Hari Jumat, 10 Oktober 2009 merupakan waktu grand final Pemilihan Putri Indonesia tingkat nasional yang bertempat di Teater Tanah Airku, Taman Mini Indonesia Indah dan diikuti 38 finalis dari semua propinsi. Salah satu dari peserta itu adalah Dona Bella Permata Rissi, yang berhasil dalam Pemilihan Putri Indonesia tingkat NTT. Ketika mengikuti kompetisi Pemilihan Putri Indonesia 2009, duta NTT ini tentu mengemban salah satu tugas untuk memperkenalkan potensi parawisatanya di bumi Flobamora ini ke dunia luar. Hal ini sebagaimana yang sudah dikatakan Ketua Panitia Pelaksana Pemilihan Putri Indonesia 2009 tingkat NTT bahwa ajang itu bertujuan untuk mencari putri yang memiliki kemampuan serta mampu mempromosikan keunikan budaya dan pariwisata yang dimiliki NTT (Timex, 2 Agustus 2009). Tekat untuk mempromosikan parawisata dan kebudayaan NTT juga telah terungkap dari Dona Bella Permata Rissi sendiri pada malam grand final Pemilihan Putri Indonesia tingkat NTT, di Hotel Sasando pada 8 Agustus 2009 (Timex, 10 Agustus 2009).
NTT saat ini memiliki potensi wisata yang banyak seperti wisata budaya misalnya perkampungan adat Boti, Pasola, perburuan Paus di Lamalera, perkampungan megalitik di Sumba Barat; wisata rohani misalnya prosesi Jumat Agung di Larantuka, Pawai Paskah Pemuda GMIT di Kupang; wisata bahari misalnya Pantai Lasiana, Taman Laut di Pulau Buaya, Pantai Nemberala; ekowisata seperti Tanau Kelimutu, Taman Nasional Komodo, kawasan Mutis dan masih banyak lagi.
Kekayaan potensi wisata yang kita miliki sudah dipromosikan ke dunia luar melalui berbagai cara. Salah satunya yakni mengikutsertakan wakil NTT dalam Pemilihan Putri Indonesia 2009. Ketika sang putri kita yang cerdas, berperilaku baik dan cantik ini memperkenalkan potensi parawisata NTT ke dunia luar, marilah kita merefleksikan kecantikan objek-objek wisata kita. Sudah cantikkah objek-objek wisata yang kita miliki? Paras berbagai objek wisata kita rupaya masih tercoreng dan kusut karena kurangnya sarana dan prasarana pendukung, kurangnya partisipasi masyarakat, kurangnya promosi, tidak adannya dukungan SDM dan sebagainya.
Masalah tidak memadainya bahkan tidak adanya sarana dan prasarana pendukung pada objek wisata yang kita miliki seperti yang terlihat di Pantai Lasiana. Di pantai tempat kita bisa menyaksikan sunset ini hanya ada lopo-lopo kecil, penjual makanan dan minuman ringan, puing-puing ayunan serta ban dalam yang dipakai untuk berenang. Contoh lain seperti di Taman Wisata Camplong yang hanya dimanfaatkan masyarakat setempat untuk mandi karena tidak cukup memikat wisatawan. Sarana transportasi juga merupakan sebuah kendala dalam kemajuan parawisata di NTT. Seperti yang dikatakan Mananging Director PT Bhuana Sejahtera Travel bahwa perusahaan mereka belum berani merekomendasikan tamu ke NTT karena belum adanya sarana jalan maupun kendaraan yang memadai (Media Indonesia, 3 Mei 2009). Selain sarana dan prasarana, dukungan masyarakat dalam pengembangan parawisata di NTT juga belum menggembirakan. Di kawasan Taman Nasional Komodo masih sering terjadi perburuan rusa yang merupakan makanan komodo, pembakaran savana dan perambahan hutan untuk pertanian (http://komododragon.wordpress.com/). Di Alor, ada pengeboman ikan oleh para nelayan di Taman Laut Pulau Buaya (NTT Online, 2 Desember 2008). Masalah lain yakni promosi parawisata yang masih terkendala pada biaya dan penataan objek wisata yang belum maksimal, seperti yang dialami Dinas Parawisata Manggarai (NTT Online, 19 Mei 2009). Salah satu masalah keparawisataan yang cukup akut khususnya di Kota Kupang yaitu ancaman Ketua Yayasan Cinta Bahari Indonesia, Raymond T. Lesmana untuk mem-black list Kupang dan Sail Indonesia tidak menyinggahi Kota Kupang setelah adanya penahanan 106 kapal peserta Sail Indonesia 2008 oleh Bea Cukai Kupang padahal peserta sail bukanlah pebisnis tetapi mereka hanya pelaut (NTT Online, 6 Agustus 2008 ). Ancaman ini menjadi kenyataan dalam penyelenggaraan sail tahun ini yang mana Kota Kupang tidak disinggahi peserta sail. Masalah lain lagi yaitu belum adanya Peraturan Daerah (Perda) di NTT tentang keparawisataan padahal Perda tersebut akan menjadi landasan hukum dalam mengelola sampai mempromosikan parawisata NTT.
Masalah-masalah seperti terutama di atas terutama rendahnya aksesbilitas, terbatasnya infrastruktur, terbatasnya kualitas SDM dan belum optimalnya pendayagunaan sumber daya, sudah diakui Kadis Parawisata NTT, Ir. Ans Takalapeta dalam Musyawarah Daerah VI PHRI pada awal September lalu. Sebagai tindaklanjutnya, upaya yang dilakukan adalah peningkatan promosi parawisata, meningkatkan kordinasi lintas sektor dan lintas wilayah serta lintas kemitraan. Selain itu juga pembangunan sarana dan prasarana, pelatihan dan sosialisasi pengembangan wisata bahari (Pos Kupang, 2 September 2009). Semoga saja hal tersebut sudah dilaksanakan dengan baik demi kemajuan parawisata di NTT. Dalam mengatasi masalah keparawisataan melalui kordinasi lintas mitra, kemitraan jangan hanya dengan instansi pemerintah atau pelaku bisnis parawisata namun kemitraan dengan masyarakat di sekitar objek wisata juga perlu dibangun secara efektif. Hal ini mengingat masyarakat di sekitar suatu objek wisata memiliki kontribusi yang signifikan dalam memajukan atau memundurkan daya tarik sebuah objek wisata. Dalam pendayagunaan sumber daya yang ada, hendaknya menghindari pemakaian secara berlebihan sumber daya yang tidak diperbaharui dan eksploitasi terhadap sumber daya itu. Selain beberapa hal di atas, perlakuan terhadap wisatawan, Perda tentang keparawisataan di NTT, penggunaan sumber daya yang berkelanjutan, akuntabilitas serta monitoring dan evaluasi juga patut diperhatikan dalam membangun dunia parawisata di NTT. Perlakuan masyarakat dan pemerintah di NTT terhadap wisatawan tentu berpengaruh terhadap minat wisatawan untuk mengunjungi NTT. Sementara hadirnya Perda yang mengatur tentang parawisata di NTT juga akan memberikan efek baik bagi kemajuan parawisata di NTT.
Semoga kecerdasan, perilaku dan kecantikan Putri NTT, Dona Bella Permata Rissi, menginspirasi pemerintah untuk cerdas dalam mengolah potensi parawisata dan menginspirasi masyarakat NTT untuk memperlakukan objek wisata dengan baik sehingga objek wisata yang ada di NTT memiliki kecantikan untuk membuai setiap wisatawan. Marilah kita mendandani objek-objek wisata kita menjadi cantik, secantik Nona Dona Bela Permata Rissi.
DIPUBLIKASIKAN DI HARIAN PAGI TIMOR EXPRESS EDISI 6 OKTOBER 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar