. Ony membuat kesimpulannya.
* * *
Kesimpulan dari Pdt. Ony mengakhiri session materi pertama. Pak berambut putih, mungkin pemateri kedua, telah menunggu di luar. Sebelum Pak itu masuk ke dalam gereja, kami masih dikhotbahi K Netty. K Netty bernada tinggi kepada kami demikian karena menurutnya tadi malam di ruang inap kami (laki-laki) konser sampai tengah malam. Baru dini hari sudah bangun dan konser lagi. “Interupsi! Dalam rangka klarifikasi. Setahu Giring, tidak ada konser dini hari di ruangan inap kami. Kami menyanyi hanya ketika Saat Teduh di atas pukul empat. Yang berisik di atas pukul tiga dini hari hanya beberapa teman yang terjaga dan bercerita namun tidak lama sudah hening setelah mereka jalan-jalan pagi di seputaran Betun”
Kami kemudian dikhotbahi lagi oleh Pak yang tadi duduk di luar tu, Pak Robert Martinus, B.Th dengan topik HERE I’M. Landaspijak beliau adalah I Petrus 3:9-10. Ayat ini didukung oleh setumpuk ayat yang disodorkan kepada kami. Suara bass Pdt. Robert terdengar tegas dalam memberi ulasan. Giring selalu siaga menyimak beliau karena peserta selalu disuruh membacakan beberapa ayat atau dijadikan alat peraga. Kalau tidak siap siaga payah su……
Tidak ada session tanya jawab bersama Pdt. Roberth, apalagi Pak Melki Takoy sudah memberi sinyal kepada beliau kalau waktunya sudah habis dan saatnya giliran Pak Melky untuk menjadi narasumber Sharing Tentang Organisasi Pemuda dan Masalah-Masalah di Sekitar Pergumulan Pemuda. Sebelumnya Pak Melky membagi kami menurut jemaat. Giring terdampar di kelompok pemuda jemaat Boas dan Kamanasa. Banyak masalah kepemudaan khususnya dalam pemuda Jempol yang disorotnya. Pak Hero dan K Gina, sebagai BP Pemuda Jempol periode 2007-2010 yang sementara duduk di kursi deret belakang kerap disebutnya.
* * *
Antrian terlalu panjang di penginapan. Giring nyaris tak mandi dan sudah nekat ikut kebaktian Penyegaran Iman (KPI) dengan tidak mandi. Tapi syukurlah, ada WC lowong. Sayangnya saluran pembuangan tersumbat sehingga sabun tergenang. Busa dan kulit sampo mengapung-apung. Ketika mandi, ya berdiri di atas closed lah. Ketika mau pakai celana panjang, terpaksa berdiri di atas bak WC supaya celana tidak basah oleh genangan air. “Untung ada bak WC. Kalau tidak ya, panjat tembok baru pake celana to…… Hahahaaaaaaa!!!”
* * *
Semua telah memasuki gereja dan menempati bangku-bangku panjang yang tadinya kosong. “M m m m m !!!! Pu harum lai. Ko orang dong baru habis mandi na.” Para cewe terlihat begitu manis seperti gula aer. Para begitu perkasa, seperkasa tiang penyangga lonceng gereja Ebenhezer.

Bro Addy Lado, Dini, Sarah dan Tasya sebagai singer kemudian memandu kami menyanyikan beberapa lagu memasuki KPI. Kemudian, Pdt. Roberth mulai masuk dengan khotbahnya untuk menyegarkan iman kami.
Entah bagian mana dari Alkitab yang dijadikan bahan renungan, Giring tak tahu. Sekilas dengar, khotbah beliau tentang Simon, penjala ikan yang dipanggil Yesus menjadi penjala manusia. Keseluruhan khotbah tidak disimak dengan serius. “Tadi kan Giring sudah konsep drama untuk Talent Show setelah KPI. Naasnya, konsep itu hilang. Gmn e?? Setelah lama mikir, yah buat berita kocak saja.” Sepanjang khotbah Giring dengan terburu-buru membuat beritanya. Khotbah selesai, 8 berita kocak selesai.
* * *
This time for Talent Show!
Kelompok Tikus dalam status ready to show.
K Sil lalu memaanggil nama kelompok secara acak untuk tampilkan talent-nya. Yossi, Meylisa cs sebagai kelompok yang pertama unjuk kebolehan dengan puisi yang dibacakan Yossi. Setelah itu, K Engel cs mementaskan drama mereka. Semua kru kelompok Tikus hanya tahan napas ketika K Sil hendak membacakan nama kelompok berikut. Ternyata kelompoknya Atri Riwu cs yang tampil dengan musikalisasi puisi. Kelompok Tikus yakin ini kali dapat giliran pentas. Sayangnya, K Ruben dkk (Kelompok Kucing alias Meong) yang maju dan menyanyikan sebuah lagu. Kelompok Tikus kapan e?? Ini masih giliran kelompoknya K Monche, K Ita cs yang menyanyikan lagu dengan musik dari alat dapur. Kemudian disusul kelompoknya Mira, Ida cs yang cukup mengguyon dengan puisi kocak mereka. Kelompoknya Lodia Banik, Yana Manafe cs juga tak mau ketinggalan show. Lalu, ada satu kelompok lagi yang mengutus Djeni untuk show dengan menyanyikan sebuah lagu secara solo. Yonel cs mementaskan drama tentang pemuda yang mabuk. Talent Show di malam minggu ini lalu ditutup dengan masuknya Kelompok Tikus ke arena pentas dan tampil dengan begitu fantastis, spektakuler dan memukau berpasang-pasang mata di ruang kebaktian ini. Kelompok Tikus mementaskan Berita Kocak. Giring menempati posisi penyiar dan berdiri di mimbar kecil sedangkan yang lain di samping kanan mimbar, bergilir melaporkan beritanya. Nama acara kami K ALDI alias Kemah Alkitab Dalam Berita. Beritanya aktual, menarik, fantastis, bombastis, romantis dan menggelitik sehingga banyak “pemirsa” yang tertawa histeris.
* * *
Kami semua duduk melingkar di lantai gereja. Neon dipadamkan. Hanyalah sebatang lilin besar meremangi kami. Kami semua tertunduk menghayati lagu yang dinyanyikan dengan penuh perasaan. Kata-kata refleksi yang bernada penyesalan, penyerahan diri pada Tuhan dan sebagainya menggema dalam gereja, meresap hingga sum-sum lalu menggelorakan selaksa rasa dalam onggokan hati. Entah berapa banyak hati yang tersentuh. Entah berapa galon butiran air mata yang jatuh. Entah berapa viber ingus yang mengalir. Semua ini bukanlah rengekan namun sebuah wujud ungkapan Here I’m.
* * *
Refleksi selesai. Yang terlihat hanya bekas air mata dan ingus di lantai gereja. K Ayub lalu mengambil alih microphone, menyesalkan ulah kami yang tidak menjaga kebersihan WC di penginapan sampai saluran pembuangannya tersumbat sampah dan pasir. Pak Hero juga menyesalkan ulah beberapa teman peserta yang dini hari tadi jalan-jalan pagi sampai PLN Betun tanpa sepengetahuan panitia. Selain itu juga menyesalkan KONSER semalam di penginapan (ruang tidur laki-laki).

Minggu, 11 Juli 2010
Begitu bangun pagi, eh ada Pak Hero di depan pintu ruangan. Rupanya tadi malam kami dikawal ketat panitia. Ketua Pemuda saja turun langsung ke TKP untuk mengawasi kami.
Beberapa teman laki-laki di ruang inap kami yang kemarin ‘konser’ dan yang jalan pagi sampai di PLN Betun membuat panitia tak ingin kecolongan lagi.
* * *
Kami semua lalu dikerahkan untuk membersihkan halamn gereja dan kembali untuk mandi di penginapan. Dari pada antri panjang di di penginapan, K Ay bilang mandi saja di kamar mandi gereja. Tidak perlu timba air lagi. Bak mandi sudah tersambung selang dari sumur. “Byurrrrrrrrrrrrrrrrr!!!”
Kebaktian pagi ini dimpimpin oleh Pdt. Vita dengan bacaan Alkitab dipilih dari Nehemia 4:1-14.
Bangku-bangku dalam gereja tidak ada yang kosong. Giring dan K Ay di bangku paling belakang. Jemaat Ebenhezer yang ikut kebaktian tidaklah banyak, yang paling banyak adalah peserta dan panitia BC yang jumlahnya ratusan orang. Saking banyaknya, pihak gereja harus menambah kursi pinjaman di sisi kiri dan kanan gereja.
Selepas kebaktian, dibawah komando Pak Hero dan K Ay, kami sapu bersih WC yang tersumbat dan lantai ruang inap yang kotor. Semua sudah bersih. Ayo foto bareng!!!
“Ayo berbaris di depan sekolah. Yang di depan duduk, yang di belakang berdiri”
“1…..2….creeet!!!!…...”
* * *
Siap! Tembak! Dooor! Salah satu game yang kami mainkan secara berkelompok. Begitu juga Happy Song KJ. K Ayub menyanyikan sepenggal lirik KJ lalu anggota kelompok yang tahu lirik selanjutnya, silahkan berdiri dan menyanyikannya. Eh, Kelompok Kodok (K Netty cs) juga ikut Happy Song.
Dan…….ini saat yang ditunggu-tunggu. Nge-games di luar gereja. Setiap kelompok sudah mulai melewati satu per satu rintangan yang membutuhkan nyali dan kekompakan. Rintangan pertama adalah melewati rongga ban. Ban kendaraan berukuran sedang ini ditanam di tanah berlumpur dengan jarak tertentu. Satu per satu merayap melewati rongga ban. “Awas makan lompor atau sesak dalam rongga ban”
Ow, badan penuh lumpur seperti kerbau sehabis berkubang. Sudah begitu lumpurnya bau.
Tantangan kedua ini menguji kerja sama tim. Mata kami ditutup dengan kain. Sebatang bambu yang diujungnya ada bola karet, diikat dengan tali rafia pada batang bambu ini. Tali rafia yang panjang ini kami pegang ujungnya Di bawah komando seorang teman yang tidak ditutup matanya, kami berusaha berjalan melewati rute yang ada. Hati-hatilah melangkah. Ada tali yang melintang. Kalau kaki tersangkut ya, jatuh! Tali rafia dipegang baik-baik ya! Kalau tidak bambunya goyang dan bola di atas bambu jatuh maka dinyatakan kalah. Belum sampai finish, kelompok Tikus gugur karena bola yang di atas bambu jatuh.
Game ketiga tidak terlalu menantang. Hanya membutuhkan kecepatan liukan tubuh yang tepat. Kami berdiri melingkar sambil berpegangan tangan. Gelang dari selang berdiameter sekitar 50 cm lebih yang sudah melingkar di tangan salah satu anggota kelompok kemudian dipindahkan ke teman yang lain dengan tetap berpegangan tangan.
Game terakhir yaitu menggigit sendok yang di atasnya ada kelereng. Lalu berjalan meliuk melewati deretan kursi menuju finis. Baru beberapa liukan, kelereng dari sendok Giring jatuh. Kelompok Tikus gagal lagi. Tapi syukurlah karena kelerengnya tidak tertelan.
* * *
Begitu turun dari truk, beberapa orang langsung salto ke kolam Tubaki. Yang masih berdiri di tepi kolam diseret atau dilempar ke kolam. Beberapa teman dari Betun terus mengejar Ketua Pemuda mereka sampai di dalam hutan di seputaran kolam Tubaki namun tidak berhasil diringkus untuk dilemparkan ke kolam. Giring yang tanganga di tepi kolam, diseret paksa lalu dilemparkan ke kolam oleh tiga orang teman dari Polycarpus.
Pulang dari kolam Tubaki, langsung membereskan semua bawaan. Tas-tas diangkut ke truk lalu ke gereja untuk ibadah penutupan. Sebelum itu, pengumuman pemenang Talent Show tadi malam dan games tadi siang. Kelompok Tikus memang tidak juara dalam games tapi Talent Show sudah pasti kamilah sang juara satunya. Enak!!! Dapat bingkisan yang isinya notes.
Setelah ibadah yang dipimpin Pak Vic. Simon Petrus Amung, S.Th kami bersalam-salaman lalu…………………………………..!!!!!!!!!!
Dadaaaaaaaaaaaaaaaa, Betun! Daaaaaaaaaaaaaa, Ebenhezer!!! Daaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa Pak Vic & K Bobi!! Daaaaaaa!!! Pemuda Ebenhezer Betun! Daaaaaaaaaaaaaa, mama2 yang bamasak untuk kami selama tiga hari!! Makasi atas semua-muanya!!! Mmmmmmuah! Mmmmmuah!!!!!!
Ketiga truk dan hardtop terus melaju menuju Atambua. Sepanjang jalan dari Betun-Atambua, Nina Ate, Yana, Sarah cs terus menyanyikan berbagai jenis lagu. Mulai dari lagu sekolah minggu, KJ, pop, dangdut hingga lagu-lagu perjuangan seperti Garuda Pancasila. Memasuki wilayah Nenuk, mereka ramai-ramai teriak “I’m coming Atambua.” Lalu ketika sampai di Km. 1 “I’m coming Polycarpus”.
Sesudah tas-tas dibongkar dan dibuang dari truk, semua berkumpul di dalam gereja dan berdoa. Sebelum pulang ada sesuatu dari Giring. Sebuah rekaman kegiatan selama BC 2008 di Niki-niki. Tulisan-tulisan ini pernah di-online-kan namun ditambahkan beberapa tulisan lagi lalu dibukukan. Sebenarnya buku ini harus dibawa ketika datang pertama kali ke Atambua namun karena terdesak oleh waktu sehingga tidak sempat cetak untuk perbanyak. Saat BC di Loomaten ditunda, Giring kembali dan dalam tenggang waktu yang ada, Giring mencetak dan memperbanyak buku tersebut. Hanya 18 eksemplar sementara ada 20 rayon dan ratusan pemuda. Nanti perbanyak sendiri e! Semoga tulisannya bermanfaat bagi kita semua. Nantikan saja buku tentang BC 2010 di Betun.

Ole-Ole dar Betun

Pada 11 Juli 2010 sore, sehabis penutupan BC, kita yang bukan orang Ebenhezer Betun. Melambaikan tangan kepada teman-teman yang berdiri di depan gereja menatap kepulangan kita ke Atambua. Dadaaaaaaaaaa...K Bobi,!!!!!! Daaaaaaa Pak Vicaris….!!! Daaaa…!!!! Semua-muanya…..!!! Sampai berjumpa lagi.
Sepulangnya dari Betun, ole-ole yang dibawa Giring begitu banyak. Teman-teman pemuda Jempol pasti belum dapat, sudah dapat atau sudah dapat namun ole-ole itu tenggelam di kolam Tubaki atau tersangkut pada bambu di hutan Kateri. Oleh karena itu, Giring mau bagi2 ole-ole do. Mau ko? Mau dong!!!

Ole-ole yg Giring dapa dar K Maya Lona
“Here I’m memiliki makna untuk menyatakan kehadiran dan penyerahan diri. Sementara itu, ada tiga hal yang patut dipelajari dari Samuel yaitu peka terhadap panggilan Tuhan, menjawab panggilan ketika mendengar panggilan dan mendengar nasihat Eli”.
(Renungan dalam Ibadah pembukaan BC dengan Firtu I Samuel 3:1-10 )


Ole-ole yg Giring dapa dar Pdt. Dessie Tatengkeng, S.Th
“Makna panggilan Tuhan: adanya pilihan dan pengutusan; ada misi dan tujuan khusus Tuhan; serta kita menjadi milik Tuhan ketika dipanggilNya.
Dalam menjawab panggilan Tuhan, karakter Samuel (peka, taat, tulus, responsif terhadap panggilan Tuhan, dan selalu dekat dengan Tuhan) kiranya menjadi teladan bagi kaum muda Kristen”. (inti materi DIA MEMANGGILMU yang dibawakan Pdt Dessie )

Ole-ole yang Giring dapa dar Pdt. Ony Ndoen, S.Th
“Dalam lingkungan gereja, pemuda harus siap dipanggil, aktif dalam ibadah pemuda tanpa embel-embel dan selalu mendekatkan diri pada Tuhan
Dalam lingkungan keluarga, pemuda harus taat pada keluarga karena keluarga merupakan fondasi pembentukan jati diri.
Dalam berpacaran, pemuda harus berpacaran secara sehat dan selalu menjaga diri.
Dalam perjuangan meraih cita-cita, pemuda hendaknya percaya dan belajar.
Dalam dunia Iptek, pemuda hendaknya memakai Iptek untuk kemuliaan Tuhan”
(kesimpulan materi BELAJAR DARI TOKOH SAMUEL DALAM MENJAWAB PANGGILAN TUHAN)


Ole-ole yang Giring dapa dar Pdt Robert Martinus, B.Th
“Tuhan datang untuk memanggil orang-orang berdosa. Saya adalah orang berdosa. Jadi, Tuhan memanggil saya”.
(sebuah penegasan dalam penyam paian materi HERE I’M)

“Ketika kita dipanggil Tuhan, kita akan: meninggalkan harta benda; berubah status menjadi murid atau anaknya; dan Allah selalu beserta kita”
(inti KPI yang dibawakan Pdt. Robert di Ebenhezer, Betun)



Ole-ole yang Giring dapa dar Pak Melki Takoy, SH
“Pengurus pemuda sebaiknya menjadi majelis di gereja sehingga bisa meloloskan program pemuda di tingkat majelis.
Pemuda harus mempunyai posisi strategis dan membuat kegiatan yang diperhitungkan. Selain itu etika struktur perlu diperhatikan dalam pembentukan kepanitiaan. Jangan sampai Ketua Pemuda menjadi kodinator seksi lagi”.
(beberapa poin dalam sharing tentang ORGANISASI PEMUDA DAN MASALAH-MASALAH DI SEKITAR PERGUMULAN PEMUDA)


Ole-ole yang Giring dapa dar Pdt. Divita Damajanti, S.Th
“Impian itu penting!
Dalam mewujudkan impian ada tantangan. Hal ini seperti yang dialami Nehemia ketika memiliki impian untuk membangun tembok Yerusalem, dia diolok namun orang-orang yang mengoloknya diperhadapkan saja kepada Tuhan. Selain itu, dalam mebangun tembok dan menghadapi tantangan itu, Nehemia berdoa baru bekerja kemudian berjaga-jaga” (Khotbah pada Minggu, 11 Juli 2010 di Ebenhezer Betun yang beranjak dari Nehemia 4: 1-14 )

Tahan Banting

(Renungan pagi oleh Giring pada ibadah pagi BC, 10/7/2010)
Bacaan Alkitab: I Samuel 3:4-10

Sesuai jadwal panitia BC 2010, BC sebenarnya dilaksanakan di Pniel Loomaten pada 2-4 Juli 2010.
Pada Jumat, 2 Juli lalu para peserta BC mulai berkumpul untuk berangkat ke Loomaten. Ada yang membawa 1 sampai 2 tas besar berisi pakaian, makanan ringan, bantal dan perlengkapan lainnya. Untung tidak ada yang membawa lemari dan mesin cuci atau tempat tidur! Sepertinya ada minat dan kerinduan besar peserta terhadap kegiatan kerohanian ini. Namun kami sebagai peserta dan juga panitia patah semangat dan kecewa seketika ketika BC harus ditunda hingga minggu berikut (9-11 Juli 2010) karena Pniel Loomaten, tempat BC kebanjiran.
Ketika semua kecewa, K Ay sebagai Kepan BC, mengajak semua yang hadir untuk mengambil hikmah dari pembatalan BC. Bagi Giring, hikmah yang diambil yaitu kesabaran dan kesetiaan kita diuji Tuhan dengan ruang dan waktu. Apakah kita masih setia dan sabar untuk ikut BC sekalipun dibatalkan atau tidak mau ikut lagi?
Entah bagaimana dengan teman-teman sekalian, namun bagi saya, ini adalah ujian berat terhadap kesetiaan dan kesabaran. Bukankah saya datang jauh-jauh dari Kupang untuk ikut BC namun jadinya seperti itu?
Sdr/i sekalian maupun tidak sekalian, ujian terhadap kesabaran dan kesetiaan terjadi pula pada Samuel ketika dia dipanggil Tuhan. Saat nama Samuel dipanggil, ia mengira Eli yang memanggilnya sehingga ia pergi menghadap Eli. Tapi Eli mengatakan ia tidak memanggil Samuel. Hal ini terjadi hingga tiga kali. Ini merupakan ujian terhadap kesetiaan dan kesabaran Samuel. Seandainya kita yang mengalami panggilan seperti itu. Kemungkinan besar hanya menjawab satu kali namun kalau sudah lebih dari satu kali jawabnnya tentu disertai omelan bahkan acuh tak acuh.
Teman-teman yang saya kasihi dan mengasihi saya, dalam kaitan dengan BC di Betun, kesabaran dan kesetiaan Kita juga diuji Tuhan dalam berbagai hal.
Ketika baru datang dari Atambua, kita sudah kehujanan di atas truk. Berteduhkan terpal yang dipegang ramai-ramai (untung tidak diterbangkan angin bersama terpal). Sesampai di Betun, ada yang sudah mual-mual, muntah-muntah, pusing-pusing, masuk angin, keluar angin, dll. Tidak hanya itu, kita juga harus rela antri bermenit-menit saat jam mandi sehingga ada yang nekat untuk tidak mandi atau hanya memandikan bagian tubuh yang penting. Saat tidur, kita juga hanya beralaskan karpet dan terpal bahkan beralaskan teman dll.
Beberapa hal di atas merupakan ujian bagi kita. Apakah kita tahan banting (setia dan sabar) saat menghadapi kondisi demikian?
Sekalipun kita diperhadapkan pada berbagai situasi yang kurang bersahabat, marilah kita tetap mengobarkan semangat iman kita dan mengikrarkan HERE I’M/BETA DI SINI/HAU IHAN NEE, yang diikuti dengan perwujudannya dalam tindakan nyata. Jangan sampai bilang Here I’m tapi dibangunkan untuk ibadah pagi, malah tarik kain ko tidur lagi. Jangan sampai bilang Here I’m namun hanya badan saja yang ada di tempat kegiatan sedangkan jiwa bergentayangan ke mana-mana. Semoga kita tetap sabar dan setia mengikuti BC hingga tuntas.
“Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah” (I Korintus 3:14). Amin

Daaaaaaaaaaaa, Polycarpus!!!

Sopir bus Sinar Gemilang lalu tancap gas meninggalkan terminal bayangan di Km. 3, depan rumah K Ayub. Daaaaaaaaaaaaa, Polycarpus, sampai jumpa di lain waktu dan kesempatan. Terima kasih atas sambutannya sebagai saudara. Terima kasih karena kemarin sudah campakan Giring ke kolam Tubaki. Terima kasih atas semua-muanya. Itu akan menjadi kenangan terindah.
Ketika kita bersama-sama melambaikan tangan dan mengucapkan salam perpisahan bagi Pemuda Ebenhezer Betun, itu adalah sejarah. Namun ketika Giring seorang diri mengucapkan salam perpisahan bagi Pemuda Jempol, itu adalah sebuah beban. Sepertinya mau tinggal di Atambua saja.
* * *
Sesampai di Niki-niki, Giring langsung membuat berita BC 2010 Pemuda Jempol Atambua dan menginsert foto bersama yang di depan SD GMIT Betun. Berita ini kemudian dikirim via email ke Ongki Ulan, salah satu teman yang adalah wartawan Timex di Atambua. “Di Niki-niki sonde ada warnet jadi akhirnya harus ke So’e untuk kirim beritanya” Foto dan berita itu kemudian terbit secara terpisah di Timex. Fotonya terbit pada Kamis, 15 Juli 2010 sedangkan beritanya Jumat, 16 Juli 2010. “Cieh! Kitong pu muka muncul di koran e…!!
* * *
Sejak itu hingga kini walau terpisah oleh jarak namun Giring dan pemuda Jempol tetap menyatu di hati. Giring sering SMSan dan chatting atau coment dengan beberapa pemuda Jempol. Tak jarang kami saling membantu via HP dan FB.
Di awal Agustus, K Sil menghubungi Giring untuk mengirim berita tentang BC di Betun karena pemuda Jempol mau terbitkan buletin. Berita dan beberapa tulisan memang ada tapi bagaimana kirimnya? Giring waktu itu sedang mengikuti Konferensi Cabang GMKI Kupang di Miomafo Barat, TTU. Tak ada akses internet. Salah satu pilihan adalah menempuh perjalanan sejauh 27 Km ke Kota Kefa untuk cari warnet lalu kirim berita dan beberapa tulisan. Berita yang dikirim dan dimuat di buletin pemuda Jempol edisi Agustus itu adalah polesan berita yang dimuat di Timex.
* * *
Pada suatu siang, Giring yang baru pulang kampus bertemu dengan orang Polycarpus, Lonie Salau bersama dua cewe lagi. Cewe yang satu itu bilang “Eh, K Giring!”
“Sapa e???” Ternyata dia Lodia Banik Pemuda Jempol lulusan SMA 1 Atambua yang ikut tes di Undana dan lulus dengan pilihan Prodi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah. “Mmmmmm, berarti ni yunior e! Nanti baru pelonco di kampus!
Dia kan ikut BC di Betun juga to...
* * *
Setelah pulang dari Atambua, Giring langsung memplontoskan kepala. Haaaa!! Kepala jadi ringan nih!
“kenapa gunting rambut?” Itulah nazar. Setelah berhasil ke Atambua harus gunting rambut. Beberapa dosen di kampus sering menegur Giring yang rambutnya kribo. “Tunggu dulu Pak, beta pulang dari Atambua baru kasi plontos sa. Beta piara rambut hamper satu tahun untuk bisa pi Atambua. Sonde enak kalo pi Atambua dengan kepala botak. Sihir dan pesona Giring bisa hilang”
Walau sekarang rambut tak sekribo dulu namun Giring masih tetap Giring. Sekali Giring tetap Giring. Merdeka!

Kilasan Kemah Alkitab dalam Berita

“Belasan cewe peserta BC 2010 Pemuda Jempol hingga kini masih tergolek lemah di RS. Harapan Cinta karena hatinya berbunga-bunga setalah makan jagung bunga yang dibagikan salah satu temannya. Sampai berita ini diturunkan, Seksi Keamanan panitia masih memburu tersangka”


“Ketika waktu mandi tiba, terlihat antrian panjang di depan kamar mandi penginapan peserta BC. Menanggapi masalah ini salah satu peserta berkomentar, “kalau antrian panjang begini, sebaiknya kita hanya memandikan bagian-bagian tubuh yang penting sehingga menghemat durasi mandi. Hahahahaaaaaaa! ”


“Mengomentari pertemuan Belanda dan Spanyol pada partai final Piala Dunia 2010, seorang penggila bola di Betun mengatakan “Jika imanmu sebesar biji sesawi saja kamu dapat menyuruh gunung berpindah ke laut . Namun untuk menyuruh Belanda mencetak gol ke gawang Spanyol, imanmu harus sebesar buah kelapa. Hahahaaa!!!! ”


“Dalam refleksi bersama pada malam terakhir BC, banyak peserta yang meneteskan air mata dan membanjirkan ingus. Masih menjadi teka-teki, berapa banyak galon air mata yang dideraikan dan berapa banyak viber ingus yang diperas. ”


“Saat mandi bersama di kolam Tubaki, K Bobi, Ketua Pemuda Ebenhezer Betun dikejar beberapa pemuda untuk melemparkannya ke kolam namun tidak berhasil. Menurut salah satu sumber terpercaya, K Bobi tidak takut basah namun tidak ingin dibaptis untuk yang kedua kalinya. Kwkwkwkwkwkw!!!!”

Rabu, 20 Oktober 2010

KPU Tetapkan Dubes Pemenang

Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPU) Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) tadi malam akhirnya menetapkan pasangan calon Bupati-Wakil Bupati Raymundus Sau Fernandez-Aloysius Kobes sebagai pemenang Pemilukada 11 Oktober lalu. Penetapan pasangan Dubes oleh KPU TTU sesuai hasil rapat pleno perhitungan perolehan suara, di gedung Biinmaffo, Selasa (19/10) kemarin.

Hasil rapat pleno rekapitulasi perhitungan suara kelima pasangan calon yang digelar KPU TTU menempatkan pasangan Dubes sebagai pemenang setelah meraih 42.709 suara atau 35,76 persen dari total suara sah yakni 119.422 suara.

Sedangkan perolehan suara sah keempat pasangan calon lainnya yaitu pasangan Gabriel-Simon meraih 41.216 suara atau 34,51 persen disusul pasangan Funan-Suni 26 621 suara atau 22,29 persen, pasangan Pijar 6.573 atau 5,50 persen dan pasangan Joao Meko-Alexander Sanan meraih 2303 suara atau 1,93 persen.

Hadir dalam rapat pleno kelima anggota KPU TTU, ketua Panwaslukada, Victor Emanuel Manbait, Ketua KPU NTT, John Depa, Ketua PN Kefamenanu, Togy Pardede, Dandim 1618/TTU, Letkol. Inf. Taufik Hanafi, Kapolres AKBP Adi Wibowo dan saksi dari pasangan Dubes dan pasangan Gabriel-Simon. Pleno perhitungan dan penetapan pasangan Dubes sebagai pemenang Pemilukada TTU berlangsung cukup alot.

Ketua Panwaslukada TTU, Victor Emanuel Manbait dan saksi pasangan Gabriel-Simon yakni Magnus Kobesi terpaksa walk out setelah terlibat perdebatan sengit.
Hal ini menyusul sejumlah temuan mengenai validasi total data pemilih di TPS tertentu yang ditemukan saat pleno rekapitulasi perhitungan suara berlangsung tidak ditanggapi Ketua KPU TTU, Aster E. da Cunha dan keempat anggota lainnya.

Buntutnya rapat pleno perhitungan suara yang masih menyisakan 14 PPK hanya diikuti saksi pasangan Dubes yakni Hendrikus Frengky Saunoah bersama massa pendukung pasangan Dubes.

Ketua Panwaslukada TTU, Victor E. Manbait kepada koran ini mengancamkan akan melaporkan KPU ke pihak berwajib. Pasalnya, KPU TTU yang tidak menanggapi secara serius sejumlah temuan yang terjadi dalam rapat pleno. KPU malahan dituding berupaya menghalang-halangi kerja Panwaslukada TTU.

Tidak hanya itu, Manbait juga mengancam akan melaporkan kejadian ke Bawaslu RI sebagai salah satu lembaga penyelenggara yang menangani pengawasan Pemilukada. "Besok pagi kami lapor ke polisi. Ini termasuk upaya menghalang-halangi kerja Panwas," katanya.

Dia menilai sikap dingin yang dipertontonkan KPU TTU merupakan upaya untuk menciderai hak demokrasi seluruh masyarakat TTU. "Ini tugas dan kewajiban Panwas sesuai amanat undang undang untuk mengawal seluruh proses Pemilukada agar berlangsung jujur dan adil," katanya.
Senada dengan Victor Manbait, saksi pasangan Gabriel-Simon yakni Adrianus Magnus Kobesi sangat menyesalkan sikap KPU TTU yang terus mempertahankan temuan penggelembungan total data pemilih sesuai temuan saat rapat pleno kemarin.

Dia mempertanyakan sikap KPU TTU yang tidak mau menanggapi positif temuan kemarin siang. "Ini semakin memperkuat indikasi ketidak netralan KPU TTU yang selama ini menjadi polemik banyak orang," ujarnya.

Untuk mengungkap kebenaran akan validasi total data pemilih di sejumlah TPS yang diterjadi dalam rapat pleno rekapitulasi perhitungan suara kelima pasangan calon, Kobesi mengancam akan menempuh jalur hukum ke lembaga berwewenang. "Malam ini (tadi malam) juga kami siap materi laporannya. Mudah-mudahan dalam satu dua hari ke depan kami sudah bisa sampaikan ke MK," katanya.

Menanggapi ancaman proses hukum dari Panwaslukada TTU dan pasangan Gabriel-Simon, Ketua KPU NTT, John Depa mengatakan siap meladeni. "Itu hak mereka. Silahkan tempuh jalur hukum sesuai aturan yang berlaku," tantang John Depa.

Mengenai aksi walk out, Depa menjelaskan sesuai aturan pleno perhitungan perolehan suara pasangan calon Bupati-Wakil Bupati TTU hasil Pemilukada 11 Oktober lalu, yang berlangsung kemarin pagi tidak harus dihadiri oleh Panwaslu dan saksi dari seluruh pasangan calon. Karena itu pleno lanjutan dan penetapan paket terpilih yang dilakukan KPU TTU sah . "Walk out itu, hal biasa yang selalu terjadi dalam pleno seperti hari ini. Jadi sah-sah saja," ujar Depa.

Calon bupati terpilih, Raymundus Sau Fernandez mengaku kemenangan yang diraih pada Pemilukada 11 Oktober lalu adalah kemenangan seluruh masyarakat TTU yang mencintai perubahan. Karena itu dia dan pasangan calon wakil bupati Aloysius Kobes akan berusaha membangun kerjasama yang harmonis dengan seluruh masyarakat TTU agar lebih maju lagi lima tahun ke depan. "Kemarin kita bersaing bersama untuk memimpin masyarakat TTU ke depan. Sekarang mari kita bangun kerjasama yang baik untuk membangun masyarakat TTU lebih baik lagi," katanya.

http://www.timorexpress.com/index.php?act=news&nid=41244

Senin, 18 Oktober 2010

Warga Timor Leste Masuk DPT

Komitmen Panwaslukada Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) untuk mengawal proses Pemilukada 2010 bukan sekedar isapan jempol. Senin (18/10) kemarin, Panwaslukada TTU kembali menemukan dugaan pelanggaran dimana dua warga negara asing (WNA) asal Timor Leste terdaftar sebagai daftar pemilih tetap (DPT). Kedua warga Timor Leste itu adalah Louisia Kolo dengan paspor C0026897 dan Elisabeth Sasi paspor C0026896. Louisia Kolo adalah warga Cutete kelahiran 07 Juli 1984 dan Elisabeth Sasi warga Oecusi kelahiran 19 Nopember 1984.

"Hasil klarifikasi kepada dua WAN itu tadi siang, mereka memang tidak menggunakan hak pilih tapi sayangnya mereka terdaftar di DPT," ungkap ketua Panwaslukada TTU, Victor Emanuel Manbait, Senin (18/10) kemarin.

Dua WNA dalam DPT Pemilukada TTU ini jelas Victor baru terungkap setelah sejumlah tim sukses pasangan Gabriel-Simon melaporkan ke Panwaslukada Minggu (17/10) malam lalu. "Untung tadi malam (Minggu malam Red) ada laporan dari tim sukses pasangan Gabriel-Simon sehingga kasus ini bisa kita temukan," ujarnya.

Ia berjanji akan merekomendasi kasus ini ke KPU TTU sebagai lembaga berwewenang sesuai aturan untuk ditindak lanjuti sesuai aturan yang berlaku. "Ini termasuk pelanggaran administratif yang perlu kami rekomendasikan ke KPU," ucapnya.

Selain itu kata dia, hasil klarifikasi atas laporan dari saksi pasangan Funan-Suni soal anak dibawah umur yang ikut mencoblos ternyata tidak terbukti. "Baik kedua orangtua anak yang bersangkutan maupun saksi paket Funan-Suni sendiri mengatakan anak tersebut tersebut tidak menggunakan hak pilih," katanya.

Terpisah, juru bicara KPU TTU, Dolfianus Kolo yang dilaporkan Ketua DPRD TTU, Robertus Vinsensius Nailiu atas perbuatan tidak menyenangkan membantah semua tuduhan yang dialamatkan kepadanya.

"Waktu itu ada pak ketua KPU dan tiga orang anggota KPU lainnya. Saya tidak melakukan hal seperti yang dilaporkan kok," kata Dolfianus Kolo. Namun sebagai warga negara yang taat hukum, Dolfianus mengaku sudah memenuhi panggilan penyidik untuk memberikan keterangan Sabtu (16/10) lalu.

Ia menambahkan kebenaran atas kasus yang dituduhkan kepadanya akan terbukti dalam sidang di pengadilan nanti. "Di republik ini tidak ada yang kebal hukum. Jadi kalau memang terbukti saya bersalah jelas harus jalani hukum penjara sesuai putusan hakim," kata Dolfianus enteng.

Selain itu mengenai perolehan suara kelima pasangan, Dolfianus tetap menolak mengumumkan hasil perolehan suara sementara ke publik. Alasannya kesibukan lembaganya semakin tinggi sehingga tidak punya waktu untuk mengumumkan data total perolehan masing-masing pasangan. "Kalau publik ingin tahu, tunggu saja hasil rapat pleno perhitungan suara tingkat KPU," ujarnya.

Sementara aksi protes massa pendukung paket Funan-Suni hingga kemarin sore masih terus berlanjut. Senin (18/10) kemarin, massa pendukung pasangan Funan-Suni menggelar demo di gedung DPRD TTU. Aksi ini berlangsung setelah misa pentahbisan sembilan diakon menjadi imam baru oleh Uskup

Atambua, Mgr. Dominikus Saku, Pr, di gereja Sta. Theresia Kefamenanu. Pantauan koran ini massa tidak berhasil menemui salah satu anggota DPRD pun. Meski demikian kehadiran massa pendukung paket Funan-Suni dikawal ketat oleh empat pleton polisi gabungan asal Polres TTU, Polres Belu, Polres TTU dan Brimobda NTT. Massa kemudian membubarkan diri dengan tertib namun berjanji akan kembali menggelar demo dengan jumlah yang lebih besar.

http://www.timorexpress.com/index.php?act=news&nid=41239

Minggu, 17 Oktober 2010

KPU TTU Tunda Pleno Perhitungan Suara Pemilukada TTU

Meski pleno rekapitulasi perhitungan perolehan suara Pemilukada TTU baru dimulai Senin (18/10) mendatang, namun KPU TTU sudah memutuskan jadwalnya diundur hingga Selasa (19/10) mendatang.

"Tanggal 18 Oktober, tidak mungkin ada kegiatan rekapitulasi perhitungan suara masing-masing paket calon di tingkat KPU, karena hari itu umat Katolik di TTU ada upacara pentabisan imam baru. Jadi kita baru mulai pleno sekaligus penetapan paket pemenang pada tanggal 19 dan 20 Oktober," kata Ketua KPU TTU, Aster E. da Cunha melalui juru bicara Dolfianus Kolo kepada koran ini, Jumat (15/10) kemarin.

Saat ini kata dia, pleno rekapitulasi perhitungan suara masing-masing pasangan calon di tingkat PPK sudah rampung. "Dan sejak kemarin kotak suara dari 24 PPK sudah tiba di gedung serbaguna Biinmaffo," ujarnya.

Menanggapi tudingan terhadap KPU TTU yang tidak netral dan independen oleh massa yang menggelar demo ke kantor KPU TTU dibantah oleh Dolfianus Kolo. "KPU tidak pernah menjadi tim sukses untuk paket tertentu. Kerja KPU TTU selama ini sangat menjunjung tinggi netralitas dan independensi. Jadi kalau ada orang-orang atau kelompok tertentu yang menuding KPU kerja curang itu tidak benar," ujar Dolfi enteng.

Soal perolehan suara sementara kelima pasangan calon yang enggan diumumkan KPU, Dolfi mengatakan saat ini bukan waktunya untuk mengumumkan data perolehan suara sementara semua pasangan calon. "Kami sekarang lebih fokus ke rekapitulasi perhitungan suara di tingkat PPK dan KPU. Jadi soal data final perolehan suara masing-masing paket calon nanti ketahuan saat rapat pleno perhitungan suara di tingkat KPU," jelasnya.


Ratusan Massa Demo ke DPRD TTU

Desakan massa agar Komisi Pemilihan Umum (KPU) membatalkan proses Pemilukada TTU, Senin (11/10) lalu terus terjadi. Setelah menggelar aksi protes beruntun massa pendukung paket Gabriel-Simon di KPU TTU, Kamis (15/10) lalu, Jumat (15/10) kemarin, ratusan massa pendukung pasangan Funan-Suni menggelar aksi lanjutan ke DPRD TTU.

Pantauan Timor Express, aksi demo ratusan massa pendukung pasangan calon bupati-wakil bupati Yohanes Usfunan-Nikolaus Suni di gedung DPRD diterima Ketua Komisi A DPRD TTU, Maximus Taek dan tiga anggota Komisi A yakni Agus Talan, Eduardus Tanesib dan Hubertus Kun Bana. Aksi massa ini dikawal ketat aparat Kepolisian baik dari Polda NTT, Brimobda NTT, Polres TTS , Polres Belu dan Polres TTU.

Di halaman depan gedung kantor DPRD TTU massa sempat menyampaikan orasi mengkritisi kinerja Panwaslu dan independensi KPU TTU dalam melaksaksanakan tugas penyelenggaraan Pemilukada 11 Oktober lalu. Orasi disampaikan secara bergantian oleh koordinator, Joseph Naiobe.

Kerja KPU TTU selama ini kata Naiobe lebih banyak berpikir untuk menghabiskan hibah dana Pemilukada senilai Rp 16 miliar daripada bekerja menghasilkan sebuah Pemilukada yang lebih jujur adil dan netral sesuai tugas dan fungsi KPU.

Saat berdialog dengan Komisi A, massa mendesak DPRD TTU untuk membubarkan KPU TTU. Alasannya kinerja KPU TTU tidak netral dan cenderung tertutup. Hal ini bertentangan dengan azas dan tugas fungsi pokok KPUD TTU selaku penyelenggara Pemilukada. "Kalau mental kerja KPU seperti ini. Lebih baik dibubarkan saja," kata Naiobe.

Mereka juga mendesak agar proses Pemilukada tahap rekapitulasi perhitungan suara baik di tingkat PPK maupun KPU TTU dihentikan dan diproses ulang. Selain itu banyak kecurangan seperti adanya intimidasi dari tim sukses pasangan tertentu, banyak pemilih yang terdaftar di DPT tidak mengunakan hak pilihnya serta anak di bawah umur yang ikut mencoblos di TPS.

Ketua Komisi A DPRD TTU, Maximus Taek berjanji akan meneruskan aspirasi mereka ke pimpinan DPRD untuk ditindaklanjuti. "Terus terang komisi bukan lembaga yang mempunyai kewenangan untuk melakukan eksekusi. Jadi untuk menindaklanjuti tuntutan massa sore ini juga kami akan sampaikan pimpinan DPRD untuk mencari jalan keluarnya," katanya.

Ia menambahkan, Dewan memiliki kewenangan untuk memanggil KPU dan Panwaslukada untuk memberikan klarifikasi. Meski begitu sikap tegas DPRD TTU ini akan menjadi sebuah kekuatan politik jika mendapat persetujuan sidang paripurna DPRD.

Karena itu kata dia, cepat lambatnya sidang paripurna khusus DPRD sangat tergantung dari kesiapan Banmus untuk menjadwalkan sidang paripurna dimaksud. "Kalau sudah ada tanggapan dari pimpinan DPRD, maka tergantung Banmus membuat jadwal sidang. Kalau cepat, sidang bisa dilakukan Senin depan," kata Manehat.

Dewan Minta Klarifikasi KPU

Terpisah, Ketua DPRD TTU, Robby Nailiu, kepada Timor Express, tadi malam, mengatakan, Sabtu (16/10) hari ini, DPRD TTU akan memanggil KPU TTU untuk memberikan klarifikasi terkait dugaan pelanggaran seperti yang dilaporkan.

Robby mengatakan, KPU TTU akan dipanggil pukul 13.00 siang ini untuk memberikan tanggapan terhadap berbagai dugaan penyelewengan yang dituduhkan para warga yang menggelar aksi demo selama satu pekan ini.

Dia juga menjelaskan, DPRD akan meminta penjelasan KPU sejauhmana kinerja KPU, sehingga menimbulkan gejolak-gejolak di masyarakat. Apalagi, tidak terlibatnya 30-an ribu pemilih dalam pencoblosan 11 Oktober lalu. Menurut Robby, sudah ada indikasi KPU secara sistematis melakukan penyelewengan untuk kepentingan tertentu.

"Kita akan panggil agar mereka (KPU) memberikan klarifikasi. Karena ini berdasarkan desakan dari tiga paket calon dan warga masyarakat TTU pada umumnya bahwa KPU sudah tidak profesional lagi dalam menjalankan tugasnya," tandas Robby.

Selain itu, disinyalir ada upaya manipulasi data oleh KPU, sebab sejak perhitungan di tingkat TPS hingga PPK saat ini, KPU tidak pernah mengeluarkan data resmi. KPU cenderung menyembunyikan data, bahkan hanya mengeluarkannya untuk paket calon tertentu. "Ada juga yang menyebarkannya lewat SMS, sehingga ini menyesatkan. Padahal namanya Pemilu berarti tidak publik berhak tahu informasinya. Jangan ditutup-tutupi," tandasnya.

Selain itu, sebagai Plt. Ketua DPD II Partai Golkar TTU, Robby mengaku kecewa terhadap kinerja KPU, sebab KPU sudah tidak profesional lagi dalam menjalankan tugas menyelenggarakan Pemilukada. Terjadi penggelembungan dan pengurangan suara paket calon tertentu di beberapa TPS.

Ada bukti tertangkapnya beberapa oknum yang terlibat politik uang serta mobilisasi PNS dari kabupaten dan provinsi oleh oknum tertentu baik dari Kabupaten TTU maupun Provinsi NTT untuk memenangkan paket calon tertentu. "Jadi Golkar dan beberapa paket calon minta agar KPU hentikan proses Pemilukada ini. KPU harus memberikan klarifikasi terkait masalah-masalah ini, karena masyarakat butuh kejelasan. Masyarakat butuh Pemilukada yang independen," tegas Robby.

Dia juga menyebutkan, berdasarkan hasil rekapitulasi para pengurus Golkar di Posko Golkar, hasil perolehan suara sementara, yakni paket Pijar memperoleh 6.577 suara, paket Gab-Simon 41.741 suara, paket JD 2.292 suara, paket Dubes 41.204 suara dan paket Funan-Suni 26.125 suara.

Menurutnya, jumlah suara ini berasal dari 22 kecamatan yang sudah melakukan rekapitulasi penghitungan suara. Sementara dua kecamatan lainnya belum masuk. "Ini data valid yang diambil dari PPK, sehingga kita masih tunggu dua kecamatan lagi," tandasnya.

http://www.timorexpress.com/index.php?act=news&nid=41211