Minggu, 24 Oktober 2010

HAU IHA NEE

Maubesi-Atambua

Kamis, 1 Juli 2010
Bus Sinar Gemilang melaju cukup kencang. Sesekali terdengar bunyi gesekan kampas rem. Semua penumpang tampak membisu dan kerap turut bergoncang bersama bus. Penumpang yang tertidur hanya oleng kiri, oleng kanan bagai orang teler ketika bus menikung. Suhu dalam bus amat hangat karena semua pintu dan jendela tertutup rapat ditambah lagi dengan alunan pop mancanegara yang mendayu seolah membuai Giring untuk tertidur. Rugi kalau tidur! Ini adalah perjalanan pertama Giring ke Atambua sehingga pemandangan sepanjang jalan patut direkam untuk dikisahkan.
Giring yang duduk di deret kiri bus (kursi ketiga dari depan) terus melihat ke luar dari balik jendela bus. Kaca jendela bus yang berwarna agak gelap dan butiran hujan rintik yang menimpanya menghasilkan pemandangan blur saat bus melaju kencang. Kendati demikian, jiwa petualang dan ‘naluri wartawan’ Giring menangkap semua itu dengan jernih.
Beberapa menit setelah keluar dari Kota Kefa, track yang agak lurus dan rata membelah pemukiman warga. Rumah-rumah warga berbanjar sedikit rapi. Uniknya, di depan setiap rumah selalu ada lopo. Sepertinya ada kewajiban bagi setiap warga untuk membangunnya. Ada lopo yang bertiang beton, beratap seng. Ada juga yang bertiang kayu, beratap rumput ilalang. Sepanjang beberapa kilo meter, lopo-lopo terlihat laksana film yang di-rewind. Hal ini menjadi sebuah usikan bagi Giring yang sudah satu jam lebih duduk sampai pantat seperti mau terbakar. Ah, inikah Maubesi?
Ya, tadi sempat terlihat papan nama bertuliskan SONAF MAUBESI. Di depan sonaf, berdirilah sebuah lopo yang besar dan megah. Kemungkinan raja Maubesi telah mewajibkan warganya untuk membuat lopo di depan rumahnya sehingga terlihat seperti yang dikisahkan tadi. Lopo merupakan tempat untuk musyawarah, melakukan pertemuan atau sekedar berkumpul dan juga merupakan tempat menyimpan bahan pangan. Membangun lopo memberi makna kita membangun kebersamaan dan kekeluargaan serta ketahanan pangan.
Tak lama kemudian, pemandangan sepanjang jalan di-next dari lopo ke sawah. Jalan raya hotmix yang agak lurus dan rata bagai garis hitam di tengah bentangan sawah yang menghijau. Jauh di sana, di sisi utara persawahan, barisan pegunungan yang berpayung awan putih kelam menjadi pagarnya.
Ketika pemandangan berganti dari lopo ke persawahan, Giring berpikir mungkin ini sudah masuk kawasan Belu (dalam perjalanan ke dua ke Atambua baru tahu kalau itu adalah kawasan Nurobo, Belu). Maklumlah, selama 22 tahun 35 hari menjalani hidup, Giring baru pertama kali ke Atambua makanya sangat terkesan dengan beberapa pemandangan. “Kalau pemandangan Niki-niki-Kefa, sudah bosan la…!!!”
* * *
Bus berhenti. Beberapa penumpang turun. “Su sampe mana e???” Di persimpangan jalan itu ada papan bertuliskan BRI Cabang Lurasik. “Ow, su sampe Lurasik. Sadiki le pasti sampe Atambua”. Om sopir terus tancap gas sementara hari sudah malam. Bus berhenti lagi di pertigaan yang ada patung (Pertigaan Halilulik) dan banyak penumpang yang turun. Di atas bus hanya beberapa orang. Tak lama kemudian Om Konjak mulai nagih uang. “Konjak, lewat Gereja Polycarpus ka, sa turun di situ! Sa orang baru jadi maklum sa.!!!”
* * *
Ada jalan dua jalur. Ow!! Mungkin sudah masuk kawasan Kota Atambua. Beberapa ratus meter dari ujung jalan dua jalur ini kemudian tampak hutan jati di kiri dan kanan jalan. Apa ini Nenuk? Giring pernah lihat foto jalan dua jalur ini yang kedua sisinya hutan jati, dalam berita di Timex. Dalam berita itu disebutkan tempatnya adalah Nenuk. Katanya di hutan itu sering terjadi tindakan kriminal.
Kalau ini Nenuk, berarti Atambua dan Polycarpus tak jauh lagi. Mungkin beberapa meter lagi sudah sampai. “Duh, karmana e??? Giring sonde tenang lai”. Semakin deg-degan ketika bus singgah di Pertamina. Kantor Kejaksaan Negeri Atambua lalu sampai di agen Sinar Gemilang. Bus kemudian terus berjalan lalu serong kiri ke Jl. Pramuka yang kiri kanan ada pertokoan. “Ade, kami ada buru untuk kembali Kupang jadi dengan ojek saja”.
Tukang ojek hanya menanyakan tujuan Giring lalu tak bicara lagi. Dari jarak beberapa meter terlihat menara gereja yang menjulang tinggi dan diterangi beberapa lampu.
Waktu di HP 18.08 Wita. “Tadi dari Niki-niki 14.40 Wita. Brapa jam perjalanan e??” Hitung sendiri su!!!
Giring sengaja berputar-putar di pertokoan yang di depan gereja sambil mengawasi situasi di sepuataran gereja. Ada sekelompok cewe yang lalu lalang. “Mau masuk pi dalam? Awi, rasa gmn gtu…!!!”. Giring lalu kirim SMS ke K Netty dan K Gina. K Netty kemudian telefon dengan satu nomor baru. K Netty bilang tunggu di situ, nanti saya jemput.
* * *
Inilah Polycarpus !!! Selama ini hanya fotonya dan lihat letaknya di Google Earth tapi malam ini su injak. Giring sepertinya tidak memiliki kata-kata yang indah untuk melukiskan Polycarpus. Hanya berteriak kagum dan sumringah dalam hati “Wouw!”. Bersama K Netty masuk lewat pintu samping kiri gereja dan tembus ke belakang. M m m m ..!!!! Syalom K Ay. Selain K Ay, ada juga satu ibu yang perkenalkan namanya, Ibu Vita. K Ay, K Netty ngomong2 tentang keberangkatan besok ke Loomaten. Tak lama kemudian…….. “K Gina. . . !!!”. K Gina baru datang dan rambut dalam foto di facebook lebih lurus dari yang terlihat malam ini. Hahahaaahahahaaaa…!!!
* * *
Ruangan kebaktian Polycarpus ini merupakan tempat yang baru bagi Giring namun pemudanya bukan orang baru (sekalipun banyak muka baru) bahkan secara emosional sudah akrab sebagai teman bahkan saudara. Ko sering SMSan dan chatting-chatting-an na..!!!
Giring yang duduk di antara pemuda Polycarpus untuk menanti ibadah malam bersama, sepertinya gmn gtu. Sudah pasti jadi pusat perhatian karena orang baru, juga rambut kayak sayur brokoli kelebihan pupuk urea. Banyak pemuda Polycarpus yang menjadi “orang baru” bagi Giring. Tentu banyak yang tidak ikut BC 2008 sehingga tidak saling kenal makanya sedikit asing. Namun bukankah ada K Ay, K Adi Tameon, K Ita Awolla, apalagi K Netty dan K Gina di sini??? Ow, cewe di samping Giring kenal sama Giring karena dia ikut BC 2008. Namanya Yun.
* * *
Lagu Hari Ini Ku Rasa Bahagia lalu menjadi pembuka ibadah. Giring benar-benar bahagia karena hari ini bisa bergabung lagi dengan pemuda Polycarpus. Ibadah dipimpin oleh Ibu Pdt Vita. “Jadi ibu Vita yang tadi itu pendeta di Polycarpus???”
Dalam renungan yang diambil dari I Samuel 3: 1-10, Pdt. Vita mengambil tema here I’m. Tema ini merupakan tema Bible Camp. Pdt. Vita dalam renungannya mengatakan bahwa Tuhan selalu memanggil kita melalui proses. Ketika kita dipanggil Tuhan, jawablah ini saya Tuhan, pakailah saya!
Setelah ibadah, K Ay, Ketua Panitia BC 2010 mengingatkan kami supaya besok berkumpul di gereja 08.30 Wita. Kebutuhan pribadi disiapkan sendiri, apalgi Autan karena di Loomaten banyak nyamuk. Berkaitan dengan Tatib, K Ay melarang untuk peserta tidak boleh membawa kendaraan sendiri. Selain itu juga melarang untuk pacaran dan mandi di kali sesampai di Loomaten. Katanya di kali banyak buaya. “Kalau kami yang sesama buaya sonde apa2 to K’?? Bedanya beta cuma buaya darat. Hahahaaaaa……”
Setelah K Ay, Pak Hero sebagai Ketua Pemuda Polycarpus periode 2007-2011, berharap agar peserta bisa mencerminkan Kekristenan di Loomaten. “Yang laki-laki jangan pakai anting-anting. Dengarlah panitia. Kalau jam makan, makan! Jam tidur, tidur!”
Sampai malam ini rupanya baru 48 peserta yang terdaftar dari target peserta 250 orang sehingga pendaftaran masih dibuka sampai besok.
* * *
Setelah beberapa meter arah selatan Polycarpus, belok kiri ke Jl. Dasi Besin yang papan nama jalannya sudah miring 900. Sekitar empat rumah, Zuzuki Thunder berhenti. K Ay turun dan buka pintu pagar. Toyota Land Cruiser sementara parkir di sisi kiri rumah. Seekor anjing besar langsung menyambut kami. “Jang coba-coba gigit beta kalo sonde ni malam beta RW lu na…!!! Kwkwkwkwkwkw!!!”
“Ni K Ay dong pu rumah”
Setelah makan malam dengan K Ay, kami pi warnet yang namanya Lopo Tech. Di warnet ini sudah ada Pak Hero, K Abba, K Netty, K Ayub, K Gina, K Adi Tameon, K yang rambut pendek, pake kacamata dan katanya K Anci Takene pu adik (ow, K Silvi), juga K satu lagi yang seperti boneka (K Nensy).
Pak Hero dan K Gina, Kordinator Seksi Perlengkapan & Akomodasi lalu mendaftar keperluan untuk kegiatan nanti (ban oto untuk games, cinderamata + uang bensin dll), sementara itu Giring bantu2 K Ayub membuat spanduk untuk dibentang di depan truk nanti. Di depan komputer, K Netty, K Gina dan ibu Vita lagi asyik taroso alias berselancar di dunia maya, facebook.

Off Road to Maktihan

Jumat, 2 Juli 2010
Di atas Toyota Land Cruiser kuning dengan driver-nya K Abba, kami bedesak-desakan. Di kursi depan ada Pdt. Lia dan Ma’ Len yang memangku mahasiswa Teologi yang praktek di Sion Kakuun. Sementara di belakang ada Giring, K Ayub, K Ruben dll termasuk K Adi Tameon yang kemudian dideportasi ke Avansa, mobil Pelayanan Jemaat Polycarpus Atambua. Di Avansa ada Pdt. Vita, K Ay, K Netty, K Ita cs.
Sesudah beberapa kilo meter dari Atambua, tepatnya di pertigaan yang ada patung orang bersenjata, kami belok kiri. Sekitar belasan kilo meter lagi dari pertigaan itu, belok kiri menuju Kakuun untuk mengantar Ibu Lia yang bertugas di Sion Kakuun. Waktu belok kiri itulah nuansa off road mulai terasa. Jalan ke Kakuun tidak beraspal tapi hanyalah tanah yang di atasnya tersusun batu-batu kali. Hanya beberapa meter saja kami sudah mencapai sungai. Menurut sejarah, sungai ini adalah pemisah umat Katolik yang menempati Seon dengan umat Protestan yang menempati Kakuun (Buku Panduan Bible Camp & Outbond Pemuda Polycarpus, 2009).
Jalan di tepi sungai penuh dengan lumpur becek yang tebal. Yang terlihat hanya bekas ban kendaraan yang membentuk dua rel yang agak dalam. “Ada pemutar roda depan kok takut???” Lumpur tebal ini kecilan….!
Mmmmmmm…. Tapi ada rintangan ke dua. Jalan untuk masuk ke sungai sudah digaruk “Si Leher Angsa” yang sementara menyaring pasir di sekitar sungai.
“Maso pi sa kaka…!!!!”
Air sungai keruh. Banyak batu yang besar. Tak tahu airnya dalam atau dangkal? Semua ‘penumpang’ turun kecuali Giring dan K Robi. Land Cruiser meraung-raung seiring pedal gas yang dimain-mainkan K Abba. Air sungai yang keruh tampias sana-sini. Toyota ini terguncang-guncang kala melindas batu-batu kali. Syukur, alhamdulilah! Kita berhasil menyebrang. “Eitsssssss!! Sabar dulu, Ma Len dll yang tadi turun dari mobil belum menyebrang. Kasi sebrang do……!!!”
Setelah menyebrangi sungai, jalannya menanjak, berbatu-batu dan bergelombang sedangkan di kedua sisi jalan adalah semak belukar. Aduan setir dan permainan pedal gas oleh K Abba membuat kami bisa melewati jalan itu sekalipun kami terguncang-guncang di dalam mobil.
Pada beberapa titik tertentu, jalan ini di-cor. Kata K Ayub, masyarakat Kakuun yang membuatnya secara swadaya. Sesudah menanjak dan berada di tengah ketinggian, sudah terlihat rumah-rumah penduduk yang di depannya ada papan panel PLTS.
Oh Kakuun, tempat yang sejuk karena menghijau dengan pepohonan. Sumber aer ju dekat di mana-mana. Katanya, waktu BC & Outbond 2009 di sini, lintas alamnya sangat menarik dan menantang para peserta.
Dari Kakuun, kami terus melaju menuju Betun. Ketika berada di puncak Kakuun, kabut amat tebal. Jarak pandang hanya beberapa meter. Di sisi-sisi jalan rumah panggung warga tampak samar karena kabut.
Tiba di suatu tempat, kebetulan hardtop berhenti sejenak. Beberapa anak kecil sedang bermain di pinggir jalan. K Robi yang sementara pegang kamera bilang foto bareng dengan ana-ana dulu bro. Begitu Giring berlari ke arah anak-anak itu untuk foto pose bareng mereka, semua langsung berlari ketakutan. “‘Takut rambut ko ade???”’ Hahahaaaaaa……!!!!! Ma Len tertawa terbahak-bahak melihat hal ini.
Tak lama setelah berjalan, kami kembali masuk ke jalur Atambua-Besikama. Jalannya beraspal namun berlubang-lubang dan penuh longsoran. Jalan yang banyak longsor yakni di kawasan yang katanya Suaka Margasatwa Kateri. “Ko bilang suaka margasatwa tapi di dalam ponu deng kebun.”
Setelah melewati kawasan suaka gundul dan longsoran ini, kami sudah masuk ke kawasan Betun. Rumah Sakit Umum Betun yang megah itu seolah menyongsong kami masuk ke Betun.
Inikah Betun? Banyak pertokoan dan bemo bercat hijau.
Kami lalu mampir ke Gereja Ebenhezer Betun tapi Avansa yang pasti sudah mendahului kami, tidak ada di sana. Kami ke rumah Pak Pendeta, di samping lapangan umum Betun, juga tak ada di sana. Ternyata penumpang-penumpang Avansa sementara pose-pose di jembatan Benenain. Huh!!!!
Pak Pendeta setuju untuk BC di Betun, “ini demi menyelamatkan program pemuda Polycarpus.”
Dari Betun, kami teruskan perjalanan ke Maktihan. Q Tella dan Sprite dari Ma Len memberi semangat baru bagi kami. Sesudah menyebrangi Benenain, jalan menuju Maktihan tak bedanya dengan saluran irigasi. Air membanjiri jalan hingga setinggi ½ ban Toyota. Anak-anak setempat begitu riang berbasah-basahan dalam genangan air di sepanjang jalan, sementara itu ada warga yang berupaya menguras air dari rumahnya. Selamatlah mereka yang berumah panggung.
Toyota kuning ini terus membelah air menuju Maktihan. Terkadang terguncang kala melindas lubang. K Abba bilang kalau mesin mati kita payah. “Kami siap dorong mobil. Ma Len ada kok takut!!!!” Hahaaaaaa…..
Akhirnya sampai juga di Imanuel Maktihan. Loomaten beberapa kilo metar lagi dari sini. Sesudah beristirahat sejenak, kami angkut kembali logistik BC yang sudah disiapkan untuk BC di Pniel Loomaten namun karena kemarin Loomaten kebanjiran sehingga logistiknya dibongkar di Maktihan.
Saatnya menuju Betun. Di belakang hardtop, kami terpaksa rela berbagi tempat dengan beberapa karung beras, ikan kering, satu rak telur dll. “Dudu lipat kaki sa sampe Betun. Kaki keram/kesemutan e!!!!”
Logistik BC diturunkan di rumah Pak Pendeta Ebenhezer Betun. Cerita2 lalu ngopi n makan gorengan. Makasi e Pak Vikaris atas pelayanannya…..!!!
Pulang pi Atambua su gelap malam. Mangantok e!!!! Ma Len deng K Ruben yang dapa tempat enak di depan ko tidor enak e…!!!!! Giring dari tadi hanya diam2 sa. K Abba kadang tanya bilang Giring ada ko??
* * *
Haaaaaaaaah….!!!! Off roadnya yang sulit dilupakan dan indah untuk dikenang. Lebih dari itu, perjalanan hari ini sudah melunasi kekecewaan atas tertundanya BC di Loomaten.
* * *
Pagi-pagi Giring sudah ready to go. K Ady Tameon jemput pakai Thunder dari Dasi Besin ke Polycarpus. Di parkiran gereja, Giring lalu berbasa-basi dengan K Is. Banyak orang yang sudah bermunculan dengan satu hingga dua tas, untung tidak bawa lemari sekalian ke gereja. Tepatnya jam 09.09 Wita, kami semua berkumpul di dalam gedung kebaktian. BC DITUNDA KE TANGGAL 9-11 JULI KARENA KONDISI DARURAT. GEREJA LOOMATEN TERGENANG
BANJIRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR!!!!!
Awiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii……………!
Giring pu badan spontan lemas e. “Ko jao2 dar Kupang, singgah Niki-niki trus lanjut pi Atambua tuk iko BC tapi kok batal?????????????????????????????????????????????????”
Peserta terlihat kecewa berat. K Ay dan K Netty terus berusaha memberikan penguatan-penguatan. “SYUKURLAH KARENA BANJIR TERJADI SEBELUM KITA DI SANA. SEANDAINYA KITA DI SANA BARU BANJIR, BAGAIMANA? KITA HARUS AMBIL HIKMAH DARI INI”, begitulah kata-kata penguatan dari Kepan BC 2010.
Dari pada kecewa, lebih baik stok makanan ringan untuk BC di Loomaten dikeroyok bareng saja. Sayangnya hanya Bro Addy Lado yang bongkar snacknya.
Walau sudah pamit di ortu untuk tiga hari di Loomaten namun jangan malu untuk pulang dini ke rumah e…….!

Here I’m

Kamis, 8 Juli 2010
Ketika hati terkandas pada yang jauh di sana, impian dan tekad mulai mengalir dalam jiwa menjadi sebuah gemuruh. Impian dan tekad itu melecutkan semangat, mengobarkan perjuangan untuk mengindahkan impian pada waktunya.
Bagi Giring, Atambua, Gereja Polycarpus dan kehadiran di Pniel Loomaten bersama Pemuda Jempol adalah sebuah impian. Sejak awal 2010, ketika menemukan sekian banyak pemuda Jempol di facebook, komunikasi mulai terbangun lancar baik via chatting maupun SMSan. Sejak itu timbulah niat untuk mengikuti BC di tahun ini. Niat ini kemudian diamini oleh beberapa teman pemuda Jempol, apalagi K Netty dan K Gina. Impian tentang kehadiran di Atambua, berada di Gereja Polycarpus dan kehadiran dalam BC bersama pemuda Jempol semakin menyala-nyala. Saking hebatnya impian ini, logo pemuda Jempol ditempel pada dinding kamar Giring. Foto gereja Poycarpus selalu dilihat. Letak Gereja Polycarpus kerap di-zoom in di Google Earth.
Ketika Giring ke Atambua dan masuk ke Gereja Polycarpus pada 1 Juli lalu berarti dua impian Giring telah indah pada waktunya. Namun ada satu impian yang belum indah pada waktunya yaitu kehadiran dalam BC 2010 karena BC yang rencananya di Loomaten ditunda. Untuk mewujudkan impian untuk hadir dalam BC, Giring haruslah sabar dan setia.
Sudah lewat pukul lima sore. Satu jam lebih Giring menunggu bus Atambua di Niki-niki namun hanya satu bus yang datang. Itu pun full dengan penumpang. “Mau karmana pun ni malam beta harus sampe di Atambua. Biar badiri sa di atas bis ju bae lah!” Untunglah Gemilang muncul dan masih ada satu kursi kosong.
Gemilang yang tidak bermusik ini akhirnya membawa kami sampai di Atambua dengan cara saksama dan dalam tempo yang selambat-lambatnya. Sudah malam. Pemandangan di luar tidak terlalu gelap karena diremangi lampu jalan. “Dasi Besin yang papan nama jalannya miring itu di mana e??” Setelah jembatan di Km.2 lalu sampailah di Dasi Besin.
Dari Dasi Besin kemudian menuju Lopo Tech. Di sini ada K Netty cs. Ada juga K Daud dan K Ruben yang membuat papan nama Jemaat Pniel Loomaten. K Ruben potong kertas sambil makan jagung bunga yang dibawa Giring.

Jumat, 9 Juli 2010
Waktu di HP Giring menunjukan 12.40 Wita. Tiga truk kuning dan satu hardtop beriringan meninggalkan halaman Gereja Polycarpus. Di atas truk yang Giring tumpangi, ada juga K Is, K Sil, K Nensy, K Ita cs (Opa Tameon, Nina Ate, Lodia Banik, Mira, Sarah dll). Baru sampai di Km 1, kami disambar hujan lebat. Semua panik lalu terburu-buru tarek terpal untuk berlindung dari hujan. “Sorry sister, tidak ada tali jadi pegang terpal sa e! Pegang kuat sa. Jang sampe angin tiup bawa kita deng terpal”
Ketika masuk kawasan Km. 3, hujan sudah reda.
* * *
Truk-truk dan hardtop terus beriringan menuju Betun. Giring lalu memilih untuk duduk di bagasi truk dengan Opa Tameon, biar pemandangannya bisa dinikmati.
Banyaknya ranting pohon yang merunduk membuat kami harus merunduk bahkan tiarap di atas truk. Terkadang kami terguncang-guncang karena jalannya yang tidak mulus. Kondisi jalan dari pertigaan Halilulik sampai Betun memang memenuhi syarat untuk dikasihani. Segala jenis lubang ada di sini. Mulai dari lubang seukuran lubang untuk menanam papaya sampai lubang seukuran lubang kubur. Seandainya ada yang celaka dan mampos di jalan ini, kubur saja di lubang-lubang yang ada di sepanjang jalan. Longsoran yang sampai di badan jalan juga terlalu banyak ditemukan di sepanjang jalan. Jalan ini merupakan salah dua atau mungkin salah tiga jalur menuju Betun dan Besikama bahkan menuju Motamasin, perbatasan RI dan RDTL, tapi kok bisa begini??? Mungkin kalau bupati atau gubernurnya orang Betun atau Besikama baru jalan ini bisa mulus, semulus paha cewe yang pakai celana umpan. Hahahaaaaaaaa!!!!!

Memasuki Kota Betun, kami disongsong hujan rintik. Setelah 204 menit menempuh perjalanan dari Polycarpus Atambua, akhrinya kami sampai di Ebehezer Betun. “Astaga, terpal di truk yang memuat berbagai perlengkapan setumpuk tas kami, bocor. Semua basah! Oh, Tas Giring yang berbahan dasar kantung semen Tonasa kedap air.”
* * *
Welcome to Ebenhezer Betun.
Kami lalu berjabatan tangan dengan pemuda Ebenhezer Betun. Tanpa menunggu lagi, K Maya mengambil alih ibadah pembukaan dengan bacaan Alkitab, I Samuel 3: 1-10. Ibadah ini kemudian diikuti dengan cek & recek peserta serta registrasi perserta dari Betun, kemudian pembagian kelompok. K Sil, dari Seksi Acara kemudian memberi nama setiap kelompok dengan nama hewan. Giring dan teman-temannya yang berada di kelompok lima mendapat nama Kelompok Tikus. Setiap anggota kelompok harus berperan sebagai bagian tubuh dari nama binatang seperti nama kelompoknya. Lalu mulailah perkenalan antar kelompok. Satu kelompok mendapat giliran untuk memperkenalkan diri lebih dahulu. Salah satu anggota kelompok yang berperan sebagai bagian tubuh binatang itu lalu memperkenalkan diri. Kelompok itu kemudian memilih kelompok lain. Bagian tubuh dari binatang itu (nama kelompok) yang hendak dikenal disebut kemudian anggota kelompok yang berperan sebagai bagian tubuh itu berdiri lalu memperkenalkan diri. Asyik!!!! Asyik !!! Cara perkenalan ini. Kreatif ju e!! Kalau waktu BC 2008 di Niki-niki, kami tulis nama di kertas baru saling mencari. Entah bagaimana dengan BC 2009 di Kakuun???
“Btw, KELOMPOK KODOK (K Netty, K Gina dll) mana e????
* * *
Dia Memanggilmu, materi pertama yang kami terima di malam ini dari Pdt. Dessie Tatengkeng, S.Th. Dengan gaya penyampaian yang terkadang bernada guyon, Pdt. Dessie menguraikan materinya slide per slide tentang panggilan Samuel dan keteladanan Samuel dalam menjawab panggilan Tuhan. Sehabis makan malam, kami lanjuta
kan dengan sharing bersama. Ada satu hal yang Giring tak sempat sharingkan malam itu yakni kita sebagai pemuda Kristen tidak hanya dipanggil oleh Tuhan tapi juga dipanggil oleh iblis. Suara iblis kadang selembut dan semanis suara Tuhan sehingga kita kira itu panggilan Tuhan. Setelah menjawab dan mengikutinya baru sadar kalau dia adalah iblis. Jadi selektiflah dalam menjawab panggilan Tuhan. Alkitab hendaknya dijadikan alat ukur untuk membedakan suara Tuhan dan suara iblis.
* * *
Karena agak kelelahan, setelah sharing dengan Pdt. Dessie, kami langsung ke penginapan, SD GMIT Betun untuk bobo. Yang perempuan di ruangan kanan sedangkan kami yang laki-laki di ruangan sebelah kiri. “Kalau yang tidak berjenis kelamin atau yang berjenis kelamin ganda tidurnya di mana e?” Hahahahaaaaaa……!!!
“Mat bobo kawan2 smua!!! Moga mimpi buruk. Tidor su, jang bacerita le…!”
Terpal biru yang dingin dirasakan bagai kasur busa yang empuk.


Sabtu, 10 Juli 2010
Baru 03.00 Wita dini hari, Giring sudah terjaga. Teman-teman se-terpal masih pulas. Mungkin sedang bermimpi tentang cewe-cewe Betun atau mungkin bermimpi tentang Piala Dunia. Jawabannya mungkin bisa tebaca dari gaya tidurnya. Oh ya, di ruangan ini kami tidur beralaskan terpal biru, ada yang masih beralaskan lagi selimutnya dan berbantal handuk, namun yang lebih unik adalah ada yang tidur beralaskan teman dan berbantal paha temannya. “Hahaaaa…!!!! Batendes su.. Biar hangat e bro dong!!!”
“Ah, lebih baik Giring bangun dan mempersiapkan renungan untuk ibadah pagi nanti. Kemarin, waktu di Lopo Tech, K Sil sudah meminta Giring untuk memimpin ibadah pagi.” Baru mencari-cari ayat untuk renungan, beberapa teman terjaga dan ikut bangun lalu bercerita-cerita entah soal apa. Konsentrasi buyar. Ruangan kembali hening setelah mereka saling mengajak untuk jalan-jalan pagi di Betun. Giring kembali mempersiapkan renungan yang diambil dari I Samuel 3:4-10.
Sudah pukul empat lebih, K Sil lalu memberi komando supaya Saat Teduh alias Sate. Giringlah yang mengambil alih Satenya. Setelah menyanyikan beberapa lagu, kami ibadah sesuai liturgi Sate dalam buku panduan BC. Menjelang doa penutup, beberapa cewe dari ruangan sebelah masuk dan bergabung dengan kami untuk Sate. “Jang kecewa e tapi kami tinggal mau doa penutup sa. Biar kita menyanyi-menyanyi dulu supaya sister dong jang kecewa. Nanti setelah itu baru salah satu sister pimpin doa penutup e!”
* * *

Akhirnya mendapat giliran untuk mandi setelah sekian lama antri panjang. Dari penginapan langsung ke lapangan voli Ebenhezer untuk olahraga. M m m m m !!! Giring yang memimpin senam pagi (hanya beberapa gerakan dari Senam Kesegaran Jasmani/SKJ 1998 Seri B). Semasa di SD, setiap pagi kami selalu senam dengan senam versi ini sehingga sampai sekarang Giring masih ingat beberapa gerakannya. “Tangan memegang kedua tempurung lutut, lutut sedikit ditekuk lalu pantat diputar ke kiri dan ke kanan sebanyak 2 kali 8 hitungan”
“Haaa???? Gerakan apa ni???”
“Ngebor lantai lapangan to!!! Hahahahaaaa….!!!!”
Senam pun selesai. Kami beralih ke olahraga lain. Berdiri dalam bentuk lingkaran sambil berpegangan tangan. Dengan iringan lagu Lifau yang dinyanyikan Jhony Lopez, kami berjalan memutar sambil
menghentakkan kaki. Sesekali disertai teriakan.
“Hia…….!!!! ”
“1….., 2……, 3!”
“Hia……!!!!”
Sehabis merenggangkan otot yang semalam kaku di atas terpal, Kemudian ibadah pagi. Sudah pasti Giring yang memimpin ibadah. “Sdr/I sekalian maupun tidak sekalian….” Baru mau mengawali ibadah, Giring sudah membuat hadirin tertawa terbahak-bahak. “Awas gigi kering!!!” Renungan yang tadi sudah dibuat kerangkanya tinggal disampaikan dengan mengembangkannya sembari menyisipkan beberapa humor. “Mari kita menyanyi, memuji Tuhan dari BCL (Bible Camp Lagu) nomor berapa saja….”
“Ada2 sa ni anak. Mau pimpin ibadah atau mau maen lawak???”
Hanya dua kemungkinan. Kalau bukan beribadah dalam lawak, ya, berlawak dan ibadah...
* * *
Begitu Giring turun dari mimbar kecil, Pdt. Ony Ndoen, S.Th kemudian menuju meja di depan mimbar utama. Hari ini Pdt Ony yang didampingi moderator, K Nensy, hendak menyampaikan materi Belajar dari Tokoh Samuel dalam Menjawab Panggilan Tuhan. Keteladanan Samuel diuraikan satu per satu secara jelas. Setelah itu, Pdt. Ony meminta kami secara berkelompok mengaitkan keteladanan Samuel bagi pemuda Kristen dalam konteks lingkungan gereja, keluarga, pacaran, pencapaian cita-cita dan dalam konteks Ipteks. Tugas kedua yaitu setiap kelompok harus mempresentasikan fragmen yang mencerminkan tentang isi materi tadi.
Kelompok Tikus (Nina Ate, Vira, Marlen, Rully, Teny, Semry, Yopi Berimau, Erwin Kana Kaja dan Giring) menyelesaikan tugas pertama dan membahas tugas kedua. “Yel-yelnya apa e??? Mau pentaskan apa”
“Gini sa, kita pentaskan kisah pemanggilan Samuel oleh Tuhan. Hanya bahasanya versi bahasa sehari-hari”
Okelah kalau begitu. Yopi berperan sebagai Tuhan, Semry sebagai Samuel dan Giring sebagai Eli. Tinggal yel-yelnya.
Giring ada rancangan yel-yel nih yang dimodifikasi dari lagu Slank. Di sini tempat jawab Tuhan. Salah tempat kalau kau jawab pacar. Di sini tempat orang yang penuh kemurahan. Tempat orang yangm urah hati…..
Kebetulan selain bernama Tikus, kelompok kami juga menyandang nama Kelompok Kemurahan. Yel-yel ini karena dalam kondisi mendesak sehingga disetujui saja oleh teman-teman.
Satu per satu kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Setelah itu, Pdt. Ony membuat kesimpulannya.
* * *
Kesimpulan dari Pdt. Ony mengakhiri session materi pertama. Pak berambut putih, mungkin pemateri kedua, telah menunggu di luar. Sebelum Pak itu masuk ke dalam gereja, kami masih dikhotbahi K Netty. K Netty bernada tinggi kepada kami demikian karena menurutnya tadi malam di ruang inap kami (laki-laki) konser sampai tengah malam. Baru dini hari sudah bangun dan konser lagi. “Interupsi! Dalam rangka klarifikasi. Setahu Giring, tidak ada konser dini hari di ruangan inap kami. Kami menyanyi hanya ketika Saat Teduh di atas pukul empat. Yang berisik di atas pukul tiga dini hari hanya beberapa teman yang terjaga dan bercerita namun tidak lama sudah hening setelah mereka jalan-jalan pagi di seputaran Betun”
Kami kemudian dikhotbahi lagi oleh Pak yang tadi duduk di luar tu, Pak Robert Martinus, B.Th dengan topik HERE I’M. Landaspijak beliau adalah I Petrus 3:9-10. Ayat ini didukung oleh setumpuk ayat yang disodorkan kepada kami. Suara bass Pdt. Robert terdengar tegas dalam memberi ulasan. Giring selalu siaga menyimak beliau karena peserta selalu disuruh membacakan beberapa ayat atau dijadikan alat peraga. Kalau tidak siap siaga payah su……
Tidak ada session tanya jawab bersama Pdt. Roberth, apalagi Pak Melki Takoy sudah memberi sinyal kepada beliau kalau waktunya sudah habis dan saatnya giliran Pak Melky untuk menjadi narasumber Sharing Tentang Organisasi Pemuda dan Masalah-Masalah di Sekitar Pergumulan Pemuda. Sebelumnya Pak Melky membagi kami menurut jemaat. Giring terdampar di kelompok pemuda jemaat Boas dan Kamanasa. Banyak masalah kepemudaan khususnya dalam pemuda Jempol yang disorotnya. Pak Hero dan K Gina, sebagai BP Pemuda Jempol periode 2007-2010 yang sementara duduk di kursi deret belakang kerap disebutnya.
* * *
Antrian terlalu panjang di penginapan. Giring nyaris tak mandi dan sudah nekat ikut kebaktian Penyegaran Iman (KPI) dengan tidak mandi. Tapi syukurlah, ada WC lowong. Sayangnya saluran pembuangan tersumbat sehingga sabun tergenang. Busa dan kulit sampo mengapung-apung. Ketika mandi, ya berdiri di atas closed lah. Ketika mau pakai celana panjang, terpaksa berdiri di atas bak WC supaya celana tidak basah oleh genangan air. “Untung ada bak WC. Kalau tidak ya, panjat tembok baru pake celana to…… Hahahaaaaaaa!!!”
* * *
Semua telah memasuki gereja dan menempati bangku-bangku panjang yang tadinya kosong. “M m m m m !!!! Pu harum lai. Ko orang dong baru habis mandi na.” Para cewe terlihat begitu manis seperti gula aer. Para begitu perkasa, seperkasa tiang penyangga lonceng gereja Ebenhezer.

Bro Addy Lado, Dini, Sarah dan Tasya sebagai singer kemudian memandu kami menyanyikan beberapa lagu memasuki KPI. Kemudian, Pdt. Roberth mulai masuk dengan khotbahnya untuk menyegarkan iman kami.
Entah bagian mana dari Alkitab yang dijadikan bahan renungan, Giring tak tahu. Sekilas dengar, khotbah beliau tentang Simon, penjala ikan yang dipanggil Yesus menjadi penjala manusia. Keseluruhan khotbah tidak disimak dengan serius. “Tadi kan Giring sudah konsep drama untuk Talent Show setelah KPI. Naasnya, konsep itu hilang. Gmn e?? Setelah lama mikir, yah buat berita kocak saja.” Sepanjang khotbah Giring dengan terburu-buru membuat beritanya. Khotbah selesai, 8 berita kocak selesai.
* * *
This time for Talent Show!
Kelompok Tikus dalam status ready to show.
K Sil lalu memaanggil nama kelompok secara acak untuk tampilkan talent-nya. Yossi, Meylisa cs sebagai kelompok yang pertama unjuk kebolehan dengan puisi yang dibacakan Yossi. Setelah itu, K Engel cs mementaskan drama mereka. Semua kru kelompok Tikus hanya tahan napas ketika K Sil hendak membacakan nama kelompok berikut. Ternyata kelompoknya Atri Riwu cs yang tampil dengan musikalisasi puisi. Kelompok Tikus yakin ini kali dapat giliran pentas. Sayangnya, K Ruben dkk (Kelompok Kucing alias Meong) yang maju dan menyanyikan sebuah lagu. Kelompok Tikus kapan e?? Ini masih giliran kelompoknya K Monche, K Ita cs yang menyanyikan lagu dengan musik dari alat dapur. Kemudian disusul kelompoknya Mira, Ida cs yang cukup mengguyon dengan puisi kocak mereka. Kelompoknya Lodia Banik, Yana Manafe cs juga tak mau ketinggalan show. Lalu, ada satu kelompok lagi yang mengutus Djeni untuk show dengan menyanyikan sebuah lagu secara solo. Yonel cs mementaskan drama tentang pemuda yang mabuk. Talent Show di malam minggu ini lalu ditutup dengan masuknya Kelompok Tikus ke arena pentas dan tampil dengan begitu fantastis, spektakuler dan memukau berpasang-pasang mata di ruang kebaktian ini. Kelompok Tikus mementaskan Berita Kocak. Giring menempati posisi penyiar dan berdiri di mimbar kecil sedangkan yang lain di samping kanan mimbar, bergilir melaporkan beritanya. Nama acara kami K ALDI alias Kemah Alkitab Dalam Berita. Beritanya aktual, menarik, fantastis, bombastis, romantis dan menggelitik sehingga banyak “pemirsa” yang tertawa histeris.
* * *
Kami semua duduk melingkar di lantai gereja. Neon dipadamkan. Hanyalah sebatang lilin besar meremangi kami. Kami semua tertunduk menghayati lagu yang dinyanyikan dengan penuh perasaan. Kata-kata refleksi yang bernada penyesalan, penyerahan diri pada Tuhan dan sebagainya menggema dalam gereja, meresap hingga sum-sum lalu menggelorakan selaksa rasa dalam onggokan hati. Entah berapa banyak hati yang tersentuh. Entah berapa galon butiran air mata yang jatuh. Entah berapa viber ingus yang mengalir. Semua ini bukanlah rengekan namun sebuah wujud ungkapan Here I’m.
* * *
Refleksi selesai. Yang terlihat hanya bekas air mata dan ingus di lantai gereja. K Ayub lalu mengambil alih microphone, menyesalkan ulah kami yang tidak menjaga kebersihan WC di penginapan sampai saluran pembuangannya tersumbat sampah dan pasir. Pak Hero juga menyesalkan ulah beberapa teman peserta yang dini hari tadi jalan-jalan pagi sampai PLN Betun tanpa sepengetahuan panitia. Selain itu juga menyesalkan KONSER semalam di penginapan (ruang tidur laki-laki).

Minggu, 11 Juli 2010
Begitu bangun pagi, eh ada Pak Hero di depan pintu ruangan. Rupanya tadi malam kami dikawal ketat panitia. Ketua Pemuda saja turun langsung ke TKP untuk mengawasi kami.
Beberapa teman laki-laki di ruang inap kami yang kemarin ‘konser’ dan yang jalan pagi sampai di PLN Betun membuat panitia tak ingin kecolongan lagi.
* * *
Kami semua lalu dikerahkan untuk membersihkan halamn gereja dan kembali untuk mandi di penginapan. Dari pada antri panjang di di penginapan, K Ay bilang mandi saja di kamar mandi gereja. Tidak perlu timba air lagi. Bak mandi sudah tersambung selang dari sumur. “Byurrrrrrrrrrrrrrrrr!!!”
Kebaktian pagi ini dimpimpin oleh Pdt. Vita dengan bacaan Alkitab dipilih dari Nehemia 4:1-14.
Bangku-bangku dalam gereja tidak ada yang kosong. Giring dan K Ay di bangku paling belakang. Jemaat Ebenhezer yang ikut kebaktian tidaklah banyak, yang paling banyak adalah peserta dan panitia BC yang jumlahnya ratusan orang. Saking banyaknya, pihak gereja harus menambah kursi pinjaman di sisi kiri dan kanan gereja.
Selepas kebaktian, dibawah komando Pak Hero dan K Ay, kami sapu bersih WC yang tersumbat dan lantai ruang inap yang kotor. Semua sudah bersih. Ayo foto bareng!!!
“Ayo berbaris di depan sekolah. Yang di depan duduk, yang di belakang berdiri”
“1…..2….creeet!!!!…...”
* * *
Siap! Tembak! Dooor! Salah satu game yang kami mainkan secara berkelompok. Begitu juga Happy Song KJ. K Ayub menyanyikan sepenggal lirik KJ lalu anggota kelompok yang tahu lirik selanjutnya, silahkan berdiri dan menyanyikannya. Eh, Kelompok Kodok (K Netty cs) juga ikut Happy Song.
Dan…….ini saat yang ditunggu-tunggu. Nge-games di luar gereja. Setiap kelompok sudah mulai melewati satu per satu rintangan yang membutuhkan nyali dan kekompakan. Rintangan pertama adalah melewati rongga ban. Ban kendaraan berukuran sedang ini ditanam di tanah berlumpur dengan jarak tertentu. Satu per satu merayap melewati rongga ban. “Awas makan lompor atau sesak dalam rongga ban”
Ow, badan penuh lumpur seperti kerbau sehabis berkubang. Sudah begitu lumpurnya bau.
Tantangan kedua ini menguji kerja sama tim. Mata kami ditutup dengan kain. Sebatang bambu yang diujungnya ada bola karet, diikat dengan tali rafia pada batang bambu ini. Tali rafia yang panjang ini kami pegang ujungnya Di bawah komando seorang teman yang tidak ditutup matanya, kami berusaha berjalan melewati rute yang ada. Hati-hatilah melangkah. Ada tali yang melintang. Kalau kaki tersangkut ya, jatuh! Tali rafia dipegang baik-baik ya! Kalau tidak bambunya goyang dan bola di atas bambu jatuh maka dinyatakan kalah. Belum sampai finish, kelompok Tikus gugur karena bola yang di atas bambu jatuh.
Game ketiga tidak terlalu menantang. Hanya membutuhkan kecepatan liukan tubuh yang tepat. Kami berdiri melingkar sambil berpegangan tangan. Gelang dari selang berdiameter sekitar 50 cm lebih yang sudah melingkar di tangan salah satu anggota kelompok kemudian dipindahkan ke teman yang lain dengan tetap berpegangan tangan.
Game terakhir yaitu menggigit sendok yang di atasnya ada kelereng. Lalu berjalan meliuk melewati deretan kursi menuju finis. Baru beberapa liukan, kelereng dari sendok Giring jatuh. Kelompok Tikus gagal lagi. Tapi syukurlah karena kelerengnya tidak tertelan.
* * *
Begitu turun dari truk, beberapa orang langsung salto ke kolam Tubaki. Yang masih berdiri di tepi kolam diseret atau dilempar ke kolam. Beberapa teman dari Betun terus mengejar Ketua Pemuda mereka sampai di dalam hutan di seputaran kolam Tubaki namun tidak berhasil diringkus untuk dilemparkan ke kolam. Giring yang tanganga di tepi kolam, diseret paksa lalu dilemparkan ke kolam oleh tiga orang teman dari Polycarpus.
Pulang dari kolam Tubaki, langsung membereskan semua bawaan. Tas-tas diangkut ke truk lalu ke gereja untuk ibadah penutupan. Sebelum itu, pengumuman pemenang Talent Show tadi malam dan games tadi siang. Kelompok Tikus memang tidak juara dalam games tapi Talent Show sudah pasti kamilah sang juara satunya. Enak!!! Dapat bingkisan yang isinya notes.
Setelah ibadah yang dipimpin Pak Vic. Simon Petrus Amung, S.Th kami bersalam-salaman lalu…………………………………..!!!!!!!!!!
Dadaaaaaaaaaaaaaaaa, Betun! Daaaaaaaaaaaaaa, Ebenhezer!!! Daaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa Pak Vic & K Bobi!! Daaaaaaa!!! Pemuda Ebenhezer Betun! Daaaaaaaaaaaaaa, mama2 yang bamasak untuk kami selama tiga hari!! Makasi atas semua-muanya!!! Mmmmmmuah! Mmmmmuah!!!!!!
Ketiga truk dan hardtop terus melaju menuju Atambua. Sepanjang jalan dari Betun-Atambua, Nina Ate, Yana, Sarah cs terus menyanyikan berbagai jenis lagu. Mulai dari lagu sekolah minggu, KJ, pop, dangdut hingga lagu-lagu perjuangan seperti Garuda Pancasila. Memasuki wilayah Nenuk, mereka ramai-ramai teriak “I’m coming Atambua.” Lalu ketika sampai di Km. 1 “I’m coming Polycarpus”.
Sesudah tas-tas dibongkar dan dibuang dari truk, semua berkumpul di dalam gereja dan berdoa. Sebelum pulang ada sesuatu dari Giring. Sebuah rekaman kegiatan selama BC 2008 di Niki-niki. Tulisan-tulisan ini pernah di-online-kan namun ditambahkan beberapa tulisan lagi lalu dibukukan. Sebenarnya buku ini harus dibawa ketika datang pertama kali ke Atambua namun karena terdesak oleh waktu sehingga tidak sempat cetak untuk perbanyak. Saat BC di Loomaten ditunda, Giring kembali dan dalam tenggang waktu yang ada, Giring mencetak dan memperbanyak buku tersebut. Hanya 18 eksemplar sementara ada 20 rayon dan ratusan pemuda. Nanti perbanyak sendiri e! Semoga tulisannya bermanfaat bagi kita semua. Nantikan saja buku tentang BC 2010 di Betun.

Ole-Ole dar Betun

Pada 11 Juli 2010 sore, sehabis penutupan BC, kita yang bukan orang Ebenhezer Betun. Melambaikan tangan kepada teman-teman yang berdiri di depan gereja menatap kepulangan kita ke Atambua. Dadaaaaaaaaaa...K Bobi,!!!!!! Daaaaaaa Pak Vicaris….!!! Daaaa…!!!! Semua-muanya…..!!! Sampai berjumpa lagi.
Sepulangnya dari Betun, ole-ole yang dibawa Giring begitu banyak. Teman-teman pemuda Jempol pasti belum dapat, sudah dapat atau sudah dapat namun ole-ole itu tenggelam di kolam Tubaki atau tersangkut pada bambu di hutan Kateri. Oleh karena itu, Giring mau bagi2 ole-ole do. Mau ko? Mau dong!!!

Ole-ole yg Giring dapa dar K Maya Lona
“Here I’m memiliki makna untuk menyatakan kehadiran dan penyerahan diri. Sementara itu, ada tiga hal yang patut dipelajari dari Samuel yaitu peka terhadap panggilan Tuhan, menjawab panggilan ketika mendengar panggilan dan mendengar nasihat Eli”.
(Renungan dalam Ibadah pembukaan BC dengan Firtu I Samuel 3:1-10 )


Ole-ole yg Giring dapa dar Pdt. Dessie Tatengkeng, S.Th
“Makna panggilan Tuhan: adanya pilihan dan pengutusan; ada misi dan tujuan khusus Tuhan; serta kita menjadi milik Tuhan ketika dipanggilNya.
Dalam menjawab panggilan Tuhan, karakter Samuel (peka, taat, tulus, responsif terhadap panggilan Tuhan, dan selalu dekat dengan Tuhan) kiranya menjadi teladan bagi kaum muda Kristen”. (inti materi DIA MEMANGGILMU yang dibawakan Pdt Dessie )

Ole-ole yang Giring dapa dar Pdt. Ony Ndoen, S.Th
“Dalam lingkungan gereja, pemuda harus siap dipanggil, aktif dalam ibadah pemuda tanpa embel-embel dan selalu mendekatkan diri pada Tuhan
Dalam lingkungan keluarga, pemuda harus taat pada keluarga karena keluarga merupakan fondasi pembentukan jati diri.
Dalam berpacaran, pemuda harus berpacaran secara sehat dan selalu menjaga diri.
Dalam perjuangan meraih cita-cita, pemuda hendaknya percaya dan belajar.
Dalam dunia Iptek, pemuda hendaknya memakai Iptek untuk kemuliaan Tuhan”
(kesimpulan materi BELAJAR DARI TOKOH SAMUEL DALAM MENJAWAB PANGGILAN TUHAN)


Ole-ole yang Giring dapa dar Pdt Robert Martinus, B.Th
“Tuhan datang untuk memanggil orang-orang berdosa. Saya adalah orang berdosa. Jadi, Tuhan memanggil saya”.
(sebuah penegasan dalam penyam paian materi HERE I’M)

“Ketika kita dipanggil Tuhan, kita akan: meninggalkan harta benda; berubah status menjadi murid atau anaknya; dan Allah selalu beserta kita”
(inti KPI yang dibawakan Pdt. Robert di Ebenhezer, Betun)



Ole-ole yang Giring dapa dar Pak Melki Takoy, SH
“Pengurus pemuda sebaiknya menjadi majelis di gereja sehingga bisa meloloskan program pemuda di tingkat majelis.
Pemuda harus mempunyai posisi strategis dan membuat kegiatan yang diperhitungkan. Selain itu etika struktur perlu diperhatikan dalam pembentukan kepanitiaan. Jangan sampai Ketua Pemuda menjadi kodinator seksi lagi”.
(beberapa poin dalam sharing tentang ORGANISASI PEMUDA DAN MASALAH-MASALAH DI SEKITAR PERGUMULAN PEMUDA)


Ole-ole yang Giring dapa dar Pdt. Divita Damajanti, S.Th
“Impian itu penting!
Dalam mewujudkan impian ada tantangan. Hal ini seperti yang dialami Nehemia ketika memiliki impian untuk membangun tembok Yerusalem, dia diolok namun orang-orang yang mengoloknya diperhadapkan saja kepada Tuhan. Selain itu, dalam mebangun tembok dan menghadapi tantangan itu, Nehemia berdoa baru bekerja kemudian berjaga-jaga” (Khotbah pada Minggu, 11 Juli 2010 di Ebenhezer Betun yang beranjak dari Nehemia 4: 1-14 )

Tahan Banting

(Renungan pagi oleh Giring pada ibadah pagi BC, 10/7/2010)
Bacaan Alkitab: I Samuel 3:4-10

Sesuai jadwal panitia BC 2010, BC sebenarnya dilaksanakan di Pniel Loomaten pada 2-4 Juli 2010.
Pada Jumat, 2 Juli lalu para peserta BC mulai berkumpul untuk berangkat ke Loomaten. Ada yang membawa 1 sampai 2 tas besar berisi pakaian, makanan ringan, bantal dan perlengkapan lainnya. Untung tidak ada yang membawa lemari dan mesin cuci atau tempat tidur! Sepertinya ada minat dan kerinduan besar peserta terhadap kegiatan kerohanian ini. Namun kami sebagai peserta dan juga panitia patah semangat dan kecewa seketika ketika BC harus ditunda hingga minggu berikut (9-11 Juli 2010) karena Pniel Loomaten, tempat BC kebanjiran.
Ketika semua kecewa, K Ay sebagai Kepan BC, mengajak semua yang hadir untuk mengambil hikmah dari pembatalan BC. Bagi Giring, hikmah yang diambil yaitu kesabaran dan kesetiaan kita diuji Tuhan dengan ruang dan waktu. Apakah kita masih setia dan sabar untuk ikut BC sekalipun dibatalkan atau tidak mau ikut lagi?
Entah bagaimana dengan teman-teman sekalian, namun bagi saya, ini adalah ujian berat terhadap kesetiaan dan kesabaran. Bukankah saya datang jauh-jauh dari Kupang untuk ikut BC namun jadinya seperti itu?
Sdr/i sekalian maupun tidak sekalian, ujian terhadap kesabaran dan kesetiaan terjadi pula pada Samuel ketika dia dipanggil Tuhan. Saat nama Samuel dipanggil, ia mengira Eli yang memanggilnya sehingga ia pergi menghadap Eli. Tapi Eli mengatakan ia tidak memanggil Samuel. Hal ini terjadi hingga tiga kali. Ini merupakan ujian terhadap kesetiaan dan kesabaran Samuel. Seandainya kita yang mengalami panggilan seperti itu. Kemungkinan besar hanya menjawab satu kali namun kalau sudah lebih dari satu kali jawabnnya tentu disertai omelan bahkan acuh tak acuh.
Teman-teman yang saya kasihi dan mengasihi saya, dalam kaitan dengan BC di Betun, kesabaran dan kesetiaan Kita juga diuji Tuhan dalam berbagai hal.
Ketika baru datang dari Atambua, kita sudah kehujanan di atas truk. Berteduhkan terpal yang dipegang ramai-ramai (untung tidak diterbangkan angin bersama terpal). Sesampai di Betun, ada yang sudah mual-mual, muntah-muntah, pusing-pusing, masuk angin, keluar angin, dll. Tidak hanya itu, kita juga harus rela antri bermenit-menit saat jam mandi sehingga ada yang nekat untuk tidak mandi atau hanya memandikan bagian tubuh yang penting. Saat tidur, kita juga hanya beralaskan karpet dan terpal bahkan beralaskan teman dll.
Beberapa hal di atas merupakan ujian bagi kita. Apakah kita tahan banting (setia dan sabar) saat menghadapi kondisi demikian?
Sekalipun kita diperhadapkan pada berbagai situasi yang kurang bersahabat, marilah kita tetap mengobarkan semangat iman kita dan mengikrarkan HERE I’M/BETA DI SINI/HAU IHAN NEE, yang diikuti dengan perwujudannya dalam tindakan nyata. Jangan sampai bilang Here I’m tapi dibangunkan untuk ibadah pagi, malah tarik kain ko tidur lagi. Jangan sampai bilang Here I’m namun hanya badan saja yang ada di tempat kegiatan sedangkan jiwa bergentayangan ke mana-mana. Semoga kita tetap sabar dan setia mengikuti BC hingga tuntas.
“Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah” (I Korintus 3:14). Amin

Daaaaaaaaaaaa, Polycarpus!!!

Sopir bus Sinar Gemilang lalu tancap gas meninggalkan terminal bayangan di Km. 3, depan rumah K Ayub. Daaaaaaaaaaaaa, Polycarpus, sampai jumpa di lain waktu dan kesempatan. Terima kasih atas sambutannya sebagai saudara. Terima kasih karena kemarin sudah campakan Giring ke kolam Tubaki. Terima kasih atas semua-muanya. Itu akan menjadi kenangan terindah.
Ketika kita bersama-sama melambaikan tangan dan mengucapkan salam perpisahan bagi Pemuda Ebenhezer Betun, itu adalah sejarah. Namun ketika Giring seorang diri mengucapkan salam perpisahan bagi Pemuda Jempol, itu adalah sebuah beban. Sepertinya mau tinggal di Atambua saja.
* * *
Sesampai di Niki-niki, Giring langsung membuat berita BC 2010 Pemuda Jempol Atambua dan menginsert foto bersama yang di depan SD GMIT Betun. Berita ini kemudian dikirim via email ke Ongki Ulan, salah satu teman yang adalah wartawan Timex di Atambua. “Di Niki-niki sonde ada warnet jadi akhirnya harus ke So’e untuk kirim beritanya” Foto dan berita itu kemudian terbit secara terpisah di Timex. Fotonya terbit pada Kamis, 15 Juli 2010 sedangkan beritanya Jumat, 16 Juli 2010. “Cieh! Kitong pu muka muncul di koran e…!!
* * *
Sejak itu hingga kini walau terpisah oleh jarak namun Giring dan pemuda Jempol tetap menyatu di hati. Giring sering SMSan dan chatting atau coment dengan beberapa pemuda Jempol. Tak jarang kami saling membantu via HP dan FB.
Di awal Agustus, K Sil menghubungi Giring untuk mengirim berita tentang BC di Betun karena pemuda Jempol mau terbitkan buletin. Berita dan beberapa tulisan memang ada tapi bagaimana kirimnya? Giring waktu itu sedang mengikuti Konferensi Cabang GMKI Kupang di Miomafo Barat, TTU. Tak ada akses internet. Salah satu pilihan adalah menempuh perjalanan sejauh 27 Km ke Kota Kefa untuk cari warnet lalu kirim berita dan beberapa tulisan. Berita yang dikirim dan dimuat di buletin pemuda Jempol edisi Agustus itu adalah polesan berita yang dimuat di Timex.
* * *
Pada suatu siang, Giring yang baru pulang kampus bertemu dengan orang Polycarpus, Lonie Salau bersama dua cewe lagi. Cewe yang satu itu bilang “Eh, K Giring!”
“Sapa e???” Ternyata dia Lodia Banik Pemuda Jempol lulusan SMA 1 Atambua yang ikut tes di Undana dan lulus dengan pilihan Prodi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah. “Mmmmmm, berarti ni yunior e! Nanti baru pelonco di kampus!
Dia kan ikut BC di Betun juga to...
* * *
Setelah pulang dari Atambua, Giring langsung memplontoskan kepala. Haaaa!! Kepala jadi ringan nih!
“kenapa gunting rambut?” Itulah nazar. Setelah berhasil ke Atambua harus gunting rambut. Beberapa dosen di kampus sering menegur Giring yang rambutnya kribo. “Tunggu dulu Pak, beta pulang dari Atambua baru kasi plontos sa. Beta piara rambut hamper satu tahun untuk bisa pi Atambua. Sonde enak kalo pi Atambua dengan kepala botak. Sihir dan pesona Giring bisa hilang”
Walau sekarang rambut tak sekribo dulu namun Giring masih tetap Giring. Sekali Giring tetap Giring. Merdeka!

Kilasan Kemah Alkitab dalam Berita

“Belasan cewe peserta BC 2010 Pemuda Jempol hingga kini masih tergolek lemah di RS. Harapan Cinta karena hatinya berbunga-bunga setalah makan jagung bunga yang dibagikan salah satu temannya. Sampai berita ini diturunkan, Seksi Keamanan panitia masih memburu tersangka”


“Ketika waktu mandi tiba, terlihat antrian panjang di depan kamar mandi penginapan peserta BC. Menanggapi masalah ini salah satu peserta berkomentar, “kalau antrian panjang begini, sebaiknya kita hanya memandikan bagian-bagian tubuh yang penting sehingga menghemat durasi mandi. Hahahahaaaaaaa! ”


“Mengomentari pertemuan Belanda dan Spanyol pada partai final Piala Dunia 2010, seorang penggila bola di Betun mengatakan “Jika imanmu sebesar biji sesawi saja kamu dapat menyuruh gunung berpindah ke laut . Namun untuk menyuruh Belanda mencetak gol ke gawang Spanyol, imanmu harus sebesar buah kelapa. Hahahaaa!!!! ”


“Dalam refleksi bersama pada malam terakhir BC, banyak peserta yang meneteskan air mata dan membanjirkan ingus. Masih menjadi teka-teki, berapa banyak galon air mata yang dideraikan dan berapa banyak viber ingus yang diperas. ”


“Saat mandi bersama di kolam Tubaki, K Bobi, Ketua Pemuda Ebenhezer Betun dikejar beberapa pemuda untuk melemparkannya ke kolam namun tidak berhasil. Menurut salah satu sumber terpercaya, K Bobi tidak takut basah namun tidak ingin dibaptis untuk yang kedua kalinya. Kwkwkwkwkwkw!!!!”

Rabu, 20 Oktober 2010

KPU Tetapkan Dubes Pemenang

Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPU) Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) tadi malam akhirnya menetapkan pasangan calon Bupati-Wakil Bupati Raymundus Sau Fernandez-Aloysius Kobes sebagai pemenang Pemilukada 11 Oktober lalu. Penetapan pasangan Dubes oleh KPU TTU sesuai hasil rapat pleno perhitungan perolehan suara, di gedung Biinmaffo, Selasa (19/10) kemarin.

Hasil rapat pleno rekapitulasi perhitungan suara kelima pasangan calon yang digelar KPU TTU menempatkan pasangan Dubes sebagai pemenang setelah meraih 42.709 suara atau 35,76 persen dari total suara sah yakni 119.422 suara.

Sedangkan perolehan suara sah keempat pasangan calon lainnya yaitu pasangan Gabriel-Simon meraih 41.216 suara atau 34,51 persen disusul pasangan Funan-Suni 26 621 suara atau 22,29 persen, pasangan Pijar 6.573 atau 5,50 persen dan pasangan Joao Meko-Alexander Sanan meraih 2303 suara atau 1,93 persen.

Hadir dalam rapat pleno kelima anggota KPU TTU, ketua Panwaslukada, Victor Emanuel Manbait, Ketua KPU NTT, John Depa, Ketua PN Kefamenanu, Togy Pardede, Dandim 1618/TTU, Letkol. Inf. Taufik Hanafi, Kapolres AKBP Adi Wibowo dan saksi dari pasangan Dubes dan pasangan Gabriel-Simon. Pleno perhitungan dan penetapan pasangan Dubes sebagai pemenang Pemilukada TTU berlangsung cukup alot.

Ketua Panwaslukada TTU, Victor Emanuel Manbait dan saksi pasangan Gabriel-Simon yakni Magnus Kobesi terpaksa walk out setelah terlibat perdebatan sengit.
Hal ini menyusul sejumlah temuan mengenai validasi total data pemilih di TPS tertentu yang ditemukan saat pleno rekapitulasi perhitungan suara berlangsung tidak ditanggapi Ketua KPU TTU, Aster E. da Cunha dan keempat anggota lainnya.

Buntutnya rapat pleno perhitungan suara yang masih menyisakan 14 PPK hanya diikuti saksi pasangan Dubes yakni Hendrikus Frengky Saunoah bersama massa pendukung pasangan Dubes.

Ketua Panwaslukada TTU, Victor E. Manbait kepada koran ini mengancamkan akan melaporkan KPU ke pihak berwajib. Pasalnya, KPU TTU yang tidak menanggapi secara serius sejumlah temuan yang terjadi dalam rapat pleno. KPU malahan dituding berupaya menghalang-halangi kerja Panwaslukada TTU.

Tidak hanya itu, Manbait juga mengancam akan melaporkan kejadian ke Bawaslu RI sebagai salah satu lembaga penyelenggara yang menangani pengawasan Pemilukada. "Besok pagi kami lapor ke polisi. Ini termasuk upaya menghalang-halangi kerja Panwas," katanya.

Dia menilai sikap dingin yang dipertontonkan KPU TTU merupakan upaya untuk menciderai hak demokrasi seluruh masyarakat TTU. "Ini tugas dan kewajiban Panwas sesuai amanat undang undang untuk mengawal seluruh proses Pemilukada agar berlangsung jujur dan adil," katanya.
Senada dengan Victor Manbait, saksi pasangan Gabriel-Simon yakni Adrianus Magnus Kobesi sangat menyesalkan sikap KPU TTU yang terus mempertahankan temuan penggelembungan total data pemilih sesuai temuan saat rapat pleno kemarin.

Dia mempertanyakan sikap KPU TTU yang tidak mau menanggapi positif temuan kemarin siang. "Ini semakin memperkuat indikasi ketidak netralan KPU TTU yang selama ini menjadi polemik banyak orang," ujarnya.

Untuk mengungkap kebenaran akan validasi total data pemilih di sejumlah TPS yang diterjadi dalam rapat pleno rekapitulasi perhitungan suara kelima pasangan calon, Kobesi mengancam akan menempuh jalur hukum ke lembaga berwewenang. "Malam ini (tadi malam) juga kami siap materi laporannya. Mudah-mudahan dalam satu dua hari ke depan kami sudah bisa sampaikan ke MK," katanya.

Menanggapi ancaman proses hukum dari Panwaslukada TTU dan pasangan Gabriel-Simon, Ketua KPU NTT, John Depa mengatakan siap meladeni. "Itu hak mereka. Silahkan tempuh jalur hukum sesuai aturan yang berlaku," tantang John Depa.

Mengenai aksi walk out, Depa menjelaskan sesuai aturan pleno perhitungan perolehan suara pasangan calon Bupati-Wakil Bupati TTU hasil Pemilukada 11 Oktober lalu, yang berlangsung kemarin pagi tidak harus dihadiri oleh Panwaslu dan saksi dari seluruh pasangan calon. Karena itu pleno lanjutan dan penetapan paket terpilih yang dilakukan KPU TTU sah . "Walk out itu, hal biasa yang selalu terjadi dalam pleno seperti hari ini. Jadi sah-sah saja," ujar Depa.

Calon bupati terpilih, Raymundus Sau Fernandez mengaku kemenangan yang diraih pada Pemilukada 11 Oktober lalu adalah kemenangan seluruh masyarakat TTU yang mencintai perubahan. Karena itu dia dan pasangan calon wakil bupati Aloysius Kobes akan berusaha membangun kerjasama yang harmonis dengan seluruh masyarakat TTU agar lebih maju lagi lima tahun ke depan. "Kemarin kita bersaing bersama untuk memimpin masyarakat TTU ke depan. Sekarang mari kita bangun kerjasama yang baik untuk membangun masyarakat TTU lebih baik lagi," katanya.

http://www.timorexpress.com/index.php?act=news&nid=41244

Senin, 18 Oktober 2010

Warga Timor Leste Masuk DPT

Komitmen Panwaslukada Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) untuk mengawal proses Pemilukada 2010 bukan sekedar isapan jempol. Senin (18/10) kemarin, Panwaslukada TTU kembali menemukan dugaan pelanggaran dimana dua warga negara asing (WNA) asal Timor Leste terdaftar sebagai daftar pemilih tetap (DPT). Kedua warga Timor Leste itu adalah Louisia Kolo dengan paspor C0026897 dan Elisabeth Sasi paspor C0026896. Louisia Kolo adalah warga Cutete kelahiran 07 Juli 1984 dan Elisabeth Sasi warga Oecusi kelahiran 19 Nopember 1984.

"Hasil klarifikasi kepada dua WAN itu tadi siang, mereka memang tidak menggunakan hak pilih tapi sayangnya mereka terdaftar di DPT," ungkap ketua Panwaslukada TTU, Victor Emanuel Manbait, Senin (18/10) kemarin.

Dua WNA dalam DPT Pemilukada TTU ini jelas Victor baru terungkap setelah sejumlah tim sukses pasangan Gabriel-Simon melaporkan ke Panwaslukada Minggu (17/10) malam lalu. "Untung tadi malam (Minggu malam Red) ada laporan dari tim sukses pasangan Gabriel-Simon sehingga kasus ini bisa kita temukan," ujarnya.

Ia berjanji akan merekomendasi kasus ini ke KPU TTU sebagai lembaga berwewenang sesuai aturan untuk ditindak lanjuti sesuai aturan yang berlaku. "Ini termasuk pelanggaran administratif yang perlu kami rekomendasikan ke KPU," ucapnya.

Selain itu kata dia, hasil klarifikasi atas laporan dari saksi pasangan Funan-Suni soal anak dibawah umur yang ikut mencoblos ternyata tidak terbukti. "Baik kedua orangtua anak yang bersangkutan maupun saksi paket Funan-Suni sendiri mengatakan anak tersebut tersebut tidak menggunakan hak pilih," katanya.

Terpisah, juru bicara KPU TTU, Dolfianus Kolo yang dilaporkan Ketua DPRD TTU, Robertus Vinsensius Nailiu atas perbuatan tidak menyenangkan membantah semua tuduhan yang dialamatkan kepadanya.

"Waktu itu ada pak ketua KPU dan tiga orang anggota KPU lainnya. Saya tidak melakukan hal seperti yang dilaporkan kok," kata Dolfianus Kolo. Namun sebagai warga negara yang taat hukum, Dolfianus mengaku sudah memenuhi panggilan penyidik untuk memberikan keterangan Sabtu (16/10) lalu.

Ia menambahkan kebenaran atas kasus yang dituduhkan kepadanya akan terbukti dalam sidang di pengadilan nanti. "Di republik ini tidak ada yang kebal hukum. Jadi kalau memang terbukti saya bersalah jelas harus jalani hukum penjara sesuai putusan hakim," kata Dolfianus enteng.

Selain itu mengenai perolehan suara kelima pasangan, Dolfianus tetap menolak mengumumkan hasil perolehan suara sementara ke publik. Alasannya kesibukan lembaganya semakin tinggi sehingga tidak punya waktu untuk mengumumkan data total perolehan masing-masing pasangan. "Kalau publik ingin tahu, tunggu saja hasil rapat pleno perhitungan suara tingkat KPU," ujarnya.

Sementara aksi protes massa pendukung paket Funan-Suni hingga kemarin sore masih terus berlanjut. Senin (18/10) kemarin, massa pendukung pasangan Funan-Suni menggelar demo di gedung DPRD TTU. Aksi ini berlangsung setelah misa pentahbisan sembilan diakon menjadi imam baru oleh Uskup

Atambua, Mgr. Dominikus Saku, Pr, di gereja Sta. Theresia Kefamenanu. Pantauan koran ini massa tidak berhasil menemui salah satu anggota DPRD pun. Meski demikian kehadiran massa pendukung paket Funan-Suni dikawal ketat oleh empat pleton polisi gabungan asal Polres TTU, Polres Belu, Polres TTU dan Brimobda NTT. Massa kemudian membubarkan diri dengan tertib namun berjanji akan kembali menggelar demo dengan jumlah yang lebih besar.

http://www.timorexpress.com/index.php?act=news&nid=41239

Minggu, 17 Oktober 2010

KPU TTU Tunda Pleno Perhitungan Suara Pemilukada TTU

Meski pleno rekapitulasi perhitungan perolehan suara Pemilukada TTU baru dimulai Senin (18/10) mendatang, namun KPU TTU sudah memutuskan jadwalnya diundur hingga Selasa (19/10) mendatang.

"Tanggal 18 Oktober, tidak mungkin ada kegiatan rekapitulasi perhitungan suara masing-masing paket calon di tingkat KPU, karena hari itu umat Katolik di TTU ada upacara pentabisan imam baru. Jadi kita baru mulai pleno sekaligus penetapan paket pemenang pada tanggal 19 dan 20 Oktober," kata Ketua KPU TTU, Aster E. da Cunha melalui juru bicara Dolfianus Kolo kepada koran ini, Jumat (15/10) kemarin.

Saat ini kata dia, pleno rekapitulasi perhitungan suara masing-masing pasangan calon di tingkat PPK sudah rampung. "Dan sejak kemarin kotak suara dari 24 PPK sudah tiba di gedung serbaguna Biinmaffo," ujarnya.

Menanggapi tudingan terhadap KPU TTU yang tidak netral dan independen oleh massa yang menggelar demo ke kantor KPU TTU dibantah oleh Dolfianus Kolo. "KPU tidak pernah menjadi tim sukses untuk paket tertentu. Kerja KPU TTU selama ini sangat menjunjung tinggi netralitas dan independensi. Jadi kalau ada orang-orang atau kelompok tertentu yang menuding KPU kerja curang itu tidak benar," ujar Dolfi enteng.

Soal perolehan suara sementara kelima pasangan calon yang enggan diumumkan KPU, Dolfi mengatakan saat ini bukan waktunya untuk mengumumkan data perolehan suara sementara semua pasangan calon. "Kami sekarang lebih fokus ke rekapitulasi perhitungan suara di tingkat PPK dan KPU. Jadi soal data final perolehan suara masing-masing paket calon nanti ketahuan saat rapat pleno perhitungan suara di tingkat KPU," jelasnya.


Ratusan Massa Demo ke DPRD TTU

Desakan massa agar Komisi Pemilihan Umum (KPU) membatalkan proses Pemilukada TTU, Senin (11/10) lalu terus terjadi. Setelah menggelar aksi protes beruntun massa pendukung paket Gabriel-Simon di KPU TTU, Kamis (15/10) lalu, Jumat (15/10) kemarin, ratusan massa pendukung pasangan Funan-Suni menggelar aksi lanjutan ke DPRD TTU.

Pantauan Timor Express, aksi demo ratusan massa pendukung pasangan calon bupati-wakil bupati Yohanes Usfunan-Nikolaus Suni di gedung DPRD diterima Ketua Komisi A DPRD TTU, Maximus Taek dan tiga anggota Komisi A yakni Agus Talan, Eduardus Tanesib dan Hubertus Kun Bana. Aksi massa ini dikawal ketat aparat Kepolisian baik dari Polda NTT, Brimobda NTT, Polres TTS , Polres Belu dan Polres TTU.

Di halaman depan gedung kantor DPRD TTU massa sempat menyampaikan orasi mengkritisi kinerja Panwaslu dan independensi KPU TTU dalam melaksaksanakan tugas penyelenggaraan Pemilukada 11 Oktober lalu. Orasi disampaikan secara bergantian oleh koordinator, Joseph Naiobe.

Kerja KPU TTU selama ini kata Naiobe lebih banyak berpikir untuk menghabiskan hibah dana Pemilukada senilai Rp 16 miliar daripada bekerja menghasilkan sebuah Pemilukada yang lebih jujur adil dan netral sesuai tugas dan fungsi KPU.

Saat berdialog dengan Komisi A, massa mendesak DPRD TTU untuk membubarkan KPU TTU. Alasannya kinerja KPU TTU tidak netral dan cenderung tertutup. Hal ini bertentangan dengan azas dan tugas fungsi pokok KPUD TTU selaku penyelenggara Pemilukada. "Kalau mental kerja KPU seperti ini. Lebih baik dibubarkan saja," kata Naiobe.

Mereka juga mendesak agar proses Pemilukada tahap rekapitulasi perhitungan suara baik di tingkat PPK maupun KPU TTU dihentikan dan diproses ulang. Selain itu banyak kecurangan seperti adanya intimidasi dari tim sukses pasangan tertentu, banyak pemilih yang terdaftar di DPT tidak mengunakan hak pilihnya serta anak di bawah umur yang ikut mencoblos di TPS.

Ketua Komisi A DPRD TTU, Maximus Taek berjanji akan meneruskan aspirasi mereka ke pimpinan DPRD untuk ditindaklanjuti. "Terus terang komisi bukan lembaga yang mempunyai kewenangan untuk melakukan eksekusi. Jadi untuk menindaklanjuti tuntutan massa sore ini juga kami akan sampaikan pimpinan DPRD untuk mencari jalan keluarnya," katanya.

Ia menambahkan, Dewan memiliki kewenangan untuk memanggil KPU dan Panwaslukada untuk memberikan klarifikasi. Meski begitu sikap tegas DPRD TTU ini akan menjadi sebuah kekuatan politik jika mendapat persetujuan sidang paripurna DPRD.

Karena itu kata dia, cepat lambatnya sidang paripurna khusus DPRD sangat tergantung dari kesiapan Banmus untuk menjadwalkan sidang paripurna dimaksud. "Kalau sudah ada tanggapan dari pimpinan DPRD, maka tergantung Banmus membuat jadwal sidang. Kalau cepat, sidang bisa dilakukan Senin depan," kata Manehat.

Dewan Minta Klarifikasi KPU

Terpisah, Ketua DPRD TTU, Robby Nailiu, kepada Timor Express, tadi malam, mengatakan, Sabtu (16/10) hari ini, DPRD TTU akan memanggil KPU TTU untuk memberikan klarifikasi terkait dugaan pelanggaran seperti yang dilaporkan.

Robby mengatakan, KPU TTU akan dipanggil pukul 13.00 siang ini untuk memberikan tanggapan terhadap berbagai dugaan penyelewengan yang dituduhkan para warga yang menggelar aksi demo selama satu pekan ini.

Dia juga menjelaskan, DPRD akan meminta penjelasan KPU sejauhmana kinerja KPU, sehingga menimbulkan gejolak-gejolak di masyarakat. Apalagi, tidak terlibatnya 30-an ribu pemilih dalam pencoblosan 11 Oktober lalu. Menurut Robby, sudah ada indikasi KPU secara sistematis melakukan penyelewengan untuk kepentingan tertentu.

"Kita akan panggil agar mereka (KPU) memberikan klarifikasi. Karena ini berdasarkan desakan dari tiga paket calon dan warga masyarakat TTU pada umumnya bahwa KPU sudah tidak profesional lagi dalam menjalankan tugasnya," tandas Robby.

Selain itu, disinyalir ada upaya manipulasi data oleh KPU, sebab sejak perhitungan di tingkat TPS hingga PPK saat ini, KPU tidak pernah mengeluarkan data resmi. KPU cenderung menyembunyikan data, bahkan hanya mengeluarkannya untuk paket calon tertentu. "Ada juga yang menyebarkannya lewat SMS, sehingga ini menyesatkan. Padahal namanya Pemilu berarti tidak publik berhak tahu informasinya. Jangan ditutup-tutupi," tandasnya.

Selain itu, sebagai Plt. Ketua DPD II Partai Golkar TTU, Robby mengaku kecewa terhadap kinerja KPU, sebab KPU sudah tidak profesional lagi dalam menjalankan tugas menyelenggarakan Pemilukada. Terjadi penggelembungan dan pengurangan suara paket calon tertentu di beberapa TPS.

Ada bukti tertangkapnya beberapa oknum yang terlibat politik uang serta mobilisasi PNS dari kabupaten dan provinsi oleh oknum tertentu baik dari Kabupaten TTU maupun Provinsi NTT untuk memenangkan paket calon tertentu. "Jadi Golkar dan beberapa paket calon minta agar KPU hentikan proses Pemilukada ini. KPU harus memberikan klarifikasi terkait masalah-masalah ini, karena masyarakat butuh kejelasan. Masyarakat butuh Pemilukada yang independen," tegas Robby.

Dia juga menyebutkan, berdasarkan hasil rekapitulasi para pengurus Golkar di Posko Golkar, hasil perolehan suara sementara, yakni paket Pijar memperoleh 6.577 suara, paket Gab-Simon 41.741 suara, paket JD 2.292 suara, paket Dubes 41.204 suara dan paket Funan-Suni 26.125 suara.

Menurutnya, jumlah suara ini berasal dari 22 kecamatan yang sudah melakukan rekapitulasi penghitungan suara. Sementara dua kecamatan lainnya belum masuk. "Ini data valid yang diambil dari PPK, sehingga kita masih tunggu dua kecamatan lagi," tandasnya.

http://www.timorexpress.com/index.php?act=news&nid=41211

Jubir KPU TTU Dipolisikan

Nasib juru bicara (Jubir) Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Dolfianus Kolo bisa terancam. Udara bebas yang selama ini dinikmati bisa berubah bila terbukti melakukan tindak pidana.

Pasalnya, Dolfianus Kolo dilaporkan ke Polres TTU oleh Ketua DPRD TTU, Robertus Vinsensius Nailiu atas dugaan perbuatan tidak menyenangkan terhadap orang nomor satu di lembaga DPRD TTU ini, Sabtu (16/10) kemarin. "Tadi siang saya sudah lapor ke Polres sekaligus sudah beri keterangan kepada penyidik," kata Ketua DPRD TTU, Robertus Vinsensius Nailiu kepada koran ini, Sabtu (16/10) kemarin.

Robertus Nailiu mengatakan perbuatan tidak menyenangkan oleh juru bicara KPU TTU Dolfianus Kolo terasa ketika diskusi dengan empat anggota KPU TTU mengenai agenda pertemuan Komisi A DPRD TTU dan KPU TTU kemarin. Diskusi tersebut guna mencari jalan keluar terbaik perihal instabilitas keamanan jelang penetapan dan pengumuman paket calon Bupati-Wakil Bupati TTU terpilih periode 2010-2015 oleh KPU TTU.

"Kami sudah sepakat supaya KPU bertemu Komisi A untuk membahas masalah ketegangan masyarakat selama ini, setelah Pemilukada 11 Oktober lalu. Tiba-tiba datang Dolfi Kolo. Saya waktu itu maksud mau minta supaya pak ketua KPU yang menjelaskan kepada dia mengenai hasil kesepakatan kami. Tapi tiba-tiba meledak, lu (Robi-red) itu sapa," katanya.

Selain mengeluarkan kata-kata tidak etis, Dolfi juga sempat meludahi korban ketika melewati posisi berdiri korban dengan Kabag Ops Polres TTU, Kompol Junjun. Peristiwa memalukan ini terjadi ketika korban menjawabi pertanyaan Kabag Ops mengenai ketegangan yang terjadi di Sekretariat KPU TTU pagi kemarin.

"Pak Kabag Ops tanya saya tadi ada apa. Lalu saya bilang ada beda pendapat dengan Dolfi Kolo. Kebetulan dia (Dolfi-red) lewat, jadi dia buang ludah ke arah saya sehingga merasa dilecehkan," jelasnya.

Kehadiran korban di Sekretariat KPU TTU selaku Ketua DPRD TTU yang memiliki tanggungjawab moril untuk menciptakan suasana keamanan yang kondusif bagi seluruh masyarakat TTU paska Pemilukada.

"Kalau waktu saya mengenakan pakai Golkar mungkin dia (Dolfi Red) patut bertanya seperti itu, tapi kan saya pakai pakaian dinas lengkap DPRD TTU. Jadi kalau tanya macam-macam, saya sangka tidak terlalu bagus," ujarnya.

Ketua KPU TTU, Aster E. da Cunha membenarkan kasus yang dilakukan anggota KPU TTU, Dolfianus Kolo terhadap Ketua DPRD TTU. "Pak Dolfi sudah diamankan di Polres untuk menjalani pemeriksaaan mengenai kasus dengan pak Ketua DPRD tadi pagi," kata Aster dihadapan massa pendukung paket Gabriel-Simon saat menggelar aksi demo kemarin.

Kapolres AKBP. Adi Wibowo membenarkan proses hukum yang sedang dilakukan penyidik lembaganya terhadap Dolfianus Kolo. "Yang bersangkutan sedang kami amankan sambil menjalani pemeriksaan," katanya.

Massa Terus Demo

Sementara aksi demo ribuan massa pendukung paket calon Bupati-Wakil Bupati Yohanes Usfunan-Nikolaus Suni (Funan-Suni) dan Gabriel Manek-Simon Feka ke KPU TTU masih berlangsung hingga, Sabtu (16/10) kemarin.

Mereka tetap menuntut KPU untuk menghentikan proses rekapitulasi perhitungan suara kelima paket calon bupati-wakil bupati. Alasannya Pemilukada 11 Oktober lalu syarat kecurangan seperti dugaan penggelembungan suara, money politik dan intimidasi pemilih oleh paket calon bupati-wakil bupati tertentu.

Massa pendukung dua pasangan ini tetap konsisten menuntut agar membubarkan KPU TTU karena dinilai mengabaikan asas netralitas dan independensi dalam menyenggarakan Pemilukada 2010.

KPU TTU dituding menjadi tim sukses bagi paket tertentu dan membocorkan rahasia perolehan suara kelima paket calon kepada paket calon tertentu. Menanggapi tuntutan mereka, Ketua KPU TTU, Aster E. da Cunha meminta agar dugaan pelanggaran dan kecurangan tersebut dilaporkan ke Panwaslukada.

Ia juga meminta supaya pasangan calon bupati-wakil bupati yang tidak puas dengan proses pelaksanaan Pemilukada menempuh cara hukum sesuai aturan yang berlaku. "KPU siap meladeni jalur hukum , kalau ada paket calon yang tidak puas dengan kerja KPUD selama ini," katanya.

Mengenai rencana pertemuan KPUD dan DPRD TTU untuk membahas dugaan pelanggaran dalam pemilukada hingga berlanjut sampai aksi demo, Ater mengaku tidak bisa memenuhi permintaan dimaksud.

Ia berargumen kesibukan KPU TTU sangat padat. Disamping itu, KPU lebih fokus untuk menerima demonstran dan menyelesaikan rekapitulasi perhitungan suara kelima paket calon.
Terpisah, Ketua DPD I Partai Golkar NTT, Ibrahim Agustinus Medah mengatakan, pihaknya mendukung sikap DPD II Partai Golkar TTU yang mendesak KPU TTU untuk menghentikan proses Pemilukada TTU. Pasalnya, saat ini sudah ada indikasi kecurangan dalam yang merugikan beberapa paket calon.

Medah juga meminta agar proses yang bermasalah itu perlu diluruskan kembali oleh KPU, sehingga Pemilukada dapat berjalan sesuai dengan aturannya. "Saya setuju dengan sikap partai Golkar TTU untuk melakukan protes guna dilakukan pemeriksaan sesuai prosedur yang berlaku dan kalau memang terjadi pelanggaran proses pemilukada, maka harus diluruskan kembali prosesnya," kata Medah kemarin.

Menurutnya, KPU harus independen dan profesional dalam menjalankan tugasnya, sehingga tidak ada paket calon yang dirugikan. Sebab, menurutnya, Pemilukada merupakan pesta rakyat, sehingga rakyat perlu dilibatkan, bukan malah KPU mengebiri hak-hak rakyat dengan tidak melibatkan mereka dalam pemilukada. "Kalau ada permasalahan segera diluruskan, jangan biarkan berlarut-larut, karena yang rugi adalah para paket calon dan rakyat juga rugi," kata Ketua DPRD NTT ini.

Sementara data perolehan suara sementara yang dihimpun dari Sekretariat PDIP TTU menyebut dari total suara sah 118.889 suara dari 24 kecamatan, paket Pijar meraih 6580 suara, Gabriel-Simon 41.193 suara, Joao Meko-Alexander Sanan 2.295 suara, paket Dubes 42.674 dan paket Funan-Suni 26.157 suara.

Sedangkan perolehan suara sementara dari Sekretariat Partai Golkar TTU menyebut total rekapituasi perhitungan suara di 22 kecamatan, paket Pijar meraih 6.577, Gabriel-Simon 41.741 suara, paket Joao Meko-Alexander Sanan, 2.292 suara, paket Dubes, 41.204 suara dan paket Funan-Suni meraih 26.125 suara.

http://www.timorexpress.com/index.php?act=news&nid=41220

Kamis, 14 Oktober 2010

Massa Desak KPU Batalkan Pemilukada TTU

Tensi politik di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) makin memanas paska Pemilukada yang digelar Senin (11/10) lalu.

Aksi demo mendesak Pemilukada dibatalkan terus digulir. Kamis (14/10) kemarin, massa dari dua pasangan calon bupati-wakil bupati menolak Pemilukada TTU kembali berlangsung di Kefa ibukota Kabupaten TTU.

Pantauan koran ini, sekira pukul 13.20 Wita, ribuan massa pasangan Funan-Suni yang pertama mendatangi Kantor KPU TTU. Disusul massa pendukung pasangan Gabriel-Simon. Massa kedua pasangan ini menolak rekapitulasi perhitungan suara masing-masing pasangan calon di 24 PPK. Kehadiran massa pendukung Funan-Suni sempat mengundang emosi aparat kepolisian karena massa memaksa menembus pagar betis aparat kepolisian yang berjaga di depan Kantor KPU TTU.

Massa pendukung dua pasangan ini diterima Ketua KPU TTU, Aster E. da Cunha dan Ketua Panwaslukada, Victor E. Manbait yang didampingi Kapolres AKBP. Adi Wibowo.
Dihadapan Ketua KPU TTU, Aster da Cunha dan Ketua Panwaslukada, Victor Manbait, massa menuding KPU TTU tidak independen dalam menyelenggarakan Pemilukada. KPU TTU dinilai menjadi tim sukses dari salah satu pasangan.

Indikasi keterlibatan KPU TTU ini dengan lolosnya salah seorang
anak berumur 7 tahun dari desa Nian ikut mencoblos pasangan tertentu
atas perintah salah seorang kepala dusun di Desa Nian.

"Sekarang juga ada saksi kami, yang saat itu ribut bersama saksi pasangan calon lainnya karena surat suara yang diterima dari KPPS dalam keadaan sudah tercoblos. Dia bisa berikan kesaksian sekarang juga," ungkap Yohanes Tnesi, Sekretaris Tim Sukses pasangan Gabriel-Simon.

Mereka juga menyoal pengurangan perolehan suara pemilih pasangan
calon tertentu di salah satu TPS di Desa Fatunisuan saat perhitungan suara. Termasuk puluhan ribu pemilih Biboki dan Insana yang tidak

menggunakan hak pilihnya karena tidak mendapat undangan dari KPPS.
"Ini sebuah skenario pengurangan suara pemilih yang diatur secara sistimatis oleh KPU agar pemilih dibasis paket Funan-Suni dan Gabriel-Simon tidak menggunakan hak pilihnya," ungkap Tnesi.

Sementara Koordinator Pasangan Funan-Suni, Theodorus Tahoni mengatakan, kasus surat undangan pemilih untuk melakukan pencoblosan sebenarnya sudah diperingatkan oleh pasangan Funan-Suni satu hari jelang pencoblosan.

Namun kata dia, KPU TTU melalui juru bicaranya, Dolfi Kolo menjamin bahwa semua pemilih akan menerima undangan sebelum pencoblosan. Meski demikian kata Tahoni fakta di lapangan bertentangan dengan janji juru bicara KPUD. "Kami ingin tahu mengapa di wilayah Insana ada 17 ribu pemilih yang tidak menggunakan hak pilih karena tidak mendapat
undangan. Bukankah ini sebuah skenario sistematis yang sudah dibuat leh
KPU TTU sebelumnya," aku Tahoni.

Sementara itu tiga pasangan calon bupati-wakil bupati masing-masing,
Funan-Suni, Pijar dan Gabriel-Simon dalam suratnya menolak proses Pemilukada TTU sebelum Panwaslu mengungkap 17 kasus kecurangan sejak kampanye dan masa tenang.

Kecurangan itu antara lain banyak pemilih dadakan dari luar kabupaten TTU. Selain itu adanya kasus penggelembungan suara pemilih dari 350 menjadi 450 pemilih di salah satu TPS tertentu di kota Kefamenanu.

Kasus lainnya menurut ketiga paket calon tersebut yaitu adanya kasus tim sukses paket tertentu mengambil paksa format model C2 dan berita acara dari PPK Insana Fafinesu, Kamis (14/10) kemarin.

Berdasarkan berbagai persoalan ini ketiga pasangan calon mendesak KPU
NTT segera membekukan KPU TTU sekaligus melaksanakan Pemilukada ulang. Sebab Pemilukada, Senin (11/10) Oktober lalu syarat kecurangan yang dilakukan KPU TTU dan paket tertentu.

Ketiga paket calon ini menyatakan tegas tidak mengakui proses Pemilukada karena KPU TTU tidak independen dan netralitas. Apabila KPU TTU tidak menghentikan semua tindakan intimidasi yang dilakukan tim pasangan tertentu maka mereka akan menempuh proses hukum.Sekitar 30 Ribu Pemilih Tidak Coblos

Anggota DPRD NTT, Anton Timo, meminta KPU Kabupaten TTU untuk bertanggungjawab atas kesalahannya dalam melaksanakan tahapan Pemilukada TTU. Pasalnya, dari 142 ribu lebih rakyat TTU yang terdaftar dalam DPT, lebih dari 30.000 pemilih tidak mencoblos. Pasalnya, mereka tidak mendapatkan surat undangan dari KPU untuk mencoblos di TPS.

Selain itu, Anton menyebutkan, terdapat sejumlah kejanggalan, yakni ada anak sembilan tahun yang mendapat undangan untuk ikut mencoblos.
Hal ini dikatakan politisi PKB ini, Kamis (14/10) kemarin, seraya meminta agar Pemilukada TTU dibatalkan karena penuh kecurangan.

Kepada Timor Express, dia menjelaskan, banyak pemilih yang ikut memilih pada Pileg dan Pilpres 2009 lalu, namun tidak ikut memilih dalam Pemilukada, karena tidak mendapatkan undangan dari KPU. Padahal, nama mereka terdaftar dalam DPT.

Kasus ini terjadi hampir di semua kecamatan. Namun, yang paling banyak justru terjadi di Kecamatan Insana, yakni jumlah yang tidak memilih mencapai 17.000 lebih. Hal yang sama terjadi di Kecamatan Kota Kefamenanu yakni sekitar 9.000 pemilih tidak memilih. "Anehnya, ada orang yang sudah meninggal tapi dapat undangan untuk memilih. Ada juga anak bawah umur yang dipaksa mencoblos paket tertentu," katanya.

Oleh karena itu, dia meminta KPU Provinsi NTT harus turun tangan untuk menyelidiki kasus yang sedang terjadi di TTU. Sebab, menurutnya, hal ini terjadi akibat kelemahan KPU TTU dan Panwas TTU. Anton juga meminta agar wilayah di mana banyak pemilih yang tidak memilih sebelumnya harus dilakukan pencoblosan ulang. Alasannya karena para pemilih sudah terdaftar dalam DPT.

"Saya kira ini bisa disengajakan, karena tidak logis kalau sekian ribuan pemilih itu tidak diundang. Saya minta harus ada pencoblosan ulang di wilayah-wilayah itu untuk mengakomodir hak-hak politik masyarakat," tandasnya.

Selanjutnya, Anton menyatakan prihatin atas keterlibatan sejumlah pejabat di lingkup Pemkab TTU dalam politik praktis. Bahkan, sejumlah PNS tertangkap sedang membagi-bagikan uang. Hal ini menurutnya, akibat kegagalan Bupati dan Wakil Bupati dalam membina stafnya.

Oleh karena itu, kasus ini harus ditindaklanjuti oleh penyidik kepolisian. Selanjutnya, nama-nama pejabat yang terlibat itu diusulkan ke Mendagri agar dapat diberikan sanksi. "Polres harus proaktif menyidik mereka yang terlibat politik uang, karena mereka sudah menciderai demokrasi di TTU. Mereka yang terlibat aksi-aksi intimidasi terhadap pemilih perlu ditindak," kata Anton lagi.

Melihat fakta-fakta ini, Anton menyatakan, patut diduga sejumlah anggota Panwas dan KPU TTU tidak independen dan mendukung paket calon tertentu. Oleh karena itu, dia meminta KPU NTT agar segera menyelidiki permasalahan yang terjadi di TTU.

Selanjutnya, kepada paket calon yang merasa dirugikan akibat tindakan KPU dan Panwas agar dapat menggunakan jalur-jalur resmi untuk menggugat KPU. Hal ini untuk menegakkan demokrasi di TTU.

Menurut Anton, setelah pleno penetapan, paket calon yang dirugikan tersebut sudah harus mengajukan gugatan. "Paket calon Funan-Suni pasti akan gugat karena kami merasa sangat dirugikan.

Kami akui kemenangan dan kekalahan, tapi kami tidak mengakui proses yang sedang berjalan ini, karena KPU dan Panwas dengan sengaja telah membuat kesalahan yang merugikan rakyat," kata Anton.

Aksi demonstrasi besar-besaran yang ditandai dengan penolakan hasil pemilukada TTU yang berlangsung sejak Senin (11/10) lalu turut menyita perhatian Gubernur NTT, Frans Lebu Raya. Kamis (14/10) kemarin, Gubernur Frans Lebu Raya meminta masyarakat TTU bersikap dewasa dalam merespon berbagai hal dan tidak mudah terprovokasi dengan oknum-oknum dengan kepentingan-kepentingan tertentu.

Ketua DPD PDIP NTT ini juga meminta agar masyarakat TTU jangan memperkeruh suasana dengan melakukan aksi-aksi anarkis, tetapi perlu menyikapi berbagai masalah itu secara elegan dan sesuai dengan mekanismenya. "Yang namanya Pemilukada pasti ada yang menang dan ada yang kalah.

Ada yang puas dan tidak puas, tapi sikapilah itu dengan tenang dan tempuh sesuai jalurnya. Jangan main hakim sendiri. Kalau ada data-data dan bukti-bukti, sampaikanlah itu dengan baik," katanya.

Ia juga meminta agar masyarakat TTU tidak membuat gejolak yang akan merugikan masyarakat sendiri. Tapi harus menyikapi berbagai masalah itu sesuai dengan prosedur yang berlaku. Dengan demikian, masyarakat tidak dirugikan bahkan tidak dikorbankan, lantaran kepentingan oknum tertentu.

http://www.timorexpress.com/index.php?act=news&nid=41202

Rabu, 13 Oktober 2010

Batalkan Pemilukada TTU Desakan Massa Funan-Suni

Kendati proses perhitungan suara sementara berlangsung namun desakan agar Pemilukada TTU dibatalkan mulai digulir. Desakan ini menyusul penilaian bahwa pelaksanaan Pemilukada TTU sarat dengan
berbagai pelanggaran/kecurangan. Sebagaimana yang dilecutkan ribuan massa pendukung Yohanes Usfunan-Nikolaus Suni (Funan-Suni) ketika berdemo ke Sekretariat KPU dan Panwaslukada TTU, Rabu (13/10) petang kemarin. Sehari sebelumnya, Selasa (12/10) aksi yang sama dilakukan massa pendukung Funan-Suni.

Massa pendukung Funan-Suni dipimpin Theodorus Tahoni, Yoseph Naiobe dan Ervi Naro dalam orasinya menilai Pemilukada TTU yang digelar Senin (11/10) lalu sarat dengan pelanggaran. Mulai dari penetapan DPT hingga dugaan money politic oleh oknum pejabat pemerintah.
Selain itu, pelaksanaan Pemilukada tidak didukung oleh kinerja yang baik dari Panwaslukada maupun KPU TTU.

Karena itu, mereka mendesak supaya pelaksanaan Pemilukada TTU segera dihentikan termasuk proses rekapitulasi perolehan suara yang sementara berlangsung.
Aksi massa pendukung Funan-Suni yang menamakan diri Masyarakat Penegak Demokrasi ini sempat menyegel Sekretariat Panwaslukada TTU dengan spanduk bertulisan "Panwaslu Disegel".

"Mulai sore ini minta Panwas dan KPU segera menghentikan semua proses rekapituasi perhitungan suara yang sedang berlangsung di PPK," kata Joseph Naiobe saat menyampaikan orasinya.

Joseph Naiobe mengatakan kurang lebih 17 ribu warga TTU yang memiliki hak pemilih dalam Pemilukada 20101 tidak menggunakan hak pilihnya akibat kelalaian KPU dalam menjalankan tugasnya.

"Anak kecil dan orang mati yang tidak punya hak pilih kok terdaftar dalam DPT sedangkan warga yang punya hak pilih diabaikan begitu saja. Ini sebuah pelanggaran terhak hak asasi manusia. Terutama masyarakat yang membayar pajak selama ini kepada negara," katanya.
Salah satu bukti lemahnya kinerja Panwaslukada dan KPU TTU adalah lolosnya Andreas berusia 9 tahun ketika hendak memberikan suara di TPS.

Anak kecil ini saat demo kemarin mengaku sempat mendapat pesan dari ketua dusun agar menjatuhkan pilihannya pada paket tertentu.

Mereka juga menyoal tertangkapnya sejumlah pejabat pemerintah seperti Bastian Manbait di Tainsala dan Heri Odo di Insana yang diduga melakukan money politik. Tidak hanya itu salah seorang warga mengangkat dugaan intimidasi oleh Kades Letneo menjelang pencoblosan 11 Oktober lalu.

Theodorus Tahoni salah seorang koordinator menilai mandeknya kinerja Panwaslukada dan KPU TTU selama proses Pemilukada merupakan indikasi ketidakseriusan Panwaslukada maupun KPU TTU melaksanakan Pemilukada. "Masak rakyat yang sibuk mengawasi Pemilukada sedangkan penyelenggara Pemilukada santai di kantor masing-masing. Ini kan tidak benar," kata Tahoni.

Dia menilai sikap Panwaslukada dan KPU TTU untuk menanggapi desakan massa beberapa waktu belakangan menunjukan kedua lembaga penyelenggara Pemilukada tidak memiliki nurani untuk melaksanakan Pemilukada secara baik. Tuntutan massa pemilih untuk menggunakan hak pilihnya pada saat berlangsung Pemilukada Senin (11/10) lalu, merupakan bentuk keperihatinan masyarakat atas tegaknya demokrasi di TTU.

Ketua Panwaslukada TTU, Victor Manbait menegaskan pihaknya sudah berusaha secara maksimal dengan keterbatasan tenaga PPL untuk melaksanakan pengawasan Pemilukada TTU secara baik. Karena itu kejadian yang terjadi di luar pengawasan staf lembaganya merupakan bagian dari kekurangan dari seorang manusia.

"Kami sudah berulangkali minta kepada masyarakat kalau ada dugaan pelanggaran Pemilukada yang tidak sempat terpantau oleh PPL supaya segera melapor sehingga cepat ditindaklanjuti," kata Manbait.

Desakan agar Pemilukada TTU, Victor Manbait mengatakan Pemilukada bisa dibatalkan karena dua alasan yaitu bencana alama dan money politik secara sporadis yang dilakukan otoritas yang sedang berkuasa.

Karena kemungkinan untuk membatalkan Pemilukada tanpa alasan mendasar akan sulit lakukan. " Ini prinsip aturan Pemilukada, jadi kami tidak mungkin mengambil sikap tanpa berpedoman pada aturan yang berlaku," jelasnya.


KPU Tak Keluarkan Data

Hari ketiga perhitungan perolehan suara sementara Pemilukada TTU masih menyisakan suara dari empat kecamatan yakni Naibenu, Biboki Tanpah, Musi dan Bikomi Selatan. Meski begitu, Rabu (13/10) kemarin, hasil perhitungan suara dari empat kecamatan ini sudah masuk ke KPU TTU. Sayangnya, hingga tadi malam KPU TTU enggan mengeluarkan hasil perhitungan suara sebagaimana hari pertama dan hari kedua.

KPU TTU berdalih data tersebut belum sampai ke sekretariat KPU TTU. Padahal sumber koran ini di KPU TTU menyebut data perolehan suara kelima paket sudah masuk ke KPU sejak Senin (11/10) tengah malam lalu. "Sampai hari ini kami belum terima data perolehan suara dari empat kecamatan itu," kata ketua KPU, Aster da Cunha didampingi anggota KPU lainnya, Lamur Isfridus di Sekretariat KPU TTU.

Aster mengatakan, saat ini pihaknya lebih memfokuskan perhatian pada rapat pleno rekapitulasi perhitungan suara masing-masing paket yang sedang berlangsung di 24 PPK.
Kalau pun data perolehan suara dari empat kecamatan tersebut tiba dalam waktu dekat kata dia, akan disampaikan langsung pada saat rapat pleno perhitungan suara tingkat kabupaten yang dijadwalkan 18-20 Oktober mendatang.

"Kami tidak ingin situasi keamanan masyarakat terganggu dengan pengumuman suara masing-masing calon dari keempat kecamatan itu. Tunggu saja, sampai saatnya juga publik akan tahu berapa jumlah perolehan suara masing-masing dari empat kecamatan itu," katanya.

Terkait saling klaim dua kubu yang memenangkan Pemilukada sesuai data masing-masing, Aster dan Lamur mengatakan informasi tersebut menyesatkan. "Informasi itu tidak akurat dan sulit dipertanggungjawabkan. Sampai sekarang KPU sendiri belum tahu total perolehan suara sementara masing-masing paket seperti yang disampaikan informan itu," katanya.

Dia meminta massa pendukung dari kelima pasangan calon agar tidak cepat percaya dengan informasi tersebut. Hingga siang kemarin, KPU TTU belum memiliki data total perolehan suara sementara dari masing-masing paket calon.

"Data perolehan suara sementara yan ada pada kami sampai saat ini masih seperti data Selasa siang itu," tambahnya.

http://www.timorexpress.com/index.php?act=news&nid=41187

Jual Anak Untuk Bayar Hutang

Praktek penjualan manusia terjadi di Kota Kupang.Kali ini menimpa Bunga, 15 (nama samaran Red) yang dijual ibu kandungnya sendiri, Siti Halimah.Ibu tiga anak ini tega mempekerjakan Bunga sebagai tukang pijat "plus-plus" di Pitrad Shimpony yang beralamat di RT 032/RW 014 Kelurahan Kelapa Lima

KUPANG--Praktek penjualan manusia terjadi di Kota Kupang. Kali ini menimpa Bunga, 15 (nama samaran Red) yang dijual ibu kandungnya sendiri, Siti Halimah. Ibu tiga anak ini tega mempekerjakan Bunga sebagai tukang pijat "plus-plus" di Pitrad Shimpony yang beralamat di RT 032/RW 014 Kelurahan Kelapa Lima.

Kasus ini terungkap ketika Kepolisian Sektor Kota Kelapa Lima Kupang mendapat laporan ada tukang pitrad masih di bawah umur yang bekerja pada Pitrad Shimphony. Setelah melakukan penelusuran Senin (11/10) siang kemarin, mendapati salah satu pekerja di bawah umur.
Bunga kemudian diamankan di Polsekta Kelapa Lima bersama ibu kandungnya, Siti Halimah dan pemilik Pitrad Shimpony, Febyance Hayon alias Mami Fe.

Kepada penyidik, korban mengaku dipaksa bekerja sebagai tukang pijat untuk mendapatkan uang yang akan digunakan ibunya untuk membayar hutang. Korban mengungkapkan, ibunya telah meninggalkan dia bersama ayah dan kedua adiknya di Kemayoran Surabaya Jawa Timur dan menetap di Kupang sejak dua tahun lalu.

Sekira dua minggu lalu, dirinya dibawa ke Kupang dengan alasan akan dipekerjakan sebagai pembantu rumah tangga. Dengan alasan itu, umurnya kemudian dinaikan dari 15 tahun menjadi 17 tahun dengan status kawin dan memiliki satu anak.

Saat tiba di Kupang, dirinya bukan dipekerjakan sebagai pembantu rumah tangga namun dipaksa bekerja sebagai tukang pijat karena lebih besar penghasilannya.
"Aku ke sini, kata ibu mau jadi pembantu. Tapi malah disuruh jadi tukang pijat. Soalnya ibu itu banyak utangnya di Jawa, trus di Kupang juga. Trus kata ibu, nanti kalau ada yang pijat dan minta "main" dilayani aja. Harganya kalau cuman pijat, Rp 70.000, tapi kalau main Rp 200.000 sampai Rp 300.000," kisahnya dengan berurai airmata.

Gadis yang hanya berijasah sekolah dasar ini mengaku terpaksa melakoni pekerjaan itu. Selain itu, korban mengaku ibunya telah memiliki laki-laki lain. Namun dirinya tetap tidak mampu berbuat apa-apa melihat kelakuan ibunya.

"Bapak ku masih menunggu ibu. Tapi ibu di sini ada bapak lagi. Jadi kita tinggal bertiga dan tidur juga bertiga di satu tempat tidur. Malah itu bapak suka colek-colek aku dan cium aku juga. Tapi ibu nggak marah. Aku takut. Aku mau berontak tapi tidak bisa," tambahnya.
Siti Halimah saat diwawancarai hanya terdiam dan terus menutupi wajahnya dengan telapak tangannya.

Pemilik Pitrad Shymponi, Febyance Hayon didampingi suaminya, John Hayon mengaku telah mempekerjakan korban. Namun dirinya tidak mengetahui persoalan yang dialami korban bersama ibunya. "Waktu datang bilang dia umurnya 23. Tapi di KTP lahir tahun 1993. Saya yang tanggung tiket ke sini. Dan dia ke sini karena ibunya suruh kerja. Jadi saya suruh jadi pembantu. Tapi ibunya bilang gaji pembantu hanya Rp 350.000, jadi ibunya tidak mau," kata Febyance Hayon.

Soal pelayanan pitrat "plus-plus", Febyance mengaku tidak mengetahui sejauh itu. Pasalnya dia tidak selalu bersama-sama pemijat. "Saya tidak tahu, karna saya tinggal di rumah, dan tempat itu hanya kontrakan saja," tambahnya.

http://www.timorexpress.com/index.php?act=news&nid=41173

Dicopot, Rudy Gugat Gubernur

Rabu (13/10) hari ini, karier politik Rudyanto Tonubessy di DPRD Kota Kupang berakhir. Hal itu ditandai dengan digelarnya rapat paripurna istimewa dengan agenda tunggal, pergantian aantar waktu (PAW).
Dalam paripurna yang berlangsung di ruang sidang utama DPRD Kota Kupang, Rudy Tonubessy resmi digantikan oleh Semus Baitanu, yang berasal dari Daerah Pemilihan (Dapil) Alak-Maulafa.
Untuk diketahui, positifnya proses PAW terhadap Rudy ini, diperkuat dengan diterbitkannya Surat Keputusan (SK) dari Gubernur NTT, Frans Lebu Raya berdasarkan usulan PAW dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Kupang, belum lama ini.

Usulan PAW oleh KPU itu mengacu pada usulan sebelumnya yang berasal dari partai asal Rudy, yakni Partai Indonesia Sejahtera (PIS) yang diperkuat lagi oleh dukungan (rekomendasi) politik dari DPRD Kota Kupang. Dalam undangan yang diperoleh Timor Express, kemarin, yang diterbitkan oleh Sekretariat DPRD Kota Kupang, kemarin, menyebutkan bahwa sidang paripurna istimewa ini berlangsung Rabu (13/10) di ruang sidang utama gedung DPRD Kota Kupang, pukul 09.00 Wita.

Masih dalam undangan yang ditandatangani oleh Ketua DPRD Kota Kupang, Viktor Lerik, disebutkan bahwa ada sejumlah momen yang menandai proses 'pencopotan' Rudy, yakni pembacaan keputusan Gubernur NTT tentang Peresmian Pemberhentian dan Peresmian Pengangkatan Pengganti Antar Waktu anggota DPRD Kota Kupang masa jabatan 2009-2014 oleh Sekretaris DPRD Kota Kupang. Agenda berikutnya adalah pengucapan sumpah/janji pengganti antar waktu anggota DPRD Kota Kupang masa jabatan 2009-2014 yang dipandu oleh Ketua DPRD Kota Kupang.

Untuk diketahui, proses PAW terhadap Rudy Tonubessy, adalah sebuah proses yang cukup panjang, dan berlatar pada berbagai kasus. Yang terbesar, adalah diadukannya sebuah kasus oleh isteri Rudy Tonubessy ke Badan Kehormatan (BK) DPRD Kota Kupang, belum lama ini, sehingga BK yang dinahkodai oleh Zeyto Ratuarat, langsung menggelar pemeriksaan terhadap sejumlah pihak, antara lain sang isteri dan pihak-pihak lain.

Lalu bagaimana tanggapan Rudy Tonubessy? Kuasa hukumnya, Lexi Tungga, kepada Timor Express, malam tadi ketika dikonfirmasi melalui saluran telfon selulernya, menegaskan mereka memandang proses PAW hari ini, adalah kewenangan pemerintah. Dan, mereka menghargainya. Namun tidak sampai di situ, melainkan pada hari imi juga mereka akan mendaftarkan gugatan mereka kepada gubernur ke PN Kupang.

"Terkait PAW, SK PAW Rudy Tonubessy itu berdasarkan rekomendasui BK DPRD Kota Kupang yang sekarang sedang digugat di Pengadilan Negeri Kupang. Karena itu secara aturan, saya kira publik paham, bahwa setiap sengketa yang sedang dalam proses di Pengadilan, Gubernur tidak diperkenankan menerbitkan SK (PAW). Ini diduga ada permainan sehingga, gubernur melakukan penandatanganan terhadap SK itu,"tegas Lexi menambahkan, "Karena itu, besok kita daftarkan praperadilan Gubernur karena SK itu tidak berdasarkan hukum.

Proses rekomendasi itu sedang kita gugat, namun secara sepihak gubernur berdasarkan telaahan Biro Tata Pem, menerbitkan SK. Secara de fakto, kita tidak bisa lawan, namun secara hukum, kita bisa."

Ada poin yang meyakinkan mereka, bahwa SK Rudy akan dikembalikan ke semula, karena eksepsi mengenai kompetensi absolut kuasa hukum para tergugat (John Rihi, Lorens Mega Man dan Marthen Besi), itu kemarin sudah ditolak oleh PN Kupang. "Dalam ekspeksi mereka, itu bukan kewenangan PN, namun kewenangan PTUN.

Namun berdasarkan referensi, itu memungkinkan, yakni kewenangan PN untuk memeriksa perkara tersebut (kasus yang diadukan kelompok Rudy). BK DPRD bukan masuk dalam masuk dalam kompetensi eksekutif."

http://www.timorexpress.com/index.php?act=news&nid=41185

Sama-sama Klaim Menang Tim Dubes dan Gab-Simon Pawai Kemenangan

Meski hasil perhitungan perolehan suara belum final namun pasangan Gabriel Manek-Simon Feka dan Raymundus Sau Fernandez-Aloysius Kobes (Dubes) sama-sama mengklaim sebagai pemenang Pemilukada TTU.

Bahkan, Selasa (12/10) kemarin, massa kedua kubu sama-sama menggelar pawai mengelilingi Kota Kefamenanu ibukota Kabupaten TTU untuk merayakan kemenangan. Hasil perhitungan sementara dari KPU TTU yang dihimpun koran ini, Selasa (12/10) menempatkan pasangan Raymundus Sau Fernandez-Aloysius Kobes (Dubes) sebagai peraih suara terbanyak dengan 37.921 suara.

Pasangan Gabriel Manek-Simon Feka berada di urutan kedua dengan meraih 34.911 suara diikuti pasangan Yohanes Usfunan-Nikolaus Suni (Funan-Suni) dengan 22.444 suara, pasangan Pius Tjanai-Raymundus Loin (Pijar) meraih 6048 suara dan pasangan Joao Meko-Alexander Sanan (JD) meraih 2058 suara.

Sayangnya, validasi data perolehan suara sementara kelima pasangan calon bupati-wakil bupati TTU, sampai Selasa (12/10) kemarin, kebenarannya belum bisa dipastikan. Pasalnya, ada kemungkinan terjadi kesalahan total perolehan suara masing-masing paket pada saat proses pengetikan berlangsung.

Devisi Pengolahan Data Pemilih Pemilukada KPU TTU, Lamur Isfridus mengatakan, kebenaran hasil perolehan suara, secara resmi baru akan diketahui setelah rapat pleno rekapitulasi perhitungan suara, Rabu (20/10) mendatang.

"Ini data sementara perolehan suara masing-masing paket sesuai perhitungan cepat (quick count Red) yang belum tentu benar seratus persen," jelasnya. Ia menjelaskan, total suara sah perolehan masing-masing pasangan calon sebanyak 103.382 suara belum lengkap karena masih ada empat kecamatan yang belum masukkan data perolehan suara sah pemilih.

Empat kecamatan itu yakni Mutis, Insana Fafinesu, Biboki Tanpah dan Bikomi Selatan. Dari empat kecamatan tersebut kata dia, dua kecamatan diantaranya hingga kemarin belum sama sekali memasukan data perolehan suara yakni kecamatan Mutis dan Insana Fafinesu.

"Kalau dua kecamatan lain sudah memasukan sebagian data perolehan suara ke sekretariat," ujarnya. Data perolehan suara yang dihimpun koran ini dari Sekretariat Gabriel Manek-Simon Feka dan Sekretariat Dubes justru berbeda-beda.

Data di Sekretariat Dubes menyebutkan pasangan yang diusung PDI-Perjuangan berhasil meraih 41.000 suara. Sementara pasangan Gab-Simon di urutan kedua dengan meraih 38.000 suara. Meski tidak secara rinci menjelaskan perolehan suara kelima paket calon namun pasangan Dubes optimis telah melampaui pasangan Gabriel-Simon dengan selisih 3.000 suara atau kurang lebih 36 persen.

"Kami yakin Dubes sudah menang. Dan ini kemenangan rakyat yang cinta perubahan bukan kemenangan Dubes," kata Raymundus Sau Fernandez didampingi Aloysius Kobes di Sekretariat DPC PDIP TTU.

Hasil Pemilukada 2010 kata dia, merupakan ekspresi kepercayaan masyarakat TTU secara ikhlas yang perlu diterima secara sportif oleh semua pasangan. "Siap kalah, siap menang. Ini resiko sebuah pertarungan. Jadi jangan omong lain kerja lain," kata Raymundus.

Ray---demikian sapaan karibnya--meminta seluruh masyarakat TTU untuk tidak terprovokasi dengan informasi maupun isu sesat yang sengaja membenturkan masyarakat. Pasalnya, informasi-informasi miring itu hanya untuk mencapai keinginan orang atau kelompok tertentu.

Sementara data final dari Sekretariat Gabriel-Simon menempatkan pasangan ini sebagai peraih suara terbanyak dengan 41.864 suara disusul pasangan Dubes dengan 40.724 suara. Posisi ketiga pasangan Funan-Suni dengan 26.663 suara diikuti pasangan Pijar dengan 6397 suara dan pasangan JD dengan 2464 suara.

"Data ini kami rekap dari format C yang dibagikan kepada saksi dan ditandatangani para petugas di TPS. Jadi bukan data yang kami ambil dari sms atau telepon tim sukses," kata Yohanes Tnesi, Sekretaris tim sukses pasangan Gabriel-Simon.

Sementara Gabriel Manek tetap optimis memenangkan Pemilukada TTU 2010 hanya dalam satu putaran. "Kalau data perolehan suara itu tim pungut di jalan-jalan atau ceritera tim sukses. Saya pesimis. Tapi data yang kami miliki sekarang adalah data yang akurasinya tidak diragukan lagi. Sebab data perolehan suara yang diterima tim adalah format C yang diisi oleh saksi dan ditanda tangani oleh petugas KPPS dan petugas lainnya," beber Gabriel Manek.

Ia mengaku validasi data perolehan suara paketnya cukup kuat karena sesuai informasi lisan dari sejumlah lembaga terpercaya total data perolehan suara paket Gabriel-Simon memiliki kesamaan dengan data yang dimiliki tim sukses paket Gabriel-Simon saat ini. "Kita menghormati dan menghargai kerja KPU. Sejauh itu berlangsung secara jujur dan adil. Karena hasil resminya baru akan diketahui setelah rekapitulasi perhitungan nanti," tambahnya.

Meski hanya berbekal data final perolehan suara masing-masing tim sukses paket calon namun kemarin massa dari pasangan Dubes dan Gabriel Simon menggelar pawai kemenangan di dalam kota Kefamenanu. Pantauan koran ini, pawai kemenangan diawali oleh massa Gabriel-Simon mengelilingi kota. Setelah berselang beberapa waktu kemudian, pawai yang sama dengan massa yang cukup banyak menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat oleh pendukung Dubes.

Kendati pawai kemenangan kedua massa pendukung kedua paket calon melibatkan massa yang cukup banyak namun kegiatan bernuansa ekspresi kegembiraan ini berlangsung aman tertib dikawal aparat Polres TTU dan Polres bantuan dari kabupaten tetangga.

Pendukung Funan-Suni Demo

Berbeda dengan massa pendukung Yohanes Usfunan-Nikolaus Suni yang menggelar protes ke Sekretariat Panwaslukada TTU. Pasalnya ada sejumlah pemilih di bawah umur yang ikut terdata sebagai pemilih.

Mereka mempertanyakan mengapa banyak pemilih sah bahkan pemilih yang ikut memilih pada Pemilu Legislatif maupun Pilres lalu tidak terdaftar dalam DPT. Padahal DPS dan DPT Pemilukada 11 Oktober lalu bersumber dari DPT Pemilu Legislatif maupun Pelpres beberapa waktu lalu.

Selain itu aksi massa pendukung paket Usfunan-Suni yang dikoordinir Theodorus Tahoni, Ervi Naro dan Reli Usfunan juga mempersoalkan kinerja Panwaslukada TTU dalam mengawal tahapan Pemilukada. Salah satu kasus yang diangkat adalah proses penyelidikan sejumlah kasus dugaan money politic yang terungkap mulai masa kampanye hingga masa tenang.

"Kami minta Panwaslu tolong jelaskan kepada kami sudah sejauhmana proses hukum beberapa pejabat pemerintah yang sudah tertangkap karena melakukan money politic selama tahapan Pemilukada," kata Reli Usfunan saat berdialog dengan ketua Panwaslukada TTU, Victor Manbait di depan kantor Panwaslukada TTU.

Ketua Panwaslu TTU, Victor Manbait yang dikawal ketat aparat kemanan Polres gabungan menjelaskan proses penetapan DPT Pemilukada TTU melalui tahapan yang cukup panjang sesuai aturan yang berlaku. Karena itu seharusnya warga yang memenuhi syarat sebagai pemilih menggunakan interval waktu penetapan DPT dengan mendatangi petugas yang
berwewenang.

"Itu hak warga negara yang dijamin oleh undang-undang, tapi khan harus terdaftar dalam DPT jika ingin menggunakan hak pilih. Ini aturan, jadi baik Panwas maupun KPUD termasuk pemilih harus tunduk kepada aturan," katanya.

Mengenai perkembangan penanganan sejumlah kasus dugaan pelanggaran selama tahapan Pemilukada TTU berlangsung, Manbait mengakui saat ini pihaknya sedang serius menyelidiki kebenaran sejumlah kasus dimaksud.

Pihaknya kata dia, sudah merekomendasi dua kasus pelanggaran Pmeilukada ke lembaga berwewenang untuk diproses hukum. "Kami tidak segan-segan memproses setiap pelanggaran yang terjadi tanpa melihat siapa dia, asal masyarakat juga ikut membantu Panwas dalam menegakan aturan," tegas Manbait.

PDIP Optimis Menang

Terpisah Sekretaris DPD PDIP NTT, Nelson Matara mengatakan, pasangan calon yang diusung PDIP dipastikan menang dalam Pemilukada TTU tahun 2010, karena saat ini persentase suaranya sudah melebihi 30 persen. Oleh karena itu, paket Dubes yang diusung PDIP siap merayakan kemenangan.

Walau begitu, Nelson meminta para pendukung untuk tetap bersabar menanti pengumuman resmi dari KPU TTU sebagai penyelenggara resmi Pemilukada. Nelson juga meminta para simpatisan dan pendukung paket Dubes agar tidak larut dalam euforia kemenangan, tapi tetap tenang.

"Jangan larut dalam euforia kemenangan lalu lupa akan janji-janji yang ada dalam visi-misi. Tapi teruslah mendukung Dubes, sehingga selalu mengingat visi dan misinya yang disampaikan saat kampanye. Tugas berat ada di depan, yakni melaksanakan pembangunan untuk kesejahteraan rakyat, sehingga diharapkan kepada semua pendukung dan simpatisan agar tetap tenang terus mengawal kemenangan Dubes," kata Nelson.

Dia juga menyatakan, sejak awal jajaran pengurus PDIP yakin akan menang. Hal ini didasarkan pada sejarah bahwa lima tahun lalu PDIP juga berjaya, yakni membawa Gabriel Manek dan Ray Fernandez ke kursi kepemimpinan tertinggi di TTU. Oleh karena itu, diyakini saat ini juga PDIP akan tetap berjaya di TTU. "Kemenangan ini sudah diperkirakan, karena sejak dahulu PDIP selalu menang di TTU. Jadi tidak mungkin PDIP dikalahkan," ungkap Wakil Ketua DPRD NTT ini.

http://www.timorexpress.com/index.php?act=news&nid=41178