Minggu, 03 Oktober 2010

Pencemaran Minyak di Laut Timor Berdampak Buruk Bagi Kesehatan

Pencemaran minyak yang terjadi di Laut Timor akibat meledaknya sumur minyak Montara pada 21 Agustus 2009, akan membawa dampak buruk terhadap kesehatan manusia yang mengkonsumsi ikan dari wilayah perairan yang tercemar.
Selain itu, penggunaan dispersan untuk menenggelamkan minyak ke dasar laut, juga berpengaruh buruk terhadap kesehatan manusian, kata pemerhati masalah Laut Timor Ferdi Tanoni kepada koran ini, kemarin setelah menerima laporan hasil penelitian Dewan Wali Amanat Exxon Valdez.

Dewan Wali Amanat Exxon Valdez ini bertugas khusus untuk memonitor dan menyelidiki dampak pencemaran minyak di Prince William Sound Alaska akibat meledaknya kapal tanker Exxon Valdez pada 13 Agustus 1989 di Laut Alaska.

Dalam laporan setebal 800 halaman itu, kata Tanoni yang juga Ketua Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) itu, Dewan Wali Amanat Exxon Valdez menemukan berbagai macam gejala penyakit yang melanda penduduk Alaska, seperi sakit kepala, mual, muntah, diare, sakit mata, hidung berair, sakit tenggorokan, batuk, hidung berdarah, kulit melepuh, sesak napas dan pusing.

"Berbagai macam gejala penyakit ini tidak pernah dialami oleh masyarakat Alaska sebelum terjadinya pencemaran, sehingga Dewan Wali Amanat Exxon Valdez berkesimpulan kuat bahwa gejala penyakit yang dialami penduduk Alaska sebagai akibat dari pencemaran tersebut," katanya.

Berdasarkan hasil penelitian Dewan Wali Amanat Exxon Valdez, ada beberapa jenis minyak di antaranya yang menguap dengan cepat, memasuki udara, dan dihirup masuk ke dalam tubuh dan yang paling berbahaya adalah polisiklik aromatic senyawa hidrokarbon (PAH).

Kisaran luas ditoksisitas PAH, di antaranya adalah karsinogenik, mutagenic dan bioaccumulate dalam rantai makanan yang sangat berpotensi menimbulkan resiko terhadap kesehatan manusia.

Bahan lain yang digunakan dalam penanggulangan tumpahan minyak seperti dispersan atau deterjen, juga mengandung zat beracun seperti yang dilakukan pihak Australia ketika menenggelamkan tumpahan minyak ke dasar Laut Timor dengan dispersan.

Ketika dispersan itu digunakan dalam upaya penanggulangan tumpahan minyak di Laut Alaska pada Agustus 1989, telah terbukti memberikan dampak kronis terhadap kesehatan fisik penduduk di Cordova (Alaska) yang berpartisipasi dalam pembersihan tumpahan minyak di Laut Alaska.
Menurut Dewan Wali Amanat Exxon Valdez, kata Tanoni, efek yang dirasakan penduduk Cordova adalah kelelahan, mual, dan sakit kepala yang merupakan gejala-gejala penyakit kronis dan memiliki efek buruk terhadap kesehatan fisik manusia seperti sensitivitas kimia, pusing berkelanjutan, kerusakan sistem saraf pusat, dermatitis, leukemia, cacat janin, kanker kulit, kerusakan hati, kerusakan ginjal, iritasi kronis saluran pernapasan dan sakit kepala.

Dalam laporan itu, tambah penulis buku "Skandal Laut Timor, Sebuah Barter Politik Ekonomi Canberra-Jakarta", Dewan Wali Amanat Exxon Valdez menyatakan stress berat, karena tumpahan minyak di Laut Alaska itu membawa dampak yang sangat buruk terhadap kesehatan manusia.

"Kehidupan penduduk Cordova menjadi terganggu akibat tumpahan minyak tersebut. Para nelayan pun berhenti melakukan aktivitasnya dan melegoh perahu-perahunya di pinggir pantai, karena Exxon Valdez telah merusak kehidupan mereka," kata laporan itu.

Tetap Eksis

Dua puluh tahun kemudian setelah kasus itu terjadi, demikian laporan Dewan Wali Amanat Exxon Valdez, tumpahan dan efek dari minyak yang diakibat terbelahnya kapal tanker Exxon Valdez setelah menabrak gunung es, masih tetap eksis dalam ekosistem.

Akibatnya, dampak dari tumpahan minyak itu masih terus mempengaruhi struktur sosial desa asli dan masyarakat di seluruh daerah yang terkena dampak tumpahan minyak, sehingga sebagian masyarakat masih enggan untuk mengkonsumsi ikan dari Laut Alaska.

Dalam hubungan dengan itu, kata Tanoni, YPTB bersama jaringan dan aliansinya melalui Badan Pengelola dan Pengawasan Dana Kompensasi Tumpahan Minyak di Laut Timor, tetap bersikeras kepada pihak perusahaan pencemaran dan pemerintah Australia untuk segera merealisasi klaim penelitian ilmiah di Laut Timor.

Penelitian ilmiah ini sepenuhnya dibiayai oleh perusahaan pencemar dan pemerintah Australia dengan membentuk sebuah tim bersama yang melibatkan pemerintah Australia dan Indonesia serta perusahaan pencemar, PTTEP Australasia serta masyarakat NTT yang diwakili oleh YPTB dan aliansi serta jaringannya.

http://www.timorexpress.com/index.php?act=news&nid=41069

2 komentar:

  1. yang bener nih Perairan Laut Timor udah tercemar??? ikan2 udah gak baik buat dikonsumsi.!!! bahaya,,,

    BalasHapus
  2. Mengapa harus ditanya Laut Timor sudah tercemar atau belum? Memang benar sekali Laut Timor sudah tercemar dengan sangat dahsyat.Bukan saja Laut Timor,akan tetapi Laut Sawu,Laut Sumba,Selat Ombai dan sebagian Laut Flores.Menurut BRKP kementerian Kelautan dan Perikanan NTT lausan wilayah pencemaran di perairan Indonesia mencapai 78.000 km2.Jauh Sebelumnya kalau tidak salah YPTB menyatakan luas wilayah pencemaran mencapai 90.000 km2 dan antara 75-90 % nya berada di perairan Indonesia.Namun tidak diakui oleh Pemerintah Indonesia.Namun,kemudian pada bulan Agustus 2010 barulah diakuinya.
    Masalah ini sangat serius dan bahaya.

    BalasHapus