Kamis, 11 Februari 2010

Impian di Ambang Pemilukada

Sejak akhir tahun 2009 hingga sekarang, telah terlihat berbagai aktivitas sebagai tapakan-tapakan dini menuju Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) di delapan kabupaten di NTT--Timor Tengah Utara, Sabu Raijua, Sumba Timur, Sumba Barat, Manggarai, Manggarai Barat, Ngada dan Flores Timur yang akan berlangsung dalam tahun 2010. Aktivitas-aktivitas tersebut seperti seleksi calon bupati dan calon wakil bupati di berbagai partai, koalisi partai, pernyataan-pernyataan politik dari beberapa kandidat, persiapan Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD), pembentukan panitia-panitia penyelenggara dan pengawas Pemilukada serta kesibukan-kesibukan lainnya.
Berbagai kesibukan menuju beberapa Pemilukada seperti yang telah dicontohkan di atas terjadi atas dorongan berbagai kekuatan. Salah satu kekuatan tersebut adalah impian. Impian merupakan keinginan atau dambaan dalam diri tiap individu atau kelompok untuk meraih sesuatu di waktu yang akan datang. Impian ini menjadi sebuah motor penggerak dan pengarah tindakan atau perilaku tiap individu menuju tujuan.
Ketika berada dalam suasana Pemilukada, masyarakat, simpatisan, tim sukses, pengurus Parpol, politisi, penyelenggara dan pengawas Pemilukada serta pemerintah tentu memiliki selaksa impian yang akan dicapai dalam Pemilukada di tiap kabupaten. Apa impian tersebut? Pantaskah impian itu atau tidak? Jika belum memiliki sebuah impian, tetapkanlah sebuah impian mulai saat ini. Sangat disayangkan jika dalam momentum ini kita tidak memiliki impian apa-apa.
Sebagai masyarakat NTT, khususnya yang berada di daerah-daerah Pemilukada tentu mengimpikan pemimpin yang bisa membawa perubahan dan kesejahteraan. Simpatisan partai dan kandidat tertentu pasti mengimpikan kemenangan partai dan jagonya. Begitu pula dengan tim sukses dan pengurus Parpol tiap kubu tentu mengimpikan kemenangan dalam Pemilukada di pihaknya. Politisi yang bertarung dalam Pemilukada juga pasti mengimpikan sebuah kemenangan. Selain kemenangan, para politisi tersebut juga pasti telah merumuskan impian-impiannya dalam visi dan misi yang pro rakyat dan pro pembangunan. Sementara itu, pemerintah, terutama penyelenggara dan pengawas Pemilukada pasti mengimpikan terlaksananya pesta demokrasi yang berlangsung dengan lancar dan demokrastis. Impian-impian tersebut merupakan salah satu dari sekian banyak impian kita dan akan turut menentukan kedemokratisan kita dalam Pemilukada ini.
Jika impian kita seperti itu, tidaklah bermasalah namun jika impian kita sudah terinfeksi dengan segala kebusukan, keserakahan dan ketidakdemokratisan, itu tentu mendatangkan sejuta masalah. Dalam penyelenggaraan berbagai pesta demokrasi di tanah air, terdapat masyarakat yang kecewa dengan pemimpin yang terpilih karena tidak memberikan rumah gratis, sekolah gratis, pelayanan kesehatan gratis, dan kegratisan lainnya. Hal ini karena yang diimpikan masyarakat tersebut dari sebuah pesta demokrasi adalah terpilihnya pemimpin yang dapat memberikan kehidupan yang serba gratis dan instant. Selain itu, terjadi konflik fisik antar kubu politik, kampanye hitam, perdagangan suara, manipulasi data pemilih dan kertas suara. Peristiwa-peristiwa ini mengindikasikan bahwa yang diimpikan oleh simpatisan, tim sukses, pengurus parpol dan politisi bersangkutan adalah uang, jabatan, kekuasaan dan keruntuhan lawan politik.
Di ambang Pemilukada, sebagai keluarga Flobamora khususnya masyarakat pemilih dan simpatisan yang berada di daerah Pemilukada, marilah kita mengimpikan terlaksananya Pemilukada dengan demokratis sebab pemimpin yang lahir dari proses yang demokratis adalah pemimpin yang mampu mewujudkan impian kita tentang kehidupan yang sejahtera. Dengan kekuatan impian seperti itu, setiap provokasi anarkis atau pembelian suara dapat ditangkis. Sebagai pengurus Parpol, janganlah mengimpikan kekuasaan belaka di pemerintaan atau mengimpikan kekalahan partai lain. Pengurus Parpol sebagai penggerak Parpol hendaknya memegang teguh tujuan berdirinya sebuah Parpol yakni mewujudkan cita-cita nasional, mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam NKRI, mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia serta memperjuangkan cita-citanya dalam keihidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (pasal 6 UU Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Partai Politik). Tujuan mulia tersebut hendaknya menjadi impian tiap pengurus Parpol sehingga tujuan tersebut dapat diraih. Di pihak lain, politisi yang menjadi kompetitor dalam Pemilukada tentu sudah memiliki impian yang selalu tertuang dalam visi dan misi. Ketika memiliki impian, jangan hanya impian yang romantis, fantastis dan bombastis namun impian itu harus realistis. Impian seorang seorang calon pemimpin hendaknya hadir atas akumulasi impian masyarakat dari semua lapisan sosial. Sangat dikuatirkan jika impian seorang calon pemimpin adalah harta, jabatan, dan kesejahteraan pribadi golongan melulu.
Sekarang Pemilukada sudah dekat, apabila kita yang belum memiliki impian, mulailah mengimpikan sesuatu. Ketika sudah memiliki sebuah impian, renungkanlah impian itu. Pantaskah impian tersebut? Masuk akalkah impian tersebut? Dalam kebersamaan sebagai keluarga Flobamora, impikanlah Pemilukada yang demokratis dan mulailah mewujudkannya dalam perkara-perkara yang sederhana.
Kerja keras adalah tiket yang memberikan ijin kepada kita untuk berdiri dalam antrian menuju impian-impian kita. Jangan bernegosiasi dengan impian Anda. Bernegosiasilah dengan apa yang harus Anda lakukan untuk mencapainya (Mario Teguh).


Diterbitkan pada Harian PAgi Timor Express edisi 27 Januari 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar