Selasa, 23 November 2010

School Green and Clean

Beberapa bulan yang lalu, setelah Wakil Wali Kota Kupang, Drs. Daniel Hurek membawakan materi “KGC Menuju Pembangunan Berwawasan Lingkungan” di hadapan ribuan mahasiswa peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN) Undana, salah satu peserta melalui pesan singkat mengusulkan supaya Kupang Green and Clean (KGC) bisa masuk sekolah atau ada School Green and Clean (SGC). Bapak wakil wali kota lalu membalas pesan singkat itu bahwa ide tersebut akan dipertimbangkan bersama berbagai pihak terkait.
Ide itu memang sesuatu yang patut dipertimbangkan dan ditindaklanjuti Pemerintah Kota serta sejumlah pihak terkait di dalamnya. Kalau ada KGC, apa salahnya jika ada juga SGC? Memang selama tiga tahun KGC berlangsung beberapa sekolah turut mendukung program ini dengan melakukan penghijauan, pembersihan sampah, daur ulang sampah dan sebagainya namun itu belum dilaksanakan secara maksimal. KGC yang dilaksanakan merupakan lomba hijau dan bersih antar kelurahan di Kota Kupang. KGC tersebut telah mengantar Kota Kupang tiga kali meraih Adipura pada kategori kota sedang. Bagaimana kalau ada SGC yang dapat mengantar salah satu sekolah di Kota Kupang dapat meraih piala Adiwiyata?
Menurut Paryadi (2008) seperti yang dikutip Lina Susanti, S.Pd dalam artikelnya “Green School, Sekolah Peduli Lingkungan”, green school atau sekolah hijau diartikan sebagai sekolah memiliki komitmen dan secara sistematis mengembangkan program untuk mengintemalisasikan nilai-nilai lingkungan dalam aktivitas sekolah. Untuk penerapannya di sekolah, LSM Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati) menggariskan lima hal yaitu kurikulum berbasis lingkungan, pendidikan berbasis komunitas, peningkatan kualitas lingkungan sekolah dan sekitarnya, sistem pendukung yang ramah lingkungan, serta manajemen sekolah berbasis lingkungan (http://freemixmatters.blogspot.com/2010/10/kumpulan-artikel-tentang-green-school.html). Penjabarannya misalkan mengaitkan pelajaran di sekolah dengan isu lingkungan hidup, pemanfaatan lahan di sekolah, pendaurulangan sampah dan sebagainya.
Dengan adanya gerakan hijau dan bersih di lingkungan sekolah berarti ada juga investasi jangka panjang dalam penanganan masalah lingkungan hidup. Bukankah mereka yang sementara duduk di bangku pendidikan adalah generasi harapan bangsa? Kalau sekarang mereka dididik untuk mencintai lingkungan, dalam waktu mendatang tentu generasi tersebut merupakan pecinta lingkungan yang menjaga dan melestarikan lingkungan. Manfaat lain yaitu para anak didik tidak hanya didik untuk menghafal pelajaran dan mencapai standar kelulusan tertentu tetapi memiliki sebuah kecerdasan dalam membangun hubungan dengan alam sekitar. Gerakan sekolah hijau juga akan menjadi jawaban bagi sekolah-sekolah di Kota Kupang yang lingkungannya masih gersang, tidak memiliki tanaman dengan alasan keterbatasan lahan serta merupakan produsen sampah kertas dan plastik.
Di beberapa tempat, sudah ada gerakan sekolah hijau, misalnya, Go Green School (GGS) yang digulirkan The Centre for The Betterment of Education (CBE), Yayasan KEHATI, dan Coca-Cola Foundation Indonesia (CCFI) di berbagai kota. Beberapa program GGS yang dilaksanakan di sekolah-sekolah bersangkutan seperti pembentukan kelompok green school di sekolah, pendaurulangan sampah, pembudidayaan tanaman obat dan tanaman hias, penyatuan isu lingkungan dalam materi pelajaran, pemanfaatan lahan sempit di sekolah dan sebagainya (http://www.kehati.or.id/) .
Selain Go Green School, ada juga Makassar Green School (MGS) di Makasar. Program MGS yang dicanangkan Pemerintah Kota Makasar merupakan bagian dari Makassar Green and Clean (MGC). Program MGS itu merupakan program sekolah hijau dan dikembangkan melalui pengembangan kurikulum pendidikan berwawasan lingkungan, peningkatan kualitas kawasan sekolah dan lingkungan sekitarnya, pengembangan pendidikan berbasis komunitas, pengembangan sistem pendukung yang ramah lingkungan, serta pengembangan manajemen sekolah berwawasan lingkungan (http://www.makassartv.co.id/)
Akankah ada gerakan hijau dan bersih di sekolah-sekolah yang ada di Kota Kupang? Semoga tulisan ini menjadi bahan inspiratif bagi Pemerintah Kota Kupang dan berbagai pihak terkait yang selama ini bergumul untuk menciptakan Kota Kupang yang hijau dan bersih. Besar harapannya semoga dalam pergumulan itu para anak didik sebagai generasi penerus bangsa juga dididik dan dilibatkan secara utuh untuk menjaga, memelihara dan melestarikan lingkungannya.


Opini ini diterbitkan pada Timex 8 November 2010

Senin, 22 November 2010

Mahasiswa Undana-ATK Tawuran

Aksi tawuran antar mahasiswa kembali pecah di Kota Kupang. Senin (22/11) kemarin, sekira pukul 10.30 Wita, halaman depan kampus Undana lama Kupang di jalan Soeharto 72 Naikoten 1 ini, dihujani dengan batu.
Mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling (BK) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang dan mahasiswa Akademi Tekhnik Kupang (ATK) terlibat tawuran sengit.

Mahasiswa dua kampus berdekatan itu terlihat saling kejar dan saling lempar menggunakan batu dalam jarak yang cukup dekat di halaman depan kampus. Aksi brutal berdurasi kurang lebih satu jam ini memuncak tatkala mahasiswa ATK berhasil menghantam mundur dan mematahkan pertahanan mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling (BK) yang saat itu memilih bertahan di depan kampus Undana lama.

Aksi berlanjut dan semakin tak terkendalikan lagi. Sejumlah mahasiswa ATK kemudian mengarahkan aksinya dengan melempari gedung kampus Undana lama. Akibatnya, sebagian besar kaca jendela depan kampus tersebut hancur tertimpa lemparan batu. Terdengar hanya bunyi pecahan kaca jendela yang rontok dan jatuh ke tanah.

Tak puas merusak kaca jendela, para mahasiswa ATK pun merusak tiga buah sepeda motor yang saat itu diparkir di halaman depan kampus. Adegan kekerasan yang dipertontonkan mahasiswa dari dua kampus yang gedungnya bersebelahan ini cukup menyedot perhatian warga yang datang menyaksikan dari arah luar terali besi di depan kampus dua kampus tersebut.

Mahasiswa yang kerap membabtis diri sebagai kaum intelektual dan kaum penegak moralitas bangsa ini pun mendapat kecaman dari warga yang berada di luar terali di depan kampus. Warga berteriak agar aksi segera dihentikan. Tidak terima, para mahasiswa ATK bahkan balik melempari warga di luar arena 'pentas kekerasan' yang dipertonkan secara tidak terpuji tersebut.

Aksi lemparan batu ke arah warga lalu memantik aksi balasan lemparan dari luar kampus. Warga berhamburan masuk ke dalam kampus hendak menangkap dan menggebuk beberapa mahasiswa ATK. Situasi semakin kacau, bentrokan antara mahasiswa dan warga nyaris terjadi.
Melihat kondisi ini, anggota Kepolisian Resor Kota (Polresta) Kupang dan anggota Polsekta Oebobo yang melakukan pengamanan saat itu langsung mengeluarkan tembakan peringatan sebanyak tiga kali. Aksi dua kelompok mahasiswa ini akhirnya berhasil dibubarkan.

Terkait pemicu kasus tawuran dua kelompok mahasiswa ini, Valentino Loma, salah seorang mahasiswa ATK saat melapor secara resmi di ruang Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Polresta Kupang, mengatakan, Senin pagi kemarin, ia dan salah seorang temannya bernama Alvan sementara berada di dalam kantin di depan Kampus Undana lama Kupang.

Saat itu, jelas Valentino Loma, dua orang pelaku yang tidak diketahui nama mereka namun diketahui sebagai mahasiswa BK FKIP Undana datang dan langsung memukul serta menendangnya di mulut dan hidung. Sementara salah satu pelakunya lagi sedang memegang sebongkah batu dan katepel di tangan. Saat dipukul tersebut, ia dan temannya Alves berlari untuk menyelamatkan diri ke arah kampus ATK. Sudah berada di dalam kampus ATK para pelaku terus mengejar dan melempari kampus tersebut dengan batu. Akibatnya, lima buah kaca pecah. Tidak terima, jelas Valentino aksi serangan balik dengan menggunakan batu pun dilakukan mahasiswa ATK. Tawuran masal pun terjadi ketika itu.

Sementara itu Pembantu Rektor (Purek) III Undana, Maximilianus Kapa kepada wartawan mengatakan, pihak Undana sampai saat ini belum mengetahui secara detail penyebab terjadinya tawuran masal tersebut. Pihak rektorat Undana, jelasnya sementar ini menghimpun para mahasiswa untuk mencari tahu siapa penyebab serta pelaku utama dalam kasus ini.
Terkait upaya damai, Maximilianus mengatakan, pihak Undana akan segera mengkonsultasikannya dengan ATK untuk diselesaikan secara intern.

Namun bila saja masalah ini tidak bisa diselesaikan secara intern maka jelasnya pihak-pihak yang merasa dirugikan akan melaporkan kasus ini ke kepolisian agar diproses secara hukum.
Wakapolresta Kupang, Kompol Danang Beni K kepada wartawan di lokasi kejadian mengatakan, pihak Polresta hanya melakukan pengamanan dan penertiban agar kondisi kembali kondusif. Namun bila saja ada yang merasa dirugikan dengan adanya tawuran tersebut, maka pihak kepolisian siap menerima setiap laporan yang diadukan pihak-pihak yang merasa dirugikan atau menjadi korban.

Data sementara yang dihimpun Timor Express di lokasi kejadian, yakni, mobil sedan salah seorang dosen FKIP Undana dirusak, tiga buah sepeda motor milik mahasiswa BK Undana dirusak, kaca jendela halaman depan Kampus Undana dirusak serta lima buah kaca jendela kampus ATK pun dirusak.
http://www.timorexpress.com/index.php?act=news&nid=41516

Jumat, 19 November 2010

BERMAIN FACEBOOK


Beberapa mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP, Universitas Nusa Cendana, Kupang, sedang bermain facebook di salah satu ruang komputer. Gratisnya mengakses internet ternyata hanya dimanfaatkan oleh sebagian besar mahasiswa di jurusan ini hanya untuk bermain facebook. HAnya sedikit sajayang menggunakannya sebagai media atau sumber belajar.

TROTOAR DIGALI


Trotoar di Jl. Adisucipto, Oesapa, Kota Kupang, digali untuk penanaman kabel Telkom. Penggalian trotoar ini sangat mengganggu aktifitas lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki.

MENGHINDARI SAMPAH


Seorang pejalan kaki berlari menghindari tumpukan sampah yang bau di Jl. A. Yani, Kota Kupang

Minggu, 07 November 2010

Butuh Gerakan Normalisasi DAS

Wakil Gubernur NTT, Ir. Esthon Foenay, mengingatkan Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Timor Tengah Utara (TTU) dan Belu serta semua stakeholders harus melakukan gerakan normalisasi daerah aliran sungai (DAS), bukan hanya Benenain. Anak Kali Benenain seperti Kali Ponaf dan lainnya harus mendapat perhatian sehingga keberadaan kali tersebut tidak mengancam manusia.



Bencana banjir di Desa Skinu, Kecamatan Toianas, Kabupaten TTS yang menewaskan 16 orang perlu dijadikan pelajaran berarti dalam membenahi semua daerah aliran sungai.



"Peristiwa Skinu, TTS harus menjadi inspirasi untuk mempercepat realisasi DAS terpadu. Dengan demikian, pemerintah tiga kabupaten dengan bantuan pemerintah pusat betul-betul menaruh perhatian pada DAS yang terkadang membawa malapetaka. Saya prihatin dengan peristiwa kemanusiaan akibat kekuatan alam," kata Esthon di ruang kerjanya, Jumat (5/11/2010).



Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, saat bersama rombongan mengunjungi lokasi banjir dan menghadiri pemakaman korban, menyatakan keprihatinan dan duka mendalam atas peristiwa kemanusiaan itu. Peristiwa itu, kata Lebu Raya, pasti tidak diinginkan oleh siapa saja, tapi telah terjadi karena kemauan alam. "Kita perlu merefleksikan peristiwa ini. Ini bencana tapi perlu diambil hikmahnya. Banjir itu terjadi karena hutan sudah berkurang akibat penebangan liar dan pembakaran oleh oknum yang tidak bertanggung jawab," kata Lebu Raya.



Bupati TTS, Ir. Paul Mella, mengatakan, banjir itu disebabkan kali yang dangkal sehingga tidak mampu menampung air hujan. Kali yang membawa bencana itu, katanya, sangat dangkal, hanya 1 meter, kemudian datang banjir setinggi 2 meter sehingga airnya meluar ke permukiman dan terjadi banjir yang menewaskan 16 warga, harta benda dan banyak yang kehilangan tempat tinggal.



Pantauan Pos Kupang, rumah-rumah penduduk pada dua dusun hancur berantakan diporak-porandakan banjir yang datang pada tengah malam, di saat semua penduduk desa telah lelap dalam tidur. Luapan Kali Ponaf yang daerah alirannya lebih tinggi dari lokasi pemukiman, menyapu tanaman, pohon-pohon hingga puluhan rumah. Terlihat luapan air itu masuk ke jalan lalu meluap ke sayap kiri dan kanan tempat pemukiman penduduk.



Selain Kali Ponaf, masih ada dua kali di sekitar yang rawan banjir.



Dibahas Satkorlak Dari SoE, Ibu kota Kabupaten TTS dilaporkan, Ketua Satkorlak yang juga adalah Wakil Bupati TTS, Drs. Benny A Litelnoni, mengatakan, upaya penanganan pasca bencana banjir bandang di Desa Skinu, segera dibahas bersama bupati dan pihak teknis terkait.



Penanganan bencana di TTS perlu dibahas bersama dan dipersiapkan secara baik agar penanganannya tepat sasaran, sehingga tidak terjadi hal yang sama di kemudian hari. "Upaya penanganan pasca bencana, termasuk pemulihan psikologi sosial bagi korban dan warga sekitar yang terkena dampaknya," kata Litelnoni saat ditemui di rumah jabatan wakil bupati, Jumat (5/11/2010). Litelnoni mengatakan, penanganan pasca bencana banjir bandang di Desa Skinu akan dilakukan normalisasi kali. Namun tergantung hasil identifikasi tim teknis, jika tidak memungkinkan, maka korban akan di relokasi pada tempat yang lebih aman pada tahun 2011 mendatang.



Menurut Litelnoni, Satkorlak terus membuka kesempatan kepada pihak-pihak yang ingin memberi bantuan kepada korban banjir bandang di Skinu, namun melalui Satkorlak agar bisa terpantau dan terfokus pada korban.



Menurut Litelnoni, tahun 2010 ini Kabupaten TTS mendapat bantuan dana bencana dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pusat sebesar Rp 6,5 miliar. Namun pemanfaatannya berdasarkan usulan pemerintah daerah sebelumnya, sehingga tidak termasuk bencana di Skinu. Walau demikian, Litelnoni menegaskan, jika dana tersebut masih tersisa maka bisa dimanfaatkan untuk penanggulangan pasca bencana banjir bandang di Desa Skinu.



Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten TTS, Drs. Martinus Tafui, mengatakan, untuk penanganan tanggap darurat bagi korban bencana banjir bandang di Desa Skinu, telah dibangun dua posko pelayanan umum dan kesehatan. Dan, pemerintah daerah juga telah mencairkan dana tanggap darurat sebesar Rp 50 juta untuk membantu para korban menyedikan berbagai kebutuhan mereka.



Selain itu, lanjut Tafui bantuan beras sebanyak dua ton, supermi dan biscuat masing-masing 40 dos, lampu strongking 8 buah, perlengkapan dapur, kain panas dan kain sarung masing-masing 100 lebar, air mineral 50 dos, terpal 30 buah dan center berukuran besar sebanyak 4 buah. Menurutnya, untuk bantuan air bersih telah disiagakan satu buah tangki air dan dua fiber untuk menampung air pada lokasi pengungsian sementara di kantor desa setempat.



Tafui mengatakan, sesuai hasil identifikasi, sebanyak 161 rumah rusak yang terdiri dari 155 rusak ringan dan 7 rusak berat atau terhanyut serta ternak sapi sebanyak 5 ekor, sementara ternak lainnya belum teridentifikasi.



http://www.pos-kupang.com/read/artikel/54854/regionalntt/tirosa/2010/11/6/butuh-gerakan-normalisasi-das

Tak Ada Bunyi Kodok...

TAK seperti biasa, warga Dusun C dan D Desa Skinu, Kecamatan Toianas, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) yang saling bertukaran korek api atau pemantik gas untuk menyalahkan tunggu api di pagi hari. Tak lagi anak-anak yang berlarian di pagi yang cerah. Semuanya murung, semuanya sedih. Kampung itu berubah menjadi bisu.



Yang terdengar hanyalah tangisan anak-anak yang kehilangan orangtua, tangisan orangtua yang kehilangan anak dan tangisan sanak keluarga yang kehilangan anggota keluarga mereka.



Kampung yang tertata rapi dengan rumah-rumah bebak porak poranda. Tanaman dan hewan piara pun hanyut terbawa banjir. Kali Ponof yang selama ini merupakan sahabat warga untuk mandi dan cuci berubah galak dan garang. Di tengah keheningan malam, di saat sahabat warganya lelap dalam tidur, tiba-tiba sang sahabat itu mengamuk menerjang kampung yang dihuni 361 kepala keluarga itu. Betul-betul garang. Rumah- rumah penduduk disapu rata, penghuninya pun dikoyak lalu diterjang hingga tewas meregang nyawa.



Kornelis dan Timo, warga Desa Skinu yang ditemui di sela-sela pemakaman massal 15 korban yang berhasil ditemukan warga, Kamis (4/11/2010) malam, menuturkan, semua mereka tak menyangka kali yang sehari-hari menjadi tempat bermain anak- anak, menjadi tempat mandi dan cuci warga berubah ganas lalu mengirim banjir hingga menewaskan sahabat mereka. Selama ini kali tersebut tenang-tenang saja. Mereka sama sekali tak menyangka kali tersebut bisa memangsai sahabat warga setempat. Apalagi tidak ada tanda-tanda bahwa kampung itu akan diporak-porandakan banjir.



Kornelis dan Timo menuturkan, mereka tak menyangka terjadi duka nestapa di kampung mereka. Tidak ada tanda-tanda seperti raungan anjing atau suara kodok. Jika ada warga di dusun mereka yang meninggal dunia, selalu ada raungan anjing yang diyakini sebagai penanda ada duka yang menimpa warga. Menurut cerita nenek moyang, jika terjadi banjir warga mendengar tanda bunyi kodok di sore hari. Tapi tanda-tanda itu sama sekali tidak terdengar sehingga warga tak waspada.



Tetapi hanya dalam hitungan menit air di Kali Ponaf meluap sekitar dua meter tingginya meluncur menerjang 361 rumah di Dusun C dan D. Enam belas warga hanyut terbawa banjir bandang.



Banjir bandang itu menyisakan mayat dan nestapa bagi yang tersisa. Adakah musim bencana telah tiba? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan longsor dan banjir masih mengancam banyak wilayah di NTT.



Banjir bandang itu dilukiskan Bupati TTS, Ir. Paul Mella, selain karena melimpahnya curah hujan, kerusakan hutan juga menjadi penyebab utama terjadinya bencana yang meninggalkan duka nestapa itu.



Banjir bandang di desa itu, menurut Mella, adalah banjir terbesar sejak dirinya memimpin kabupaten wangi cendana itu. "Ini terjadi karena banyaknya penebangan liar di hutan pada lerengan yang segaris dengan daerah aliran sungai itu," katanya.



Duka nestapa itu mengundang Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, bersama rombongan meniti jalan batu berlumpur, menyeberangi kali untuk menyatakan turut berduka dan melihat langsung penderitaan rakyatnya. Sejak pukul 10.00 Wita, Kamis (4/11/2010), gubernur meninggalkan rutinitasnya di Jalan El Tari, Kupang menuju kota dingin SoE, lalu melintasi jalur tengah Amanatun Timur, Amanatur Utara dan Ayotupas hingga masuk ke tenda duka tepat pukul 19.00 Wita. Gubernur memberikan kekuatan kepada keluarga yang ditinggalkan mereka yang tewas tertimpa banjir. Bantuan darurat berupa tenda, selimut, perabot dapur dibawa serta untuk mereka yang kehilangan rumah dan harta benda.



Kepada keluarga korban dan warga desa itu, gubernur menitip harapan agar jangan tenggelam dalam duka nestapa. Bencana itu patut direfleksikan sebagai rencana Tuhan. Warga diminta bangkit dari suasana itu, dan rela direlokasi agar aman dari gangguan bencana alam. Warga juga diminta memperhatikan kelestarian lingkungan agar alam tidak murka.



http://www.pos-kupang.com/read/artikel/54853/regionalntt/tirosa/2010/11/6/tak-ada-bunyi-kodok

Satu Warga Hilang Belum Ditemukan, 15 Korban Banjir Dikubur Massal

Musibah banjir bandang yang menewaskan 15 warga Desa Skinu Kecamatan Toianas Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) akhirnya dikubur massal dalam satu liang lahat, Kamis (4/11) kemarin. Sampai kemarin, satu korban lainnya yang terbawa banjir belum ditemukan.



Bupati TTS, Paulus VR. Mella yang bermalam dilokasi bencana kepada Timor Express kemarin mengatakan pemerintah telah menyediakan peti bagi korban meninggal. Peti jenasah sudah dibawa sejak Rabu (3/11) dari SoE namun karena kali Tinuh meluao sehingga tidak bisa dilewati dan peti baru tiba dilokasi, Kamis (4/11) kemarin sekitar pukul 05.00 Wita. Setelah persiapan ke-15 jenasah langsung dimasukan ke peti untuk dimakamkan.



Pihak keluarga korban menghendaki tiap jenasah dimakamkan masing-masing satu liang lahat. Namun berbagai pertimbangan dari Bupati Paulus Mella akhirnya keluarga setuju para korban dimakamkan massal.



"Peti sudah disiapkan (bagian dalamnya dihiasi Red) dan kemarin pagi 15 jenasah telah dimasukan kedalam peti. Persiapan lubang dilakukan oleh Anggota TNI Kompi C dan D dari Atambua disamping anggota lainnya dibantu masyarakat terus menyisir lokasi kejadian hingga arah pantai untuk mencari salah satu korban banjir, Martha Koto-Timo yang belum ditemukan," jelas Paulus Mella.



Bantuan bagi para korban terus berdatangan baik dari Pemkab TTS maupun Pemprov NTT berupa sembako, selimut, terpal, tangki air, mie instan, biskuit dan obat-obatan. Termasuk petugas medis dan dokter tetap stand by diposko lokasi guna memberikan bantuan medis bagi korban yang selamat.



Paulus Mella mengakui sampai kemarin korban selamat yang masih bermukim dilokasi bencana telah dievakuasi ke tempat yang aman di Kantor Desa Skinu yang berada di tempat yang lebih tinggi. "Masyarakat kita dihimbau sementara tidak boleh kembali ke tempat atau lokasi kejadian sampai benar-benar kondisi atau cuaca dinyatakan aman," katanya. Untuk sementara kata dia, siswa SD dan SMP di Desa Skinu diliburkan karena bangunan sekolah rusak dan sebagian siswa ikut menjadi korban.



Pemerintah TTS kata dia, telah memperpersiapkan bantuan berupa pakaian seragam dan alat tulis menulis bagi siswa SD dan SMP korban banjir. Guna mengantisipasi meluapnya kali Pono jelas dia, pemerintah akan melakukan normalisasi kali dengan memasang bronjong dan mengarahkan air mengalir ke arah Selatan yang tidak ada perkampungan.



Ia memperkirakan kerugian material akibat banjir belum diperoleh karena semua masih fokus pada pencarian terhadap satu korban banjir yang hilang dan belum ditemukan. Wakil Ketua DPRD TTS, Ampera Seke Selan mengatakan, pemakaman 15 korban banjir bandang didahului dengan ibadah singkat dipimpin Pdt. Yacob Piter Rafael Moerisa.



Ke-15 peti jenasah disusun rapi di depan tenda duka yang dibangun di dataran lebih tinggi. Keluarga korban yang selamat duduk disamping peti jenasah keluarga mereka dan ribuan pelayat memadati tenda duka.



Acara pemakaman juga dihadiri Gubernur NTT, Frans Lebu Raya dan rombongan yang tiba dilokasi sekitar pukul 18.00 Wita. Sedianya, pemakaman dilaksanakan sekira pukul 16.00 Wita namun karena Gubernur NTT, Frans Lebu Raya akan menghadiri acara sehingga diundur pukul 17.00 Wita. Dan pemakaman baru dilaksanakan pukul 19.00 Wita yang membuat seluruh keluarga histeris begitu jenazah dimasukkan dalam liang lahat.

http://www.timorexpress.com/index.php?act=news&nid=41375