Senin, 21 Desember 2009

Herodes vs Yesus Menuju Pilkada 2010

“Politik bukan alat untuk mendapatkan kekuasaan melainkan etika untuk melayani”
(Johanes Leimena)
Di bulan Desember ini terdengar kidung-kidung Natal menggema di mana-mana. Petasan acap menyeramakan setiap hari dengan desingan dan dentuman. Pernak-pernik Natal di pedagang kaki lima sampai supermarket-supermarket pun laris manis. Suasana ini merupakan corak Natal yang kita jumpai tahun. Natal yang kita rayakan di tahun 2009 ini semakin semarak karena berbarengan dengan tapakan-tapakan dini menuju Pilkada 2010 di delapan kabupaten di NTT yaitu Flores Timur, Ngada, Manggarai Barat, Manggarai, Sumba Timur, Sumba Barat, Timor Tengah Utara dan Sabu Raijua. Seperti yang kita ketahui, di kabupaten-kabupaten tersebut sudah tampak denyutan-denyutan politik menuju Pilkada 2010. Beberapa tokoh masyarakat, politisi dan pejabat pemerintah mulai mengungkapkan tekadnnya untuk bertarung menjadi pemimpin. Ada yang sibuk mencari pasangan yang ideal sebagai pendamping, ada juga yang sibuk menawarkan diri sebagai pendamping dalam pertarungan pada Pilkada 2010. Di beberapa daerah bahkan para calon Bupati sudah melamar ke partai yang dipilihnya sebagai kendaraan politik.
Mengawali hajatan-hajatan politik yang klimaksnya pada sepanjang 2010, kita sebagai keluarga Flobamora, simpatisan kandidat pemimpin, pengurus partai, tim sukses dan bakal-bakal pemimpin, hendaknya bercermin dan terus bercermin dengan peristiwa Natal ini. Dalam Natal ini ada dua hal yang perlu dicopot sebagai pelajaran ketika mengawali, menjalani dan mengakhiri Pilkada 2010 yaitu kedatangan seorang pemimpin (Yesus) yang membawa pembebasan bagi dunia dan kegusaran seorang pemimpin (Herodes) mengahadapi “rivalnya”.
Kelahiran Yesus sudah dinubuatkan oleh para nabi sebelumnya. Nubuatan para nabi itu tentang kebangkitan seorang yang akan memimpin Israel (Kitab Mikha pasal 5 ayat 1), kelahiran seorang anak yang disebut sebagai Raja Damai dan kekuasaannya tidak akan berkesudahan (Kitab Yesaya pasal 9) dan kedatangan raja yang adil, jaya, membawa damai dan wilayah kekuasaannya dari ujung bumi sampai ujung bumi (Kitab Zakharia pasal 9). Kehadiran Yesus membawa sebuah harapan bagi bangsa Israel pada waktu itu yang berada dalam himpitan-himpitan kesulitan hidup. Catatan pelayanan Yesus dalam Injil-Injil menjadi bukti di mana Yesus memberikan harapan yang besar bagi bangsa Israel dan semua umat manusia. Orang-orang miskin dibela Yesus, orang sakit disembuhkan dan orang lemah dikuatkan. Selain memberikan pelayanan yang praktis, Yesus juga menaburkan ajaran-ajaran kasih dengan penuh kebijaksanaan bagi banyak orang dan mendobrak tradisi yang keliru. Akhir dari pelayanan Yesus di dunia yaitu penebusan dosa manusia melalui pengorbanan-Nya di atas salib.
Kelahiran Yesus sebagai Raja dengan kekuasaan wilayah kekuasaan yang tidak terbatas rupaya menyebabkan sebuah kekagetan bagi Herodes yang sedang berkuasa pada waktu itu (Injil Matius pasal 2 ayat 3). Kekagetan itu meningkat menjadi sebuah kekuatiran ketika mengetahui bahwa Yesus yang lahir merupakan jawaban atas nubuatan para nabi. Hal ini terlihat dari dikumpulkannya para imam kepala dan ahli Taurat oleh Herodes untuk dimintai keterangan terkait kelahiran Yesus, permohonan kepada para orang majus untuk menginformasikan keberadaan Yesus serta pembantaian anak-anak di Betlehem (Injil Matius pasal 2). Herodes pasti berpikir bahwa Yesus akan mengkudetanya dari kursi raja hingga Herodes kehilangan jabatan dan wilayah kekuasaan. Apa yang Herodes lakukan merupakan sebuah upaya memproteksi kekuasaannya atau posisinya dengan kekerasan.
Dua tokoh dalam Natal ini—Yesus dan Herodes dengan karakter dan tindakan mereka kiranya menjadi referensi berarti dalam Pilkada 2010 yang sudah bergema. Sama halnya dengan visi dan misi Yesus, para calon kepala daerah sering mengoar-ngoarkan keberpihakan pada rakyat dan bertekat membangun daerahnya. Progam-program kerja yang ditawarkan sangatlah heroik membela rakyat kecil misalnya pembebasan biaya sekolah bagi siswa dari keluarga miskin. Apakah itu adalah sebuah tekad yang tulus ataukah hanya retorika belaka untuk meluluhkan hati rakyat dan mendapat suara sebanyak-banyaknya? Perlu dicatat oleh para calon-calon pemimpin di delapan kabupaten bahwa masyarakat setempat membutuhkan seorang pemimpin seperti Yesus yang memberikan harapan dan memberikan pembebasan. Mereka yang mencuatkan diri sebagai calon pemimpin hendaknya bisa membebaskan masyarakat dari kebodohan dan pembodohan, kemiskinan dan pemiskinan, ketertinggalan, dan selaksa masalah yang kian mencekik batang leher.
Ketika memiliki niat mulia untuk membangun masyarakat dan daerah, siapa pun yang menjadi calon pemimpin dalam Pilkada 2010 hendaknya mewaspadai para ‘Herodes’ generasi baru. ‘Herodes’ dimaksud adalah calon bupati atau calon wakil bupati yang kuatir bahkan takut dengan kemunculan kandidat yang lain. Kekuatiran dan ketakutan itu menyangkut peluang yang akan diraih semakin kecil. Misalnya, ada dua kandidat bupati yang melamar sebuah partai untuk mengusungnya dalam Pilkada, pasti hanya satu yang diterima dan yang satunya akan merasa ‘terancam’. Dalam kondisi demikian, saling menjegal di antara kandidat bukanlah kemustahilan. Pada pelaksanaan Pilkada, saling menjegal, mencari-cari kesalahan lawan politik, kampanye hitam dan tindakan anarkis lainnya yang tidak mencerminkan kedewasaan berdemokrasi sering terjadi. Hal ini sudah kita saksikan pada berbagai pesta demokrasi di seluruh penjuru tanah air dan bisa saja terulang pada berbagai Pilkada di NTT pada tahun depan. Salah satu penyebabnya sama seperti apa yang dialami Herodes yaitu kuatir dan takut jika lawannya akan lebih banyak mendapat dukungan sehingga keberadaannya terancam, peluangnya untuk sukses dalam Pilkada hanya sedikit hingga akhirnya tidak berhasil mendapat jabatan sebagai bupati atau wakil bupati.
Pada penyelengaraan Pilkada 2010 yang sekarang sudah mulai bergelora, pasti ada figur yang berniat membawa perubahan dan pembebasan bagi masyarakat dan daerah. Semoga saja itu adalah sebuah ketulusan yang akan nyata dan dirasakan oleh kita semua. Kemunculan pihak lain dalam pertarungan di Pilkada hendaknya tidak dipandang sebagai penghambat meraih jabatan dan kekuasaan melainkan kompetitor yang mengobarkan kematangan berdemokrasi untuk muwujudkan pelayanan kepada masyarakat merata material dan spiritual. Kiranya Natal menjadi terang bagi tapakan-tapakan awal menuju Pilkada 2010. Syalom!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar