Rabu, 31 Maret 2010

KETIKA MENDERITA SEBAGAI PEMIMPIN


Sebuah kelompok, baik yang terdiri dari beberapa orang saja maupun yang terdiri dari sekumpulan orang dalam jumlah besar tentu memiliki seorang pemimpin. Setiap orang dalam suatu kelompok selalu berlomba-lomba menjadi pemimpin dengan berbagai motivasi. Menjadi seorang pemimpin tentu tidak senikmat yang dibayangkan. Pada tingkatan kelompok kecil, seorang kepala keluarga tentu harus berupaya sekeras mungkin untuk menafkahi keluarganya. Sementara pada tingkatan kelompok masyarakat yang lebih besar, seorang bupati, gubernur atau presiden tentu harus menderita karena dituntut berupaya menyejahterakan masyaratnya, belum lagi kalau diserang lawan politiknya. Tidur mereka juga pasti terganggu oleh segudang persoalan. Singkatnya, menjadi pemimpin berarti ada sejumlah tanggungjawab dan resiko yang harus dipikul bahkan keselamatan terancam.
Seorang figur pemimpin besar yang telah menjadi contoh bahwa seorang pemimpin memiliki sejumlah tanggungjawab, tantangan dan penderitaan, yaitu Yesus Kristus. Dalam Alkitab, Yesus disebut sebagai Raja, Guru, Gembala dan sebutan lain yang merujuk pada kepemimpinan Yesus. Nabi Zakharia dalam nubuatannya menyebut Yesus sebagai Raja. Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda (Zakharia 9:9). Sementara itu, dalam Surat Ibrani disaksikan bahwa Yesus adalah Gembala Agung. Maka Allah damai sejahtera, yang oleh darah perjanjian yang kekal telah membawa kembali dari antara orang mati Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus, Tuhan kita (Ibrani 13:20). Dalam Injil, Yesus kerab disapa sebagai guru.
Apapun sebutannya, Yesus merupakan seorang pemimpin yang menuntun umat manusia menuju keselamatan. Visi mulia yang dibawa Yesus yaitu menyelamatkan umat manusia dari dosa. Seperti yang disaksikan dalam Injil, berbagai ‘program kerja’ telah dilaksanakan Yesus di dunia seperti mengajar, menyembuhkan orang sakit, menghardik setan dan puncak dari karya-Nya di dunia yaitu mengorbankan nyawa bagi orang-orang yang digembalakan atau dipimpin-Nya.
Yesus, Sang Gembala yang mengorbakan nyawa di atas salib, tentu mengalami sejumlah penderitaan fisik dan psikis seperti; dikhianati murid-Nya, Yudas (Lukas 22:3-4); sangat ketakutan hingga keringat-Nya berupa darah (Lukas 22:44); disangkal murid-Nya, Petrus (Lukas 22:56-60); menjadi korban ‘cuci tangan’ penguasa (Matius 27:24); diolok-olok dan dipukul (Lukas 22:63-63); mendapat tuduhan palsu (Lukas 23:2); dipakaikan mahkota duri dan diludahi (Matius 27:29-30); ditinggalkan oleh Allah (Matius 27:46) dan berbagai penderitaan lainnya.
Penderitaan Yesus amatlah kompleks dan berat. Sejak awal saja Yesus sudah mengalami tekanan berat ketika berada di Getsemani. Berbagai pukulan, tusukan mahkota duri dan cambukan mencabik-cabik tubuh Yesus. Dalam kondisi demikian, Yesus harus memikul palang horisontal salib menuju Golgota. Sudah begitu, Yesus disangkali muridnya, Petrus. Yesus diolok-olok dan dikenai tuduhan palsu juga, bahkan ketika di atas salib, Yesus ditinggalkan oleh Allah.
Yesus memang menderita tapi dalam penderitaan itu Yesus melakukan beberapa hal yang patut kita teladani yaitu pertama, tidak memaksakan kehendak. Ketika Yesus berada di taman Getsemani, Ia berdoa “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” (Lukas 22:42). Kutipan ayat ini menunjukan bahwa Yesus memohon agar “cawan” diambil dari-Nya. Dalam doa ini Yesus tidak memaksa Allah untuk mengambil atau tidak mengambil “cawan” itu tetapi justru menyerahkan sepenuhnya kepada Allah. Yesus ingin agar yang terjadi bukanlah kehendak-Nya melainkan kehendak Allah.
Kedua, semakin sungguh-sungguh berdoa sekalipun mengalami tekanan besar. Menjelang penangkapan dirinya, Yesus sangat ketakutan (Lukas 22:44) serta sedih dan rasanya mau mati (Markus 14:34). Kala berada dalam situasi itu Yesus justru bersungguh-sungguh berdoa (Lukas 22:44). Yesus sebagai Anak Allah, ketika berada dalam masalah tetap berada pada jalinan hubungan-Nya dengan Allah melalui kesungguhan doa.
Ketiga, menghadapi kekerasan dengan sentuhan kasih. Seperti yang dikisahkan Rasul Petrus bahwa “Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil” (I Petrus 2:23). Semua olokan, cambukan dan ketidakadilan diterima Yesus tanpa membalas dengan kekerasan. Justru Yesus membalas kekerasan dan olokan dengan pengasihan dan pengampunan. Waktu Yesus didatangi para imam dan gerombolan orang yang membawa pedang dan pentungan, salah seorang murid menyerang salah satu imam sampai telinganya putus. Kala itu Yesus justru menunjukan kasih-Nya dengan menyambung kembali telinga sang imam. Selain itu juga Yesus mempertanyakan keberadaan gerombolan orang yang hendak menangkap diri-Nya dengan pedang dan pentungan (Lukas 22:50-52). Hal ini berarti bahwa Yesus tidak menginginkan penyelesaian masalah dengan jalan kekerasan dan Maha Pengampun.
Keempat, bertanggungjawab. Pertanggungjawaban Yesus misalnya ketika Ia diinterogasi para Imam Besar di hadapan Hanas. Jawab Yesus kepadanya: Aku berbicara terus terang kepada dunia: Aku selalu mengajar di rumah-rumah ibadat dan di Bait Allah, tempat semua orang Yahudi berkumpul; Aku tidak pernah berbicara sembunyi-sembunyi (Yohanes 11:20). Jawaban Yesus menunjukan bahwa Yesus tidak berbohong untuk meloloskan dirinya namun berani menjawab menurut apa yang telah dilakukan.
Kelima, terus menunjukan kasih-Nya kepada orang lain sekalipun berada dalam penderitaan. Kalau kita manusia biasa, ketika berada dalam penderitaan tentu tidak bisa berbuat apa-apa untuk orang lain namun tidak demikian bagi Yesus. Ketika dalam perjalanan menuju Golgota dengan tubuh yang pastinya penuh dengan luka, Ia masih sempat memberikan penguatan dan nasihat kepada puteri-puteri Yerusalem yang menangisinya (Lukas 23:28-31). Yesus memberikan pengampunan juga kepada mereka yang berlaku jahat walau Ia sudah berada di atas salib (Lukas 23:34).
Keenam, mengerjakan misi-Nya di dunia hingga tuntas. Kehadiran Yesus di dunia untuk menebus manusia dari dosa. Misi itu telah dinyatakan dalam berbagai hal seperti mengajarkan kasih, menyembuhkan orang sakit, menghardik setan dan sebagainya hingga sampai pada puncaknya yaitu pengorbanan diri Yesus di atas salib. Pengorbanan Yesus menunjukan bahwa Yesus melaksanakan tugasnya di dunia hingga tuntas. Itulah sebabnya sebelum menghembuskan nafas-Nya di atas salib, Yesus berkata “Sudah selesai” (Yohanes 19:30). Hal ini berarti bahwa dengan kematian-Nya, karya Yesus di dunia telah selesai dan telah menyelesaikan kehendak Allah.
Urian di atas hanyalah beberapa dari sekian banyak keteladanan Yesus sebagai seorang Pemimpin sekalipun berada penderitaan. Hal inilah yang hendaknya menjadi referensi keteladanan bagi para pemimpin dan juga para calon pemimpin pada berbagai tingkatan dalam menjalankan tugas, tanggungjawab serta dalam menghadapi berbagai penderitaan, tantangan, bahkan ancaman.
Pada masa sekarang banyak pergumulan hidup yang pasti membuat para pemimpin terbeban. Dalam situasi demikian, iman para pemimpin hendaknya tidak menjadi rapuh namun semakin teguh. Para pemimpin tentunya memiliki berbagai kehendak namun kehendak itu sebaiknya dimusyawarahkan dan dimufakatkan sehingga kehendak itu tidak dipaksakan kepada orang-orang yang dipimpinnya. Di samping itu, berbagai kejahatan atau kekerasan yang terjadi hendaknya disikapi dengan kelembutan. Selain fokus melaksanakan tugas utamanya, para pemimpin sebaiknya membuat sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Satu hal yang patut diingat adalah para pemimpin juga hendaknya menuntaskan visi yang diembannya. Visi yang diemban jangan sampai hanya sebatas kata-kata belaka. Dalam momentum Paskah ini, semoga keteladanan Yesus sebagai seorang pemimpin yang ditunjukan-Nya sekalipun berada dalam penderitaan, dapat ditiru oleh para pemimpin, mulai dari kepala keluarga sampai kepala negara. Amin!


Opini ini dipublikasikan pada Harian Pagi Timor Express Edisi Selasa, 30 Maret 2010

Rabu, 24 Maret 2010

Ketahuan Hamil, Puluhan Siswi Tak Ikut UN

Puluhan siswa di Nusa Tenggara Timur dilaporkan tidak mengikuti Ujian Nasional (UN) Senin 22 Maret 2010 karena ketahuan hamil diluar nikah.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT, Thobias Uly yang dihubungi di Kupang, mengatakan, jumlah pasti siswa yang tidak mengikuti UN masih dalam pendataan, namun diperkirakan, jumlahnya mencapai puluhan orang, dan tersebar di 21 kabupaten dan kota.

“Untuk sementara baru laporan dari SMA Kristen Kupang, SMK Kejuruan 2 Kupang dan SMA Negeri 3 Kupang. Jumlahnya ada sekitar 9 orang. Sementara sekolah lain belum memberikan laporan,” ujarnya.

Menurut Thobias, pelaksanaan UN hari pertama di NTT, secara umum berlangsung aman dan tidak ada masalah. “Kecuali di Kabupaten Manggarai yang sempat terjadi kesalahan pendropingan lembaran jawaban, dimana peserta UN mendapat lembaran jawaban untuk UN SMP. Tetapi panitia sudah mengambil langkah darurat, dengan menarik kembali lembar jawaban SMP dan menggantikan dengan lembar jawaban SMA,” katanya.

Terhadap siswa yang tidak mengikuti UN, menurut Thobias, pihaknya belum dapat mengambil keputusan apakah dilakukan ujian susulan atau tidak.

“Masalah ini akan dibahas secara khusus. Karena pelaksanaan ujian susulan akan dilaksanakan bulan Mei mendatang,” katanya.

Menurutnya, secara keseluruhan, peserta UN di NTT sebanyak 48.523 siswa yang terdiri dari 36.485 siswa SMA dan 12.038 siswa SMK. “Tahun ini, jumlah peserta UN mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2009 lalu,” katanya.

Sementara itu, pelaksanaan UN di sejumlah SMA di Kota Kupang, sempat diwarnai ketegangan karena beberapa siswa membawa telepon genggam ke ruangan ujian, meski dilarang oleh tim pengawasan independen dari sejumlah perguruan tinggi.

Seorang siswi peserta UN dari salah satu sekolah favorit di Kupang yang ketahuan menyembunyikan handphone di dalam kaos kaki -- nyaris dikeluarkan dari ruangan ujian.

Beberapa siswa mengaku kesulitan mengerjakan soal ujian, khususnya Bahasa Indonesia. “Untuk mempermudah mencari jawaban, kami menyembunyikan handphone untuk saling berkomunikasi saat dengan guru bidang studi atau dengan teman lain untuk mendapatkan jawaban,” kata seorang peserta UN.

DIKUTIP DARI: http://nasional.vivanews.com/news/read/138201-ketahuan_hamil__puluhan_siswi_tak_ikut_un

Menunggu Pak Guru Berkelahi, UN Molor 30 Menit

Pelaksanaan ujian nasional di SMA Negeri 2 Kupang, Senin (22/3/2010), molor sekitar 30 menit menyusul perkelahian antara seorang guru dan pegawai di sekolah tersebut.

"Perkelahian antara guru dan pegawai di SMA Negeri 2 Kupang menjelang detik-detik dimulainya pelaksanaan UN sehingga molor sekitar 30 menit dari waktu yang ditentukan pukul 07.30 Wita," kata Ketua Panitia UN Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (PPO) NTT I Nyoman Mertayasa.

"Perkelahian antara oknum guru dan pegawai di SMA Negeri 2 Kupang itu merupakan masalah lama yang belum diselesaikan", kata Mertayasa tanpa menyebutkan identitas guru dan pegawai yang berkelahi itu.

"Memang ada perkelahian, tetapi tidak mengganggu jalannya pelaksanaan UN bagi anak-anak di sekolah tersebut. Mereka hanya terlambat 30 menit dari waktu yang ditentukan," ujarnya.

Masalah pertengkaran antara oknum guru dan pegawai di SMA Negeri 2 Kupang itu beredar cepat di Kupang sehingga menarik minat para wartawan untuk meliput di lokasi tersebut meski sedang meliput kegiatan Gubernur NTT Frans Lebu Raya yang tengah memantau pelaksanaan UN pada sejumlah sekolah di Kota Kupang.

Ketika para pekerja pers ke SMA Negeri 2 yang bersebelahan dengan Kantor Balaikota Kupang, seorang anggota satuan pengamanan (satpam) di sekolah tersebut mendorong wartawan MetroTV, Eginius Suni, sehingga persoalan nyaris meluas. Anggota satpam itu berusaha menghalang-halangi wartawan mengambil gambar, bahkan mendorong kamera milik wartawan MetroTV hingga nyaris terjatuh.

Hanya, kasus ini segera diselesaikan secara damai oleh Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Mucshin Talib. Talib meminta maaf kepada wartawan atas perlakuan kasar anggota satpam di sekolah tersebut.

Kepala Dinas PPO NTT Thobias Uly yang dimintai konfirmasi mengatakan, pelaksanaan ujian nasional di provinsi kepulauan itu berlangsung lancar, diikuti 48.523 murid. Dia mengaku mendapat laporan dari 21 kabupaten/kota yang umumnya menyampaikan pelaksanaan ujian nasional berlangsung aman dan lancar.

Di Kupang, Thobias Uly mendampingi Gubernur Lebu Raya melakukan peninjauan ke SMA Negeri 4, SMA Negeri 3, SMA Kristen, dan SMK Negeri 3 Kupang serta mendapat penjelasan bahwa pelaksanaan ujian berlangsung aman dan lancar.

DIKUTIP DARI :
http://edukasi.kompas.com/read/2010/03/22/14174499/Menunggu.Pak.Guru.Berkelahi..UN.Molor.30.Menit

Selasa, 16 Maret 2010

MUSEUM PERKAKAS KEMAH ALKITAB 2008


Gambar ini adalah seperangkat 'perkakas'peninggalan Kemah Alkitab 2008 di Son Halan Niki-niki yang dimuseumkan oleh Giring. Kertas putih bertuliskan sesuatu adalah daftar nama kelompok 5 (Kelompok Beltsazar)dengan kru: Ani Lobo, Adryana Djalla, Daud Wabang, Edi Kolo Tadoe, Giring, Natan, Panky, Yanto Monteiro (Son Halan)dll. Buku kecil berwarna putih adalah Info Kemah Alkitab Edisi I yang terbit dalam Kemah Alkitab 2008. Buku berwarna merah adalah Panduan Kemah Alkitab 2008. Sedangkan anyaman tali merah putih biru adalah sebuah hasil kreasi dalam Kemah Alkitab

KEISTIMEWAAN DANIEL (Apa dan Bagaimana Dia?


Oleh : Pdt. Sarlinda A. Kisek, M. Si, Ketua Majelis Lanud El Tari Penfui.
Daniel adalah tokoh yang tidak asing bagi kitapembaca kitab suci. Sewaktu masih menjadi anak sekolah minggu, berulang kali kita mendengar kisah-kisah Daniel. Yang paling seru dan meneganggkan adalah ketika Daniel berada dalam perapian yang menyala-nyala dan dibuang dalam gua singa. Kisah Daniel di gua singa bahkan dipopulerkan dalam sebuah syair lagu rohani anak-anak.
Siapa Daniel itu?
Saya mencatat ada beberapa tokoh yang bernama Daniel disebutkan secara jelas dalam Alkitab. Pertama, Daniel, anak Daud dari istrinya Abigail yang juga disebut Kileab (I Tawarik 3:1), besar kemungkinan tokoh ini meninggal pada usia muda. Kedua, Daniel yang berasal dari keturunan Itamar yang menyertai Ezra (Ezra 8:2) yang ikut serta menaruh materai pada piagam perjanjian (Nehemia 10: 1,6). Akan tetapi Daniel yang satu ini agak sulit diketahui. Alkitab hanya sedikit memberikan petunjuk bahwa ia seorang Yahudi, tepatnya dari Yehuda (Palestina Selatan), yang juga berasal dari keturunan raja-raja dan bangsawan.
Pada tahun 605 B.C, kerajaan Babilonia berada di bawah pemerintahan Raja Nebukadnezer menyerang kerajaan Yehuda. Raja Yehuda yang terakhir yaitu Yoyakim (609-598 B.C) kalah dalam peperangan sehingga wilayah Palestina Selatan, wilayah asal Daniel menjadi daerah taklukan Babilonia. Nebukadnezer lalu memerintahkan Apenas, kepala istana unttuk membawa orang-orang dari Yehuda sebagai tawanan ke Babel, ibukota Babilonia.
Tawanan-tawanan tersebut adalah orang-orang muda dari keturunan raja dan bangsawan Yehuda yang secara fisik bijaksana, cerdas dan terampil (Daniel 1 : 3-4). Mereka dijadikan tawanan politik yang dipekerjakan demi kepentingan kerajaan Babilonia (Daniel 2: 48-49). Lebih tepatnya, jika Daniel dan kawan-kawannya kita sebut sebagai negarawan yang tinggal di istana raja-raja yang bukan Israel. Sebagai negarawan Daniel mendapat karunia kenabian walaupun secara resmi ia tidak mendapat jabatan atau kedudukan sebagai nabi (band. Matius 24:15). Posisi Daniel sebagai negarawan di wilayah Babilonia mengharuskan Daniel cs mendapat pergantian nama baru. Daniel menjadi Beltsazar yang berarti “bel” (Marduk, salah satu dewa Babel) “protect his life.”; Hananya menjadi Sadrakh yang berarti “command of Aku” (Summerian moon god); Misael menjadi Mesakh yang berarti “who is Aku is” sementara Azarya dinamai Abednego yang berarti “servand of nego atau nebo”
Sebagai negarawan sekaligus patriot Yehuda, secara pribadi menduduki beberapa jabatan tinggi melalui empat orang raja yang berkuasa, antara lain:
 Pada zaman pemerintahan raja Nebukadnezer (605-562 BC), Daniel diangkat menjadi seorang perdana menteri dan kepala dari semua orang bijak yang ada di Babel. Karena kedudukan ini, Daniel mengusulkan ketiga temannya untuk menduduki jabatan strategis dalam pemerintahan (Daniel 6: 46-49).
 Pada zaman pemerintahan Darius (522-486 BC), Daniel menjadi salah satu dari ketiga pejabat tinggi yang menerima pertanggungjawaban dari 120 orang wakil raja di seluruh wilayah Babel (Daniel 6:1-4).
 Pada zaman pemerintahan raja Beltsazar, Daniel memiliki kekuasaan sebagai orang ketiga (Daniel 5:29).
 Pada zaman pemerintahan Korezy (559-530), Daniel disebutkan memiliki kedudukan yang tinggi (Daniel 6:29).

Singkatnya, Daniel adalah seorang Yahudi yang tinggal di Babel dengan status politik sebagai tawanan yang melaksanakan tugas-tugas kekuasaan politik para penguasa pada masa pemerintahan empat raja. Daniel memiliki keteladanan bagi kaum muda Kristen bahwa kita harus berpartisipasi mengabadikan keahlian dan potensi diri kita bagi kepentingan banyak orang di mana juga kita berada.
Apa yang Terjadi dengan Daniel?
Pada masa Daniel berkarya, corak kehidupan masyarakat di Babel adalah masyarakat majemuk dengan berbagai suku yan gada. Mayoritas penduduk adalah orang-orang Babel. Agama dan kepercayaan yang dianut adalah politheistik. Masing-masing banngsa menyembah dewanya sendiri. Kebebasan seperti ini dijamin di Babel sepanjang semua corak ibadah itu tidak membahayakan ketentraman dan keamanan nasional bangsa Babel.
Kondisi ini merupakan tantangan berat bagi Daniel dan bangsa Yehuda yang berada di wilayah jajahan kerajaan Babilonia. Mengingat bahwa sebagai keturunan Abraham, prinsip penyembahan orang Israel adalah monotheistik yaitu Allah satu-satunya yang harus disembah. Karena itu, beberapa kali orang-orang Babel berupaya menjebloskan Daniel ke penjara karena ketaatan Daniel di kepada Allah. Rupanya Daniel tetap bertahan dan bebas dari usaha-usaha peradilan seperti itu.
Di masa itu juga ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat terutama matematika astronomi dan kemiliteran. Dunia sampai sekarang masih mengakui kehebatan Babel dalam soal aritmatika, ketepatan menghitung kekuatan benda serta ketangguhan dalam strategi perang .
Daniel mendapat kesempatan itu untuk mengenyam pendidikan selama tiga tahun di masa itu. Kesempatan yang menguntungkan sebagai seorang tawanan namun terbilanng sulit untuk menghadapinya. Mengingat Daniel harus mempelajari bahasa pengantar di kerajaan Babel yakni bahasa Aramik. Harus juga mempelajari literatur Sumeria kuno dan tulisan Paku Akkadian atau yang biasa dikenal dengan tulisan dan bahasa orang Kasdim. Tentu saja harus turut mempelajari ilmu-ilmu yang berhubungan dengan tugas pemerintahan
Waktu tiga tahun untuk belajar terbilang sempit tetapi Daniel menggunakan waktu secara tepat dan tekun hingga pada akhirnya Daniel sungguh terbukti memiliki kepandaian. Alkitab mencatat bahwa Daniel cs adalah orang yang memiliki kepandaian 10 kali lipat dibandingkan dengan semua orang-orang pandai yan gada di Babel (Daniel 1:20).

Bagaimana Karakter Daniel?
Dari kedua topik uraian di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa kesuksesan hidup Daniel adalah karena kasih karunia Allah, selain itu tentu saja didukung oleh pribadi Daniel sendiri yaitu pribadi yang menyenangkan hati Tuhan, dapat diterima oleh semua orang bahkan Daniel adalah pribadi yang menjadi teladan. Alkitab mencatat beberapa karakter istimewa Daniel, antara lain:
1. Bijaksana
Allah yang membuat Daniel menjadi bijaksana dengan memiliki kemampuan untuk menafsirkan mimpi (Daniel 1:17). Tercatat tiga mimpi yang dapat ditafsirkan dengan tepat berkat petunjuk dari Allah.
2. Berprinsip
Secara pribadi Daniel memiliki komitmen untuk hidup kudus di hadapan Allah karena Daniel mendapat kasih sayang Allah dalam bentuk pengetahuan dan kepandaian (Daniel 1:8-9). Daniel tidak menajiskan dirinya dengan berbagai pengaruh negatif yang merusak iman dan moral. Daniel tidak bercela (Daniel 1 ayat 4) karena itu tidak ada seorang yang dapat menemukan satu titik lemah dalam hidunya (Daniel 6:6)
3. Setia
Sekalipun Daniel berada di bawah ancaman hukuman, ia tetap setia kepada Allah. Maka tidak heran kalau Yehezkiel menyejajarkan Daniel dengan Ayub dan Nuh dalam hal kesetiaan. Secara sederhana, kesetiaan itu ditunjukan dengan tiga kali sehari ia berlutut, berdoa dan memuji Tuhan (Daniel 6:11).
4. Tekun
5. Berani
Ada banyak bagian dalam Alkitab yang menceritakan tentang keberanian Daniel. Salah satunya adalah berani berkata benar (Daniel 5:17)
6. Menghargai kesempatan
7. Bertanggungjawab
Alkitab mencatat bahwa dalam setiap tugas yang diberikan kepada Daniel selalu dapat dikerjakan dengan teliti dan penuh tanggungjawab sehingga tidak didapati suatu kesalahan dalam tugas pemerintahan (Daniel 6:5)
8. Rendah Hati
Daniel tidak pernah mengagungkan potensi yang dimiliki tetapi menggunakannya bagi kemuliaan Allah dan kepentingan orang lain.

Bila kita ingin menjadi seseorang yang berkarakter seperti Daniel, maka mulailah dengan menganggap dan menjadikan diri kita sebagai orang yang berharga di hadapan Allah. Jika kita tetap berharga di mata Allah, kita juga akan selalu berharga di mata sesama.

Materi ini disampaikan pada kegiatan Kemah Alkitab Pemuda Polykarpus Atambua di Jemaat Son Halan Niki-niki pada 4-7 Juli 2008.

KENALILAH POTENSI DIRI


Oleh: Pdt. Beltje J. Kesaulya-Sahetapi, S.Th
I. Latar Belakang
Generasi muda sangat melekat dengan berbagai julukan; tunas muda (bangsa), tongkat estafet, tulang punggung gereja (bangsa). Julukan-julukan ini tentunya bukanlah sesuatu yang kosong belaka untuk sekedar mendongkrak pamor pemuda sebagai generasi harapan gereja (bangsa). Sesungguhnya generasi muda identik dengan semangat muda, tenaga muda, dinamis, inovatif dan kreatif. Masa muda dikenal sebagai masa terindah di maa masa yang dapat mempersembahkan sesuatu yang terbaik bagi diri, orang lain dan Tuhan.
Alkitab mencatat banyak hal terkait peranan genarasi muda. Allah bukan saja memakai tua-tua bangsa ataupun perempuan dalam menjalankan karya agung-Nya. Allah juga memakai dan mempercayai tenaga muda untuk menyatakan kehendak-Nya. Misalnya, Yusuf, Daud, Salomo dan Daniel. Allah juga bekerja dalam sejarah bangsa Indonesia dengan memakai potensi generasi muda yang bergerak memberikan perubahan-perubahan hidup berbangsa dan bernegara. Di masa perjuangan, pemuda mengambil alih perjuangan untuk gerakan kemerdekaan. Di masa Orde Baru pemuda berinisiatif untuk melakukan tindakan reformasi. Banyak hal yang dilakukan oleh kaum muda yang berprestasi dan berpotensi dalam mengisi masa mmuda dengan penuh kebanggaan. Di sisi lain, ternyata tidak semua pemuda menyadari akan potensi dirinya. Kekaburan dalam pengenalan diri jelas tampak dalam perilaku hidup. Dunia pemuda begitu sempit dan tidak bebas. Mereka begitu terpola dengan sistim kehidupan yang tidak memiliki ruang gerak yang lain untuk mengasah potensi diri dan menjadi orang yang penuh makna bagi orang lain. Kalau masa muda ini terbuan gtanpa memaknai diri, apa yang menjadi kebanggaan pada masa tua? Dasar pemahaman inilah membuat kita mesti bangkit dari kelesuan dan ketidakberdayaan yang panjang.

II. Identifikasi Potensi Diri
Manusia dilahirkan dengan keragaman dilihat dari aspek kekuatan fisik, intelegensia, emosi, spirit, motivasi, dan sebbagainya. Meskipun memiliki keragaman dan kesamaan sejati di dalam diri manusia yaitu kemampuan menggerakan diri atau digerakan untuk mewujudkan potensi menjadi aktual. Potensi energi tubuh atau energi otak tidak bermakna apa-apa tanpa kemampuan dan kemauan untuk menggerakannya.
Apa itu potensi ? Potensi diri berarti daya, kemampuan, kekuatan. Menurut beberapa pakar pendidikan, potensi diantikan sebagai
• Kemampuan dalam diri seseorang untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan berdaya guna dan berhasil guna (Gibson, 1983).
• Perwujudan dari pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki (Blanchard, 1986).
• Unsur dalam kematangan berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pendidikan, latihan atau pengalaman (Mitfah Thoha, 1983)
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, diketahui bahwa potensi/kemampuan seseorang dalam sebuah pekerjaan merupakan aktualisassi pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, yang diperoleh melalui pendidikan, latihan dan pengalaman.
Pengetahuan tentang tugas atau yanng terkait dengan potensi diri pada umumnya dapat diperoleh melalui pendidikan formal dan informal. Pendidikan formal adalah pendidikan yang kita kenal dengan pendidikan yang teratur, bertingkat dan mengikuti syarat yang jelas dan ketat (SD-PT). Sementara pendidikan informal adalah pendidikan yang disediakan oleh medai massa, buku-buku bacaan ilmiah, keterampilan dan pelatihan yang memadai.
Untuk mengidentifikasi potensi seseorang dapat dikenali dari ciri-ciri (indikator) keberbakatan dan kecenderungan minat (Sofyan Herminanto, 2004). Menurut Munandar (1992) ciri-ciri orang berbakat yaitu:

a. Indikator intelektual atau belajar yaitu mudah menangkap pelajaran; mudah mengingat kembali; memiliki perbendaharaan kata yang luas; berpenalaran tajam; daya konsentraasi baik; menguasai banyak bahan tentang berbagai topik; senang dan sering membaca; mampu mengungkapkan pikiran dengan jelas dan lancar secara lisan dan tulis; mampu mengamat dengan cermat; senang mempelajari peta, kamus dan ensiklopedi; cepat memecahkan soal; cepat menemukan kesalahan atau kekeliruan; mampu membaca pada usia yang lebih muda; daya abstraksi cukup tinggi; selalu sibuk menangani berbagai hal
b. Indikator kreativitas: memiliki rasa ingin tahu; sering menngajukan pertanyaan berbobot; memberikan banyak gagasan terhadap suatu masalah; mampu menyampaikan pendapat secara spontan; menghargai keindahan; mengungkapkan pendapat tanpa mempengaruhi orang lain; humoris; imajinatif; mampu menyampaikan gagasan yang berbeda dari orang lain; mampu bekerja sendiri; senang mencoba hal-hal baru; mampu merinci sebuah gagasan.
c. Indikator motivasi: tekun menghadapi tugas; ulet dalam kesulitan; tidak memerlukan doronngan luar untuk berprestasi; ingin mendalami pengetahuan yang diberikan; selalu berusaha berprestasi sebanyak mungkin; berminat terhadap berbagai masalah ‘orang dewasa’ seperti masalah korupsi, keadilan, hukum dan sebagainya; senang dan rajin belajar dan bersemangat; mengajar tujuan jangka panjang; serta senang mencari dan memecahkan masalah
III. Proses Identifikasi Potensi
Potensi dapat dideteksi dari keberbakatan intelektual. Ada dua cara pengumpulan informasi untuk mengidentifikasinya dengan mengumpulkan data objektif dan subjektif. Identifikasi objektif diperoleh melalui skor tes intelegensi individual dan kelompok, skor tes prestasi, skor tes akademik, skor tes kreativitas. Sementara identifikasi melalui penggunaan data subjektif diperoleh dari cek list perilaku, nominasi orang tua, nominasi guru, nominasi teman sebaya, dan nominasi oleh diri sendiri.
IV. Pengembangan Diri
Pitensi dan sumber daya manusia adalah aset dan modal utama yang bukan saja dinimati oleh diri sendiri tetapi juga dinikmati oleh orang lain. Berdasarkan identifikasi potensi diri, dan kelanjutan keterampilan atau pengalaman yang dilakukan maka setiap orang akan menjadi berarti ketika ia berinteraksi dengan orang lain dalam bentuk kelompok masyarakat atau kelompok kerja dan sebagainya. Menurut Sastro yang dikutip Edi Suharto (1997), terdapat beberapa kelompok yang sering digunakan sebagai media pertolongan sosial yaitu kelompok percakapaan sosial, kelompok rekreasi, kelompok keterampilan rekreasi, kellompok pendidikan/kepemimpinan, kelompok pemecahan masalah dan pembuatan keputusan, kelompok mandiri, dan kelompok sosialisasi
V. Nilai Diri (Refleksi)
Nilai diri adalah penilaian menyeluruh yan gada pada seseorang tentang dirinya. Tiap orang mempunyai nilai diri. Ada yang tinggi dan ada yang rendah. Nilai diri tidak mempunyai hubungan langsung dengan status sosial atau ekonomi. Demikian pula nilai diri tidak ada hubungannya dengan kecongkakan atau kerendahan hati. Nilai diri tinggi tidak sama dengan tinggi hati, demikian pula nilai rendah bukan berarti rendah hati.
Orang yang bernilai diri tinggi mengetahui apa keunggulan dan bakatnya. Ia bangga dengan keunggulannya itu. Namun ia pun tahu apa kelemahannya dan tidak malu jika kelemahannya diketahui orang lain. Ia menghargai dan mengagumi keberhasilan orang lain. Sebaliknya orang yang bernilai diri rendah merasa tidak mempunyai keunggulan, bakat dan karunia apa-apa. Yang diketahui hanyalah kelemahan-kelemahannya. Ia takut jika kelemahan-kelemahannya diketahui orang lain. Karena merasa diri tidak mempunyai keunggulan, ia cenderung iri terhadap orang lain. Membuat penilaian diri sendiri memang tidak mudah. Jika menilai diri sendiri dari kenyataan, kita akan berpihak pada optimisme palsu yaitu mengira diri caakp padahal sebetulnya tidak. Sebaliknya jika menilai diri terlalu rendah akan membuat kita sulit percaya diri. Rasa yakin diri yang kecil aakn membuat orang menjadi kerdil, akibatnya ia kurang menyukai dirinya padahal Tuhan menghendaki agar setiap orang mencintai dirinya. Dalam perintah kasih, Tuhan Yesus berkata: “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Matius 22:39).
Daalm kehidupan nyata (berorganisasi, pergaulan) dapat dilihat dari pribadi seseorang. Ada orang yang memiliki jarang berprakarsa, sering ragu-ragu dalam membuat keputusan, cenderung bergantung pada orang lain dalam berbagai hal. Kedua orang ini memiliki nilai diri yang berbeda. Nilai diri mulai terbentuk sejak dari masa kanak-kanak hingga seseorang bertumbuh menjadi besar dan dewasa. Seorang anak mempunyai konsep tentang dirinya sesuai apa yang dilihat pada ‘cermin’ yaitu sikap atau perlakuan orang tua dan pendidik lainnya. Dorothy Nolte, seorang pendidik Australia berkata:
Anak yang hidup dalam kecaman akan belajar mencela
Anak yang hidup dalam suasana permusuhan aakn belajar bertengkar
Anak yang hidup dengan ejekan akan menjadi pemalu
Anak yang hidup dengan suasana iri akan menjadi pembenci
Anak yang hidup dengan dukungan akan belajar untuk punya yakin diri
Anak yang hidup dengan pujian akan belajar menghargai
Anak yang hidup dalam suasana adil akan belajar bersikap adil
Anak yang hidup denngan rasa aman akan mempunyai iman
Anak yang hidup dengan restu akan menyukai dirinya
Anak yang hidup dalam suasana diterima akan belajar menemukan kasih dalam dunia.


Materi ini disampaikan pada kegiatan Kemah Alkitab Pemuda Polykarpus Atambua di Jemaat Son Halan Niki-niki pada 4-7 Juli 2008.

Derai Kenangan Dari Catatan Harian Giring



Aku mengucap syukur kepada Allah setiap kali aku mengingat kamu dan setiap kali aku berdoa untuk kamu semua, aku selalu berdoa dengan suka cita (Filipi1:3-4).
Waktu yang terus mengalir telah menghanyutkan dan menghempaskan kita jauh dari hari-hari kemarin. Kini hanya puing-puing kemesraan, persekutuan, canda dan tawa. Semuanya akan membeku dan memfosil lalu tertimbun seturut detak-detik jarum jam dan matinya sapaan. Coretan-coretan tinta yang kita bariskan pada bertumpuk-tumpuk kertas mungkin telah noda dan kumal lalu kau sampahkan. Tali-tali yang kita rajut mungkin telah kusut dan lekang lalu kau sesakkan bersama barang-barang bekas. Namun ketahuilah bahwa hingga saat ini, telapak-telapak kita pada dinding di tiap bilik jantung dan lorong-lorong nadi ini terus terpajang dan berkobar oleh derasnya darah. Dan kepadamu, saudara-saudariku, aku deraikannya dalam untaian kata. Biarlah selaksa desah nafas melafaskan satu ikrar LARAN MAROMAK, ITA DEIT


Jumat, 4 Juli 2008
Sore itu, Giring yang baru saja beberapa hari liburan di kampung (Niki-niki) merasa jenuh sekalipun berada di tengah-tengah keluarga. Tentu karena terbiasa dengan keramaian di Kota Kupang atau terbiasa dengan kesibukan kuliah lalu ketika berada di kampung halaman kesibukannya berbeda.
Sekedar mengisi waktu, Giring mengover-over bola plastik sendirian.
“Halo, slamat sore! Ini surat undangan dar gereja. Ada kegiatan Pemuda Polykarpus Atambua di gereja jadi sabantar malam pi gereja e!”, K’ Ret, tetangga yang adalah pemudi yang sering aktif di kegiatan kepemudaan di gereja memberitahukan demikian lalu menyodorkan sepotong kertas yang disebutnya undangan. Ternyata surat itu bukan surat undangan tetapi surat mohon izin orang tua agar pemuda/i Soh Halan Niki-niki bisa berpartisipasi dalam Kemah Alkitab Pemuda Policarpus Atambua dan Pemuda Son Halan Niki-niki dari 4-6 Juli 2008.
Ah, tanpa surat izin juga bapa dan mama bisa mengizinkan. Entah diundang atau tidak, itu bukan masalah. Ini sebagai kesempatan lihat nona-nona manis dari Policarpus Atambua. Lebih pentingnya adalah menyegarkan jiwa yang gersang. Bukankah selama hampir satu tahun sejak berada di Kupang, Giring tidak lagi berpartisipasi dalam kegiatan kepemudaan di gereja? Walau cukup aktif di GMKI Cabang Kupang namun belum utuh kalau tidak terlibat dalam kepemudaan di gereja.
* * *

Suasana dalam gedung kebaktian Jemaat Son Halan Niki-niki serasa asing dan kaku. Bangku-bangku di deretan kiri di tempati pemuda/i Son Halan Niki-niki sedangkan bangku-bangku di deret kanan ditempati oleh pemuda/i Policarpus Atambua. Beberapa menit yang lowong menuju acara pembukaan Kemah Alkitab hanya diisi dengan saling melirik dan curi pandang yang terkadang menjerumuskan berpasang-pasang mata dalam tabrak pandang lalu tersipu malu atau salah tingkah. Namun hal ini tidak berlaku bagi Giring. Hanya duduk terpaku pada bangku deret kedua dari depan. Sesekali mencoret-coret kertas mencatat sesuatu. Bukankah Giring justru menjadi perhatian beberapa orang juga karena rambut kribonya???
***

Tak lama kemudian ibadah pembukaan kegiatan Kemah Alkita dimulai. K’ Edy yang memipin ibadah memilih I Timotius 4: 11-12 sebagai bacaan dari Alkitab yang mengawali serentetan acara beberapa hari ke depan. Inti renungan K’ Edy adalah pemuda harus menjadi teladan dan percaya diri. Setelah kebaktian singkat itu selesai, Pdt. Victor U. Nenohay, S. Th dari pihak Polikarpus dalam sambutannya mengatakan bahwa melalui kegiatan Kemah Alkitab semangat pemuda untuk menghadapi tantangan zaman menjadi matang. Untuk itu Pdt. Victor berharap agar pemuda bisa menghadapi sebuah tantangan berat yaitu tantangan untuk menjadi diri sendiri.
Selanjutnya, Pdt. Grace Sjioen, S.Th sebagai tuan rumah kegiatan, mengakui jika kegiatan ini merupakan kegiatan yang pertama kali dan relevan dengan program pemuda Son Halan (wisata rohani dan diskusi). Pdt. Grace juga berharap agar para pemuda mendapatkan sesuatu yang berguna dari kemah Alkitab ini. Di bagian akhir, Bpk. Herodes Sally sebagai wakil ketua panitia, meminta pemuda agar bangkit dan mengenali diri. Diharapkan juga agar ke depan para pemuda yang ikut dalam Kemah Alkitab dapat menjadi pemimpin para pemuda.
***

Sehabis seremoni pembukaan, tabir keasingan di antara pemuda Son Halan dan pemuda Polikarpus disingkapkan melalui perkenalan. Semula Giring menganggap perkenalan itu mungkin dilakukan dengan tiap orang yang hadir berdiri lalu memperkenalkan dirinya. Tak disangka, perkenalannya melalui permainan. Setiap orang harus menuliskan nama lengkapnya pada secarik kertas dan dikumpulkan menurut jenis kelamin lalu ditukarkan secara silang. Nyong-nyong Son Halan mendapat kertas yang bertuliskan nama nona-nona Polikarpus sedangkan nona-nona Son Halan mendapat kertas yang bertuliskan nama nyong-nyong Polikarpus dan sebaliknya dengan yang dari Polikarpus. Tugas terberatnya adalah setiap orang harus mencari orang yang namanya tertulis di kertas yang diperolehnya. Tiap orang lalu lalang, Tanya sana, tanya sini seperti mencari alamat rumah saja. Tak terkecuali bagi Giring. Rambutnya yang mengembang seperti pohon beringin bukanlah hambatan. Dengan secarik kertas bertiluskan LONY SALAU di tangannya Giring lompat sana, lompat sini lewat celah-celah bangku gereja, mencari orangnya dengan susah akhirnya ketemu juga dan bersalaman (Nona Loni dan Kakaknya Kris Salau sempat bertemu dan bersama Giring dalam kegiatan Masa Perkenalan Anggota Baru GMKI Cab. Kupang pada awal Desember 2009. Waktu itu K’ Kris Salau dengan Giring sebagai panitia di seksi konsumsi sedangkan adiknya Loni sebagai peserta kegiatan).
***

Kesibukan-kesibukan berkenalan selesai dan sedikit mencairkan keasingan yang membekukan. Selanjutnya Pdt. Sarlinda A. Kisek, M. Si membawakan eksposisi I tentang Karakter Tokoh Daniel. Dalam uraiannya, Pdt. Kisek memaparkan keteladanan-keteladanan Daniel. Daniel walaupun berada dalam tekanan dan ancaman namun tekun, taat dan setia beribadah kepada Tuhan serta rajin belajar dan berani menghadapi tantangan. Hal seperti itulah yang hendaknya diteladani para pemuda Kristen khususnya yang mengikuti Kemah Alkitab.
###

Sehabis eksposisi I, makan malam bersama. K’ Nona pemandu acara yang gendut dan berambut lurus itu (yang kemudian dikenal beernama K’ Netty Ratu Dabbo)menunjuk Giring meminta izin kepada Tuhan melalui doa agar makan bersama. Mungkin karena rambut terlalu rimbun di antara semua yang hadir sehingga Giringlah yang ditunjuk.
Entah karena gugup atau apa, dalam doanya Giring berkata “. .. Terima kasih karena atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan yang luhur maka kegiatan ini dapat berakhir dangan baik . . . “ .
Hahahah……….!!! Itu kan salah satu kalimat yang dikutip dari Pembukaan UUD 1945.
###
Malam yang larut memulangkan Giring dan beberapa teman. Di bawah keremangan, Giring bersama beberapa pemuda tetangga yakni Markus, K’ Ret, Omi, Adel dan Santy memaksa kaki terayun menyusuri jalan raya beraspal sedang gurauan menghibur mata yang lelah. Maklum saja, jarak gereja Son Halan ke rumah Giring dkk 1 Km lebih. Sudah begitu Giring dkk tidak punya sepeda motor…..
Kasian e….!!! Orang pu anak!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
# # #
Sabtu, 5 Juli 2008
Bangun pagi nyaris kesiangan. Langsung bergegas untuk kembali ke gereja mengikuti Kemah Alkitab. Inikah nona-nona dan nyong-nyong Polikarpus??? Tadi malam karena hanya diterangi neon sehingga tidak jelas kelihatan.
Pagi ini......................., wouw! Ada bule dari Atambua. Hahahaa.....................!!!
###

Materi kegiatan pagi ini, Implikasi Karakter Daniel Bagi Kehidupan Pemuda dan merupakan penjabaran dari materi tadi malam. Masih dibawah panduan Pdt. Kisek, kami dibagi dalam 4 kelompok. Tiap kelompok harus mengidentifikasi masalah sosial dalam masyarakat lalu memberi solusinya.
Giring berada di kelompok IV bersama fansnya K’ Netty, Racun, Dedi Nenokeba (Son Halan) dan yang lainnya. Giringlah yang ketua kelompok sedangkan sekretarisnya K’ Endang, itu pun setelah batola bahela siapa yang mau jadi sekretatis.
Masalah yang diidentifikasi kelompok Giring yaitu gaya hidup yang ikut arus, pergaulan bebas, masalah ekonomi (KDRT dan TKI ilegal). Solusinya yaitu menjadi diri sendiri dan menjadikan Alkitab sebagai dasar kebenaran. Hasil diskusinya dipresentasikan oleh K’ Nety.
Masalah yang diidentifikasi kelompok III yaitu kenakalan remaja, gaya hidup yang ikut arus, pergaulan bebas, orang tua kurang memperhatikan anaknya, pemuda suka mencari perhatian orang lain dengan berbagai perilaku. Solusinya mendekatkan diri pada Tuhan, mengikuti kegiatan-kegiatan rohani dan tidak cepat terpengaruh. Dari kelompok II, masalah yang ditemukan yaitu krisis identitas pemuda, pergaulan bebas, pencarian status sosial, dan politik kotor. Solusinya, aktif di kegiatan-kegiatan yang positif.
Lalu kelompok I membeberkan masalah pemerasan, kekacauan, seks bebas dan penyalahgunaan internet.
# # #
Hawa dingin yang merasuk teman-teman dari Polikarpus lenyaplah sudah oleh terik matahari yang terus memanggang. Yang tadinya kedinginan sekarang bercucuran keringat, apalagi ditambah dengan kesibukan menganyam tali aneka warna. Siang ini, ada rupanya pelatihan kreatifitas. Beberapa teman dari Polikarpus menjadi tutor kecil bagi kami. Setelah mencoba dan terus mencoba, akhirnya bias juga. Giring berhasil membuat sebuah gelang yang dianyam dari tali berwarna merah dan putih berporos biru dan sekarang sudah dimuseumkan gelangnya. Selesai anyam-menganyam, latihan bernyanyi menggunakan paduan suara. Giring yang terdampar di kelompok bas hanya ngau-ngau saja karena tidak bias menyanyikan not. Hahahaha . . . .!!!
# # #

Rambut lurus disisir rapi dan tampak berminyak. Paras tampan dan manis. Baju berlengan panjang bergaris merah hitam dipadu dengan celana hitam yang rapi disetrika. Sepatu hitam mengkilap memperindah tiap derap langkahnya. Itulah Pdt. Hengki Abineno, dengan suara yang mendayu-dayu dan kata-kata guyon, beliau memberikan ulasan tentang Persahabatan Ala Daniel. Dalam ulasannya, Pdt. Abineno meminta agar selalu menghadirkan Tuhan dalam setiap persahabatan. Ego dalam persahabatn sebaiknya dihindari. Selain itu, rokok atau Miras bukanlah tanda persahabatan. Dalam persahabatan, penampilan atau cara berdandan perlu diperhatikan karena turut mempengaruhi persahabatan. Di akhir pemaparannya, Pdt. Abineno mengatakan PEMUDA BERHARGA DI MATA TUHAN.
Oh iya, satu hal yang terlupakan. Ketika Info kemah Alkitab Edisi I- 4 Juli 2008 beredar di ruang diskusi, Giring mendapat pesan dari fansnya K’ Netty yang isinya “b suka u pu rambut e”.
# # #

Kita pemuda Kristen masih banyak yang menjadi penganggur dan hidup bergantung pada orang tua padahal banyak hal yang dapat menghasilkan uang secara halal, misalnya membuat bunga hias.
Sore ini kami secara bekelompok membuat bunga hias. Giring, Yesi, Addy Lado, K’ Aba dll tergabung dalam kelompok 7. Dibawah arahan Om Bill Boimau, kami mulai bekerja. Tak sulit. Bahannya berupa ranting pohon kering, bunga plastic yang dibeli di toko, lem, paku kecil. Ranting kayu yang ada dibersihkan kulitnya sampai licin lalu pada ujung dan bagian yang cocok ditempeli dedaun plastik. Setelah itu ditancapkan pada potnya yang tersedia dan jadilah bunga hias. Enak to? Mantap to???
Yang lain sibuk kerja bunganya, yang lain kok main bola????? Gmn tu bro???
# # #

Ni malam, malam minggu to? Mau bilang apa o? Kita pung malam minggu tu harus siap untuk besoknya pi gereja to? Sudah, malam minggu di Kemah Alkitab sa. Dengar –dengar pengetahuan dar Mama Pdt. Betje Kesaulya-Sahetapi, S,Th. Mama tua omong tentang Kenalilah Potensimu! Giring sonde ada perhatian memang di itu Mama Pdt pung omong karma ada sibuk tulis pantun.
Ni malam kitong pentas di lapangan gereja. Giring awali pementasan deng dia pung pantun kocaknya. Habis itu ju tiap kelompok tampilkan dia pung kreativitas. Ada yang tampilkan drama Daud (Adi Tameon) vs Goliat (Ady Lado), ada yang tampilkan puisi (puisi Bunga Mawar), deng laen-laen. Giring deng K’ NJ, Ani Lobo, K’ Natan, K’ Adriana Djala, dll dengan nama kelompok Beltsazar, tampilkan sebuah lagu yang diiringi alat musik dar peralatan dapur. Setelah melalui pesaingan yang ketat, kelompok Beltsazar juara satu. Hore………!!!!!!!! Horeeeeeeeeeeeeeeeee! Giring dapat hadiah gantungan HP.
Kitong yang taasibu di lapangan voli Son Halan sonde pusing deng udara dingin. Habis pentas ju kitong buat api unggun & menyanyi sampe tenga malam bar berdoa ko pulang
## ## ### ###

Minggu, 6 Juli 2008
Kebaktian pertama pagi ini dipimpin Pdt. M.S. Dethan-Messakh, pelayan dari Jemaat Polikarpus Atambua. Firman Tuhan yang direnungkan hari ini diambil dari Roma 8:1-11 dan Matius 13:1-9. Dalam khotbahnnya dinasihatkan kepada jemaat agar pertobatan jangan ditunda. Ibarat kalau ada benang yang kendur, segeralah meluruskannya sebelum menyulitkan hidup.
# # #

Begitu Amin. . .. Amin. . . Amin . . . ! dilagukan pertanda kita selesai kebaktian. Giring terjun ke dapur panitia dan makan pagi lalu bantu cuci piring dan masak nasi.
“Buukkh!!!!!”, Nona Agnes, artis Polikarpus terpeleset dan jatuh di dapur sehabis mengambil nasi goring. Hahahahahaaaaaaa!! Gemparrrrrrrrrrrrrrrr!!!!!
Eh, waktu giring di dapur, 2 nona dari Polikarpus yang datang minta untuk foto bareng. Hehehehe eeeeee!!!!
Sambil bertempur di dapur, Giring mnyaksikan acara fear factor (merayap melalui rongga ban kendaraan yang ditegakan secara berjejer sedang dibawahnya ditaburi abu putih). Lumayan ceria juga. Waktu memasuki rongga ban kendaraan, ada yang sesak karena badannya terlalu gendut. Setelah berhasil melewati jejeran ban, badan berlumuran abu putih. Heheheheeee …! Sekalian mandi lulur abu to???? Ada juga permainan mengeluarkan bola ping pong dari bambu yang berlubang-lubang. Di sini kekompakan, kerelaan untuk basah menjadi sebuah warna dan hikmah. Setelah bermain, ramai-ramai mandi di Oe Nunuh. Sehabis mandi, nongkrong di bawah Sawo di depan gereja. Buah-buah sawo tak luput dari leparan batu dan jolokan kayu. Wahai kau Firaun yang merayap di atas pohon sawo, awas ! Itu buah terlarang!!!! Huhahuhaauhahaaaaa!!!
# # #

Setelah makan siang . . .
Teriknya matahari membakar kobaran kebersamaan di Soh Halan Niki-niki namun sekian kemesraan itu harus menguap dalam waktu. Lalu mencuatlah gundah dan gelisah. Apakah setumpuk waktu yang mekarkan persahabatn harus terhapus satu kata perpisahan????
Ibadah penutupan dan perpisahan pemuda Polikarpus dengan Son Halan berlangsung sederhana di sepotong halaman sekolah tempat penginapan teman-teman Polikarpus. Ibadah singkat dipimpin oleh Nona Esry Pono. Dalam renungannya yang didasarkan pada Yesaya 43:4-7, K’ Esry mengatakan, kita bagaikan ember bocor yang secara tidak sadar menyirami, menumbuhkan bibit hingga menghijaukan menjadi sebuah tanaman.
Pada kesempatan itu, Bpk. Herodes mengatakan bangga dengan sambutan di Son Halan. Di lain pihak, Pdt. Grace berterima kasih karena Son Halan telah dipilih sebagai tempat Kemah Alkitab. Hal ini menjadi inspirasi bagi pemuda di Son Halan. Pdt. Grace juga meminta maaf karena masih banyak kekurangan dalam penyambutan ini.
Bpk Bako kemudian membaca puisinya dengan tiupan peluitnya lalu tak ketinggalan juga pantun jenaka Si Giring.
Sebagai kenang-kenangan, diadakan pertukaran cinderamata. Entah Son Halan memberikan apa tapi Polikarpus memberikan sebuah jam dinding berlatar foto bareng Giring dan teman-teman Polikarpus. Tak disangka kalau foto bareng tadi dibuat dalam cenderamata. Foto itu seperti yang sekarang beredar di FB teman-teman Polikarpus dan diinsert dalam tulisan ini. Jam dinding itu dipajang di sekretariat pemuda Son Halan dan menjadi bukti sejarah betapa kreatif dan enerjiknya anak-anak Tuhan, menjadi saksi bisu kemah Alkitab bagai kristal embun bagi jiwa gersang. Satu hal yang Giring peras dari Kemah Alkitab ini kita sebagai orang muda membutuhkan pengakuan dari orang lain. Dalam mencari pengakuan itu, tiap desahan nafas hendaklah mengisyaratkan bulir-bulir Kristiani.
…................
Dua puluan bulan telah berlalu dalam satu pejaman kelopak mata.
Kepada kita, beta tumpahkan dalam selangit bahasa. Copotlah tulisan kumal ini, cabik-cabikan kepada tiap darah muda yang bergelora. Jika tak mampu, cukuplah satu paragraf. Jika satu paragraf tak mampu, cukuplah satu kalimat. Jika satu kalimat tak mampu, cukuplah satu kata. Dan jika satu kata pun kamu tidak mampu, cukup berikan satu senyum tulusmu. Syalooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooom!

Kamis, 11 Maret 2010

MENGAMBIL PASIR DI TEPI PANTAI


Seorang wanita sedang mengambil pasir di pantai Kelapa Lima, Kota Kupang. Mental masyarakat sekitar pantai seperti inilah yang akan membuat pantai mengalami abrasi. Semoga saja Teluk Kupang tidak murka dengan ketidaktahuan masyarakat itu.

Selasa, 09 Maret 2010

KGC vs TISU WAKIL WALI KOTA


Wakil Wali Kota Kupang, Daniel Hurek didampingi Kadis Kebersihan Kota Kupang, Adrianus Lusi, Ketua Panitia KKN Undana, Cris Pelokila, Kadis Pertanian Kota Kupang, Ely Wairata, dan Kadis Bapedalda Kota Kupang, Hen Saba,menyampaikan penjelasan panjang lebar tentang program Kupang Green And Clean (KGC) pada Selasa, 10 Maret 2010, di hadapan 1787 mahasiswa Undana yang akan melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN)di 49 kelurahan di Kota Kupang. Pada kesempatan itu, Hurek mengatakan bahwa sebagian besar sumber air di Kota Kupang berasal dari air bawah tanah sehingga KGC sangat diperlukan demi menjaga kelestarian lingkungan. Hurek menjelaskan tentang HIJAU dan BERSIH namun terhitung empat kali menggunakan tisu yang tersedia di depannya. Pemakaian tisu seperti itu menunjukan ketidakramahan terhadap lingkungan.Artinya konsep HIJAU dan BERSIH yang dikoar-koarkan berbanding terbalik dengan perilaku. Hahahahaha. . . . . . . .

ANTRI PANJANG DI DEPAN ATM


Hampir setiap hari, terjadi antrian panjang di depan ATM Bank NTT Cabang Pembantu Undana, Kupang. Pihak Bank NTT sebaiknya menambah mesin ATM agar tidak terjadi antrian seperti itu.

KEMESRAAN INI JANGANLAH CEPAT BERLALU


Sepasang kekasih sementara bermesraan di sebuah lokasi di depan rumah jabatan Bupati Kupang, di Jl. R.A. Kartini. Lokasinya yang berada pada ketinggian membuat kita leluasa menikmati panorama Teluk Kupang, apalagi menikmati terbenamnya matahari.

POTENSI PARAWISATA KOTA KUPANG


Angkutan kota yang beroperasi di Kota Kupang memiliki keunikan tersendiri karena tiap angkutan kota selalu dihiasi dengan berbagai asesoris dan dipercantik beragam warna-wanri yang mempesona mata. Selain itu, angkutan kota ini juga dijuluki diskotok berjalan karena para sopir selalu memutar musik dengan suara yang keras. Fenomena ini merupakan potensi parawisata otomotif namun belum dirasakan oleh pemerintah.

Selasa, 02 Maret 2010

HARMONIKA DALAM KESENJAAN TELUK


Pantai Tedys yang terletak di hadapan Teluk Kupang bagai gadis manis di mukim-mukim kumuh. Sangkala matahari telah bosan menyiksa hamparan kota karang ini, rona kemerahan yang terpancar dalam senja bagai dandanan terhadap hempasan-hempasan ombak. Di atas sepotong lahan berpaving, yang pada zaman kolonial adalah Pelabuhan Kupang, para penjaja jagung bakar menawarkan jagung bakar. Pantai Tedys ini memberikan selaksa harapan bagi para pedagang jagung bakar yang kebanyakan masyarakat kecil karena tempat ini bersebelahan dengan jalan raya yang merupakan tempat transit angkutan dalam kota. Selain itu, Pantai Tedys menjadi sebuah tempat pelarian bagi kaum muda yang sedang mabuk asmara. Pemerintah Kota Kupang atau Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur hendaknya bisa peka untuk membaca ini sebagai sebuah potensi yang tertimbun dan harus dikaji lalu dimanajemen sedemikian rupa demi sebuah kesejahteraan. Pemerintah NTT dibawah Frans Lebu Raya yang mengoar-ngoarkan CINTA PANGAN LOKAL dan ingin menjadikan NTT sebagai PROPINSI JAGUNG hendaknya memberdayakan para pedagang jagung di Pantai Tedys sebagai promotor CINTA PANGAN LOKAL yang tentunya tidak hanya jagung. Dengan demikian mereka terbantu mengembangkan usahanya sambil mempromosikan pangan lokal.
Di Pantai Tedys, marilah kita merenggut barisan-barisan jagung pada bulirnya bagai memainkan harmonika. Senja Teluk Kupang kan menyampaikan harapanmu pada malam dan memekarkannya esok pagi.