Jumat, 07 Oktober 2011
Memberi Perhatian Positif Kepada Anak-Anak
Waktu Yesus mengajar di daerah seberang sungai Yordan, orang-orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus supaya Ia menjamah mereka akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka, “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka sebab orang-orang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah (Markus 10:13-14). Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka (Markus 10:16).
Ayat-ayat Injil di atas mengisahkan tindakan Yesus kepada anak-anak yaitu memberikan jalan bagi anak-anak untuk datang kepada-Nya. Hal ini terlihat dari perkataan Yesus, “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka…”. Tindakan lain yaitu memeluk dan meletakan tangan-Nya atas anak-anak sambil memberkati mereka.
Apa yang dilakukan Yesus merupakan suatu perhatian kepada anak-anak. Perkataan Yesus kepada murid-murid-Nya yang berisi permintaan agar anak-anak dibiarkan datang kepada-Nya, merupakan sebuah perhatian dalam kata-kata. Pelukan dan tangan yang diletakan di atas anak-anak merupakan perhatian dalam bentuk perbuatan atau gerakan tubuh. Anak-anak tersebut pasti sangat senang karena diberikan jalan, dipeluk dan diberkati oleh Yesus.
Dalam bulan keluarga, yang dijadwalkan Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) mulai pada 2 Oktober 2011, jemaat khususnya para orang tua patut merenungkan dan meneladani tindakan Yesus kepada anak-anak. Keteladanan Yesus yaitu memberikan perhatian kepada anak-anak dalam bentuk perkataan dan perbuatan. Apakah para orang tua selama ini sudah memberikan perhatian berupa perkataan dan perbuatan kepada anaknya? Perkataan dan perbuatan macam apa yang sudah diberikan?
Perhatian orang tua merupakan sebuah kebutuhan anak-anak. Perhatian orang tua kepada anak-anak dalam bentuk perkataan misalnya memberikan pujian, nasihat dan motivasi. Perhatian dalam bentuk perbuatan (gerakan tubuh) misalnya pelukan, dekapan, ciuman, usapan, belaian, genggaman tangan, tatapan mata, senyuman, dan sebagainya.
Steve Biddulph dalam bukunya The Secret of Happy Children, menyebut perkatan dan gerakan tubuh seperti yang disebutkan di atas sebagai rangsangan. Menurut Steve Biddulph, sekalipun memenuhi semua kebutuhan fisik anak-anak tetapi jika hanya itu, anak-anak masih kekurangan. Anak-anak membutuhkan rangsangan dari manusia lain. Oleh karena itu, perkataan dan berbagai gerakan tubuh hendaknya diberikan kepada anak-anak.
Ketika seorang anak misalnya menyapu lantai kamarnya atau merapikan tempat tidurnya, orang tua hendaknya memberikan perhatian dengan senyuman, pujian dan dorongan agar anaknya terus berbuat seperti itu. Orang tua jangan mengabaikan dan menganggap itu wajar dilakukan anaknya ketika si anak berhasil membuat pekerjaan baik. Kalau saat anaknya malas menyapu lantai kamarnya atau malas merapikan tempat tidur baru orang tua memberikan perhatian dengan memarahi sampai memukuli anaknya, ia bisa menyimpulkan bahwa perhatian dari orang tua kepadanya diperoleh ketika ia malas. Dengan demikian, untuk mendapat perhatian ia harus malas. Menurut Sal Severe dalam Bagaimana Bersikap Pada Anak Agar Anak Bersikap Baik, jika anak tidak bisa memperoleh perhatian dengan berlaku baik, ia akan berlaku nakal untuk mendapatkan perhatian. Bila anak tidak cukup banyak mendapat perhatian, ia akan menggunakan amarah, amukan, rengekan, dan tindakan-tindakan yang menggangu untuk bisa mendapat perhatian orang tua.
Sal Severe, menyarankan orang tua agar memberikan perhatian seperti pujian kepada anak saat anak berlaku baik (perhatian postif). Jangan sampai orang tua hanya memberikan perhatian seperti marah kepada anak saat ia bandel (perhatian negatif). Perhatian negatif dimulai ketika anak bandel lalu orang tua marah, mengancam sampai memukul anaknya. Perhatian negatif justru akan meningkatkan perbuatan negatif anak.
Dalam kenyataan hidup sehari-hari, ada orang tua yang memberikan perhatian (negatif) kepada anak dengan cara mengatakan kata-kata kasar, mengancam bahkan memukul anak saat anak berlaku tidak baik namun ketika anak berlaku baik, orang tua mengabaikannya. Ada orang tua yang memenuhi kebutuhan makan dan pakai bahkan memberikan sejumlah fasilitas kepada anaknya namun lupa atau terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga tidak memberikan perhatian berupa pujian, motivasi, senyuman, pelukan, ciuman, usapan, belaian dan yang sejenisnya.
Harapan untuk para orang tua yaitu berikanlah perhatian saat anak berlaku baik (perhatian positif) dengan senyuman, pujian, tepukan di bahu, atau pelukan, serta motivasi agar terus berlaku baik. Kalau anak berlaku tidak baik, bicaralah secara bijak dengannya. Tidak perlu marah-marah, mengancam dan memukuli si anak. Kalau orang tua selalu sibuk dengan pekerjaan, ingatlah untuk meluangkan waktu bagi anak guna bersama si anak lalu memberikan tatapan, senyuman, dekapan atau pelukan, usapan atau belaian. Tanyakanlah keadaan anak. Jika anak berhasil mencapai sebuah prestasi atau membuat sebuah kebaikan, berikanlah pujian atau penghargaan. Jika anak dalam masalah, genggamlah tangannya lalu berikanlah kata-kata motivasi dan pengharapan serta jalan keluar baginya.
Semoga ulasan ini menjadi sebuah referensi kecil bagi para orang tua untuk membangun hubungan harmonis dan romantis dengan anak, tidak hanya dalam momen bulan keluarga namun dalam sepanjang hidup. Dengan demikian, dalam hubungan yang harmonis dan romantis terpancarlah Kristus dari keluarga-keluarga Kristen. Selamat menjalani bulan keluarga bagi jemaat GMIT. Amin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar