Jumat, 08 Juli 2011
TNI yang Beribadah
(Cerita Tentang Yonif 743/PSY)
Oleh : Imanuel E.O. Lopis)
Yonif 743/Pradnya Samapta Yudha (PSY) yang bertugas sebagai Satuan Tugas Pengaman Perbatasan (Satgas Pamtas) RI-RDTL di 268,8 Km garis perbatasan, tidak hanya berpatroli melulu di perbatasan namun juga ‘berpatroli’ dan ‘bermarkas’ di tengah masyarakat perbatasan, termasuk dalam lingkungan gereja. Hal ini seperti yang dilakukan Yonif 743/PSY saat ret-ret Pemuda Jemaat Polycarpus Atambua pada 1-3 Juli 2011 di Jemaat Paulus Wini, Klasis Timor Tengah Utara.
Dalam ret-ret pemuda Polycarpus Atambua, Yonif 743/PSY memberikan bantuan berupa tiga truk untuk transportasi. Salah satu truk bahkan disiagakan di tempat ret-ret untuk keperluan kegiatan. Selain truk, juga memberikan bantuan berupa empat tenda penginapan untuk peserta dan panitia ret-ret. Tidak hanya barang, sejumlah personil Yonif 743/PSY juga dikerahkan dalam kegiatan ret-ret untuk memasang tenda, mengikuti dan mengamankan ret-ret tersebut.
Selain bantuan di atas, warna Yonif 743/PSY dikentalkan dengan keberadaan salah satu anggotanya, Sersan Satu (Sertu) Nova Samara dalam struktur kepanitiaan ret-ret. Di samping menjadi panitia, Sertu Nova juga setia menjadi organist selama ret-ret berlangsung. Sertu Nova yang adalah seorang pemuda Kristen mengaku bahwa saat hadir dalam kegiatan gerejawi, ia juga memikul nama institusinya. Ia berharap dengan begitu TNI lebih memasyarakat atau menggereja.
Bergabungnya Sertu Nova dengan Pemuda Polycarpus Atambua membuat ia menjadi jembatan bagi Pemuda Polycarpus Atambua dengan Yonif 743/PSY. Sebelum ret-ret, ia bersama pemuda Polycarpus beribadah di markas Yonif 743/PSY di Atambua kemudian melobi bantuan untuk ret-ret. Pihak Yonif 743/PSY lalu memberikan bantuan seperti yang telah disebutkan di atas.
Mengapa Yonif 743/PSY memberikan bantuan untuk ret-ret tersebut? Menurut Komandan Yonif 743/PSY, Letkol Inf. Djonne Ricky Lumintang dalam sharing bersama ratusan peserta ret-ret pemuda Polycarpus Atambua di Jemaat Paulus Wini pada 2 Juli 2011, bantuan itu merupakan sebuah bentuk diakonia. Letkol Inf. Lumitang selanjutnya mengatakan TNI datang bukan untuk dilayani namun untuk melayani. Bentuk diakonia lain yang sering dilakukannya yaitu memimpin ibadah, membagi beras untuk umat, dan bersekolah minggu dengan anak-anak di perbatasan. Selain di daerah perbatasan, ia juga sedang membangun gereja di markas Yonif 743/PSY di Naibonat, Kabupaten Kupang.
Cerita di atas adalah sekilas gambaran tentang Yonif 743/PSY yang berdiakonia dalam lingkungan gereja. Semoga aksi serupa itu terus dilakukan Yonif 743/PSY dengan berbagai umat beragama, sebagai sebuah bentuk pengabdian dan ibadah. Danrem 161/Wira Sakti, Kolonel Arh. I Dewa Ketut Siangan saat serah terima Satgas Pamtas beberapa waktu lalu, berpesan kepada Yonif 743/PSY agar tekun beribadah bersama masyarakat setempat menurut agama masing-masing, (Timor Express, 4 Januari 2011).
Ketika Komandan Yonif 743/PSY serta sejumlah anak buahnya hadir dan memberikan bantuan dalam ret-ret pemuda Jemaat Polycarpus Atambua di Wini, mereka telah melakukan ibadah. Sudahkah anggota yang lain dari Yonif 743/PSY beribadah menurut agama dan kepercayaannya? Ibadah jangan hanya sebatas ke tempat ibadah lalu menaikan doa atau pujian kepada yang diimani. Ibadah perlu dinyatakan dengan kehadiran di tengah sesama umat lalu memberikan berbagai bantuan. Melalui ibadah kekuatan iman tentu didapat. Kekuatan iman tersebut akan melengkapi kekuatan fisik dalam menjalankan tugas, termasuk mengamankan perbatasan RI-RDTL. Selain itu, kehadiran di tengah umat beragama akan memperbaiki citra TNI yang dicoreng oleh sejumlah oknum TNI.
Semoga ‘ibadah’ yang telah dilakukan Letkol Inf. Djonne Ricky Lumintang dengan beberapa anak buahnya bersama pemuda Jemaat Polycarpus Atambua, menjadi inspirasi bagi para TNI atau berbagai kesatuan untuk tekun beribadah menurut agama dan keyakinannya di mana saja atau kapan saja berada.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar