Kamis, 29 Juli 2010

Siapa yang Menanam, Memelihara dan Membersihkan dan Siapa yang Membakar? (Catatan Reflektif, Edukatif dan Solutif sebagai Dukungan bagi Suksesnya Prog

Oleh: David Natun, S.Pd
(Guru Mata pelajaran Geografi dan Sosiologi SMP Negeri 2 Kupang)

Syukur yang tak terhingga bagi Tuhan atas perkenanan-Nya maka kita masih diberi nafas kehidupan dan menghirup udara segar, sejuk dan membantu kita dalam proses pertukaran udara dalam tubuh lalu kita masih berkarya, berkarsa dan mencipta bagi diri dan bagi sesama khusus bagi saudara dan sahabat dalam Kota Kasih Kota Kupang tercinta.

Syukur berikut kita patut panjatkan pula karena Tuhan menetapkan dan mengutus Duo Dan untuk memimpin Kota Kupang lima tahun dan kemudian kita dipertemukan dengan sebuah ide yang cemerlang dalam rangka menciptakan Kota Kupang sebagai Kota yang Hijau dan bersih dan menciptakan kecintaan masyarakat terhadap lingkungan lewat kerjasama Pemerintah Kota Kupang dengan harian pagi Timor Express dalam meluncurkan program Kupang Green and Clean ( KGC 2008 ) yang pada hari jumat 26-09-2008 lalu bertempat di Aula Sasando lantai III kantor Walikota Kupang.

Betapa indahnya ide pada awal kepemimpinan Duet Paket Dandan yang pada saat kampanye bersepakat ”Mendandani” Kota Kupang dan tentunya ini sebagai bukti kepedulian dan komitmen pada penghijauan lingkungan, kepedulian dan tekad yang besar dalam menciptakan lingkungan yang hijau dan bersih juga merupakan bagian dari tanggungjawab universal guna memperbaiki kualitas lingkungan serta menanggulangi pemanasan global melibatkan seluruh lapisan masyarakat Kota Kupang yang berada di 49 kelurahan dan bertujuan untuk menyadarkan dan membangun serta meningkatkan kepedulian warga Kota Kupang dalam menjaga lingkungan untuk peningkatan derajat kesehatan sesuai sambutan Bapak Walikota pada saat peluncuran tersebut.

Sebagai warga kota yang bertanggung jawab dan siap mensuksesakan program Kupang grean and clean tersebut saya selalu menyempatkan diri dalam setiap upaya dan aktifitas baik ide maupun tindakan nyata terkait dengan program ini. Karena itu saya mengamati dan memberi apresiasi berupa catatan pada program ini sebagai berikut :

1. Mari kita beri apresiasi atas cantiknya wajah kota lewat berbagai perubahan pada sudut-sudutnya. Dengan terpelihara dan tertatanya taman kota dengan sendirinya meningkatkan kebersihan dan keindahan lingkungan, sehingga akan terlihat memiliki nilai estetika. Jika kedepan lingkungan kota kita sehat dengan taman kotanya tertata indah akan menambah daya tarik bagi wisatawan dan memberi kesan tersendiri kepada pengunjung dari daerah lain. Banyak tangan yang terlibat dalam menanam dan memelihara sejumlah pohon dan taman bunga yang tentunya memberikan kontribusi pada cantiknya wajah kota. Sepanjang jalur eltari dari depan toko hero sampai areal jalur belakang kampus undana kelurahan penfui, kelurahan lasiana terlihat sejumlah pohon ditanam, dipelihara dan bakal menjadi paru-paru Kota Kupang.

2. Kita juga tak lelah ketika harus antri di perempatan lampu merah walau matahari menyengat karena kini pandangan kita dibatasi oleh air mancur, taman bunga dan kebersihan lingkungan sekitar sebagai upaya sistematis dan berkesinambungan pemerintah Kota Kupang khususnya dinas tata kota dan pertamanan yang tentu kian hari akan semakin menunjukan peran aktifnya dengan merubah wajah kota dan membuat lupa akan kota yang panas dan beralih ke kota yang sejuk dan penuh kenangan. Kelak semua tangan pada zaman ini akan dikenang karena jasanya merubah hawa kota dari panas menjadi hijau, sejuk dan nyaman. Lebih lagi tentu ada sejumlah tindakan sampai tingkat RT dengan komitmen one man one tree dengan kontribusi yang sinambung pada kesehatan lingkungan dan pencapaian visi lingkungan hujau dan udara sehat.

3. Jika kita berkesempatan berolahraga pagi pada beberapa jalur utama kota maka kita akan disuguhi pemandangan kagum atas keseriusan para pasukan kuning yang komit untuk selalu mempersiapkan pemandangan dan aroma kesejukan dengan menyapu jalanan, mengangkut sampah pada tempat pembuangan sementara bahkan kita akan melihat kendaraan roda empat bahkan roda tiga berkeliling membersihkan sisi kota dari jalan utama sampai gang buntu sekalipun. Ini bukan kerja yang tak patut mendapat apresiasi! Kita tentu bangga karena walau tanpa masker kita masih dapat berkendara roda dua menyusuri kota kasih tercinta.

4. Mari kita lihat catatan pada halaman media surat kabar yang terisi dengan berita kerjasama dan bahu membahu masyarakat dengan pemerintah sampai pada tingkat kelurahan dengan menentukan hari dan aktifitas pembersihan lingkungan dan penanaman tanaman sebagai bentuk kampanye dan penyadaran pada masyarakat akan pentingnya kesehatan dan penghijauan lingkungan, bahkan melibatkan sejumlah mahasiswa dalam program Kuliah Kerja Nyata di kelurahan di Kota Kupang.

Beberapa catatan diatas adalah bentuk apresiasi dan syukur atas ide cemerlang menuju suksesnya program Kupang hijau dan bersih. Namun sayangnya ada saja yang seperti tak kenal lelah pula dengan mempertontonkan tindakan tak terpuji dan kontra produktif bahkan seperti upaya sistematis tak berpengetahuan menjadikan diri penghalang bagi kesejukan dan masa depan lingkungan bagi anak cucu kita. Beberapa catatan ini diharapkan akan menjadi refleksi karena butuh upaya sistematis dan produktif pula dalam menyikapinya.

1. Kebiasaan membakar sampah dan rumput kering pada sudut-sudut kota masih menjadi santapan harian kita apalagi memasuki musim kemarau. Mulai dari lingkungan rumah tangga sampai pada jalur umum kota yang dapat saja berakibat fatal seiring angin kencang dan cuaca panas kota. Pada beberapa titik di jalur eltari tepat di bagian gudang sinar bangunan bahkan tanaman yang sudah mulai tumbuh subur ikut terbakar dan butuh waktu yang lama untuk merehabilitasinya.

Ada punggung bukit sasando, beberapa titik pada ruas jalan eltari, ujung jembatan Liliba, beberapa titik jalur penfui dan lasiana, bahkan gedung Dekranasda Kota Kupang hampir menjadi sasaran si jago merah. Dari manakah sumber api tersebut dan apa maksudnya membersihkan dengan api? Masih menjadi misteri. Menarik memang spanduk yang dipasang Jiwasraya di depan kantornya yang berbunyi mari menanam dan menyiram, Tuhan menumbuhkan. Banyak ajakan lain untuk menanam, memelihara dan merawat terlihat di setiap jalur jalan kota mulai dari tingkat propinsi, instansi pemerintah, swasta, BUMN, tapi rupanya si penggemar kebakaran ingin merubah isi ajakan dengan bunyi mari menanam, menyiram dan merawat, Tuhan yang akan menumbuhkan dan saya akan membakarnya. Sadis dan tradisionil memang perilaku si penggemar jago merah ini.

2. Suatu saat saya beriringan dengan sebuah mobil mewah dengan kilauan tanda bersih dan sangat terawatnya mobil tersebut lalu terlintas dibenak saya kalau si pemilik kendaraan tentunya adalah kaum yang sangat peduli akan kebersihan sebagaimana tercermin pada kilatan body mobilnya. Tapi betapa kaget saya ketika salah satu kaca mobil tersebut diturunkan kurang lebih 15 cm dan tanpa beban dikeluarkan sejumlah bekas kaleng minuman, tisu, bungkusan plastik lainnya.

Rupanya ia menganggap kota ini sebagai tempat sampahnya yang luas dan ia yakin esok akan ada pemulung yang memungut kalengnya dan sampah lainnya akan dibersihkan petugas kebersihan subuh nanti. Perilaku ini tentunya terekam di sekitar kita dengan pola dan cara yang sedikit berbeda tetapi dengan satu akibat yakni ada sampah di sembarang tempat, ada selokan yang harus tersumbat nanti, ada tanah yang akan menurun produktifitasnya karena sampah plastik yang bertebaran kemana saja. Ironis memang ditengah publikasi dan kampanye menjadikan Kota Kupang indah, bersih dan elok masih ada perilaku mereka yang tak mau tahu dengan orang lain. Mungkin mereka penganut paham ”EGP-isme (Emangnya Gue Pikirin?)”.

Dua fakta kecil ditas diatas membuat saya mengerutkan dahi, mengumpulkan referensi sembari menemukan sejumlah catatan yang kiranya patut kita lakukan sebagai upaya mensukseskan program KGC antara lain :

- Temukan dan gunakan cara-cara berkualitas dan kreatif menangani dan mengelola sampah (Contoh : daur ulang oleh kelompok kreatif binaan Dekranasda Kota Kupang) bahkan diupayakan menjadi kebiasaan/karakter sebagai bagian dari menghindari cara membakar sebagai satu-satunya pilihan. Mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis atau mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup. Metode daur ulang merupakan upaya pencegahan karena kita menggunaan kembali barang bekas pakai , memperbaiki barang yang rusak , mendesain produk supaya bisa diisi ulang atau bisa digunakan kembali. Dalam pengelolaan sampah rumah tangga dengan benar dapat memberikan kontribusi terhadap penyelamatan lingkungan. Dapat dibayangkan kalau seluruh Rumah tangga dipermukaan bumi mampu mengelolah sampah dengan benar maka sumbangan polutan seperti CO (karbononoksida), SOx (Sulfur Oksida) yang berasal dari aktifitas domestik dapat dikurangi. Gas CO, SOx merupakan kelompok Gas Rumah Kaca (GRK) yang menyelubungi atmosfer sehingga radiasi bumi tertahan dipermukaan bumi yang menyebabkan suhu bumi meningkat.

- Berikut pengkomposan adalah pilihan pengelolaan sampah kreatif dan bernilai yang sangat evektif. Material sampah organik , seperti zat tanaman , sisa makanan atau kertas , bisa diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagi pupuk dan gas methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik. Contoh dari pengelolaan sampah menggunakan teknik pengkomposan adalah Green Bin Program (program tong hijau) di Toronto Kanada, dimana sampah organik rumah tangga , seperti sampah dapur dan potongan tanaman dikumpulkan di kantong khusus untuk di komposkan.

- Sampah menjadi energi (Waste to energy). Ini tentu sebuah hal yang masih sangat langka dimengerti terjadi di Kota Kasih tercinta. Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara menjadikannya bahan bakar atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya menjadi bahan bakar tipe lain. Daur-ulang melalui cara "perlakuan panas" bervariasi mulai dari menggunakannya sebagai bahan bakar memasak atau memanaskan sampai menggunakannya untuk memanaskan boiler untuk menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator.

Pirolisa dan gasifikasi adalah dua bentuk perlakukan panas yang berhubungan , dimana sampah dipanaskan pada suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini biasanya dilakukan di wadah tertutup pada Tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah sampah menjadi produk berzat padat , gas, dan cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk menghasilkan energi atau dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa selanjutnya bisa dimurnikan menjadi produk seperti karbon aktif.

Gasifikasi dan gasifikasi busur plasma yang canggih digunakan untuk mengkonversi material organik langsung menjadi Gas sintetis (campuran antara karbon monoksida dan hidrogen). Gas ini kemudian dibakar untuk menghasilkan listrik dan uap. Nah jika Dewan Perwakilan Rakyat Kota Kupang dan sejumlah dinas terkait melakukan study banding terkait dengan mekanisme pengelolaan sampah menjadi energi dan digunakan bagi kebutuhan warga Kota Kupang tentu sangat terpuji ketimbang sejumlah BIMTEK yang kemudian tak berujung manfaatnya. Ini sekaligus merupakan alternatif pemenuhan energi bagi masyarakat ditengah mahalnya BBM, sering matinya listrik di ibu kota Propinsi Nusa Tenggara Timur.

- Mari kita lihat referensi pengelolaan sampah di Bali : Program ini dilaksanakan oleh kelompok wanita PKK di Kutuh Kelod di Ubud, dengan dukungan melalui Yayasan IDEP berkat pendanaan dari Norwegian Student group. Bagaimana Program Sampah Berbasis Masyarakat ini bekerja. Sampai sekarang 160 wanita yang diorganisasi oleh ketua kelompok PKK mereka telah memisahkan sampah plastik dan kertas dirumah masing-masing. Secara rutin wanita-wanita ini membawa sampah daur ulang mereka ke sebuah tempat sampah yang dibangun dengan sumbangan dana dari kepala desa setempat. Ketua proyek, ketua kelompok PKK di desa, telah membuat perjanjian dengan pemulung untuk membeli sampah daur ulang dari kelompok ini. Pemulung ini kemudian membawanya ke depot pengumpulan sampah di Denpasar, yang kemudian dibersihkan dan diproses.

Dari sana sampah-sampah itu kemudian dijual lagi kepada pembeli yang mendaur ulang sampah-sampah tersebut di pabrik-pabrik di Jawa dan / atau menjualnya kepada pembeli dari luar negeri untuk dieksport. Suatu daerah dikatakan maju apabila tampak dalam kesadaran kolektif warganya untuk melakukan tindakan terpuji tanpa diawasi tetapi akibat pergeseran paradigmanya dari tradisional menuju ke modern. Mari kita sepakat memulainya sejak sekarang. Dapatkah kita laksanakan hal ini di kota kasih tercinta?

- Pada daerah yang berpotensi mengalami kebakaran untuk diperhatikan secara khusus dengan cara rutin membersihkannya agar tak ada peluang terjangkitnya api. Karena hutan dan Taman kota mempunyai fungsi yang banyak (multi fungsi ) baik berkaitan dengan fungsi hidrorologis, ekologi, kesehatan, estetika dan rekreasi. Prof.Dr.Ir.H. Sunturo Wongso Atmojo. MS, Dekan Fakultas Pertanian UNS. Solo dalam tulisannnya berjudul Menciptakan Taman Kota Berseri menerangkan bahwa untuk setiap hektar ruang terbuka hijau, mampu menyimpan 900 m3 air tanah per tahun. Sehingga kekeringan sumur penduduk di musim kemarau dapat diatasi.

Sebagai contoh sekarang sedang digalakan pembuatan biopori di samping untuk dapat meningkatkan air hujan yang dapat tersimpan dalam tanah, juga akan memperbaiki kesuburan tanah. Taman yang penuh dengan pohon sebagai jantungnya paru-paru kota merupakan produsen oksigen yang belum tergantikan fungsinya. Peran pepohonan yang tidak dapat digantikan pula adalah berkaitan dengan penyediaan oksigen bagi kehidupan manusia. Setiap satu hektar ruang terbuka hijau diperkirakan mampu menghasilkan 0,6 ton oksigen guna dikonsumsi 1.500 penduduk perhari.

Terkait dengan fungsi ekologis taman kota dapat berfungsi sebagai filter berbagai gas pencemar dan debu, pengikat karbon, pengatur iklim mikro. Pepohonan yang rimbun, dan rindang, yang terus-menerus menyerap dan mengolah gas karbondioksida (CO2), sulfur oksida (SO2), ozon (O3), nitrogendioksida (NO2), karbon monoksida (CO), dan timbal (Pb) yang merupakan 80 persen pencemar udara kota, menjadi oksigen segar yang siap dihirup warga setiap saat. Kita sadari pentingnya tanaman dan hutan sebagai paru-paru kota yang diharapkan dapat membantu menyaring dan menyerap polutan di udara, sehingga program penghijauan harus mulai digalakkan kembali.

Tanaman mampu menyerap CO2 hasil pernapasan, yang nantinya dari hasil metabolisme oleh tanaman akan mengelurakan O2 yang kita gunakan untuk bernafas. Setiap jam, satu hektar daun-daun hijau dapat menyerap delapan kilogram CO2 yang setara dengan CO2 yang diembuskan oleh napas manusia sekitar 200 orang dalam waktu yang sama. Dengan tereduksinya polutan di udara maka masyarakat kota akan terhindar dari resiko yang berupa kemandulan, infeksi saluran pernapasan atas, stres, mual, muntah, pusing, kematian janin, keterbelakangan mental anak- anak, dan kanker kulit. Kota sehat, warga pun sehat.

- Perlu monitoring dan kampanye penyadaran lingkungan pada segala lini kehidupan masyarakat dan bila perlu sanksi yang tegas bagi para pelaku kekerasan pada lingkungan sebagai bagian dari upaya meminimalisir terjadinya pengrusakan lingkungan, juga bagian dari upaya mengarus utamakan kepedulian dan kecintaan masyarakat pada kotanya lewat berbagai aktifitas yang pro pada lingkungan hidup. Jalur sekolah perlu di manfaatkan dengan tegas dan terencana. Mulai dari kepala sekolah, guru dan siswa serta unsur penunjang satuan pendidikan lainnya untuk komit pada model pendidikan berciri cinta lingkungan agar sejak dini terbentuk karakter yang cinta lingkungan dan selalu dirangsang untuk berkreasi bagi terciptanya lingkungan sehat dan berkualitas. Demikian pula jalur organisasi keagamaan dengan bangunan komitmen pengarus utamaan gerakan cinta lingkungan dalam segala aktifitas peribadatan. Jika dalam satu hari ada 10 jiwa yang disadarkan dan berlangsung terus menerus maka setiap bulan kita akan punya 30 jiwa dan setahun kita punya 360 jiwa yang dapat menjadi agen perubah paradigma menuju baiknya lingkungan kita bagi anak cucu.

- Perhatian serius terhadap kesuksesan program KGC adalah dengan alokasi anggaran yang memadai dan menyentuh langsung pada peningkatan kapasitas dan sejumlah kebutuhan riil yang menunjang pencapaian tujuan. Misalnya dengan pengadaan alat dan sejumlah kendaraan operasional, alat pengelolaan sampah, peningkatan kapasitas aparat dan pegiat lingkungan sampai pada wilayah pemerintahan terkecil, anggaran untuk pengelolaan persampahan, pemeliharaan ruang terbuka hijau dan program peningkatan sarana dan prasarana taman kota yang adalah program riil perlu diperhatikan ketimbang sejumlah anggaran yang bernuansa belanja tak langsung yang sifatnya tidak urgen dan tak penting.


Ini memang sebuah upaya sistematis dan kampanye serta ajakan bagi seluruh masyarakat untuk menanam, menjaga dan memelihara pohon dan juga menjaga kebersihan lingkungan sekitar sebagai upaya jangka panjang yang hasilnya akan dirasakan di masa depan oleh generasi berikutnya. Butuh keterlibatan, partisipasi aktif, konkrit, kreatif, dan bertanggung jawab semua warga dalam upaya mewujudkan visi tersebut diatas. Mari buat Kota Kupang lebe bae karena bae sonde bae Kota Kupang lebe bae, seiring dengan semboyan kota ”Lil Au Nol Dael Banan” Berarti Bangunlah Aku Dengan Tulus Hati.
Tuhan pemilik alam semesta menyertai dan memberkati kita semua yang peduli dan menjaga keutuhan ciptaan-Nya.

Sumber: http://www.timorexpress.com/index.php?act=news&nid=40579

Tidak ada komentar:

Posting Komentar