Minggu, 24 Oktober 2010

Maubesi-Atambua

Kamis, 1 Juli 2010
Bus Sinar Gemilang melaju cukup kencang. Sesekali terdengar bunyi gesekan kampas rem. Semua penumpang tampak membisu dan kerap turut bergoncang bersama bus. Penumpang yang tertidur hanya oleng kiri, oleng kanan bagai orang teler ketika bus menikung. Suhu dalam bus amat hangat karena semua pintu dan jendela tertutup rapat ditambah lagi dengan alunan pop mancanegara yang mendayu seolah membuai Giring untuk tertidur. Rugi kalau tidur! Ini adalah perjalanan pertama Giring ke Atambua sehingga pemandangan sepanjang jalan patut direkam untuk dikisahkan.
Giring yang duduk di deret kiri bus (kursi ketiga dari depan) terus melihat ke luar dari balik jendela bus. Kaca jendela bus yang berwarna agak gelap dan butiran hujan rintik yang menimpanya menghasilkan pemandangan blur saat bus melaju kencang. Kendati demikian, jiwa petualang dan ‘naluri wartawan’ Giring menangkap semua itu dengan jernih.
Beberapa menit setelah keluar dari Kota Kefa, track yang agak lurus dan rata membelah pemukiman warga. Rumah-rumah warga berbanjar sedikit rapi. Uniknya, di depan setiap rumah selalu ada lopo. Sepertinya ada kewajiban bagi setiap warga untuk membangunnya. Ada lopo yang bertiang beton, beratap seng. Ada juga yang bertiang kayu, beratap rumput ilalang. Sepanjang beberapa kilo meter, lopo-lopo terlihat laksana film yang di-rewind. Hal ini menjadi sebuah usikan bagi Giring yang sudah satu jam lebih duduk sampai pantat seperti mau terbakar. Ah, inikah Maubesi?
Ya, tadi sempat terlihat papan nama bertuliskan SONAF MAUBESI. Di depan sonaf, berdirilah sebuah lopo yang besar dan megah. Kemungkinan raja Maubesi telah mewajibkan warganya untuk membuat lopo di depan rumahnya sehingga terlihat seperti yang dikisahkan tadi. Lopo merupakan tempat untuk musyawarah, melakukan pertemuan atau sekedar berkumpul dan juga merupakan tempat menyimpan bahan pangan. Membangun lopo memberi makna kita membangun kebersamaan dan kekeluargaan serta ketahanan pangan.
Tak lama kemudian, pemandangan sepanjang jalan di-next dari lopo ke sawah. Jalan raya hotmix yang agak lurus dan rata bagai garis hitam di tengah bentangan sawah yang menghijau. Jauh di sana, di sisi utara persawahan, barisan pegunungan yang berpayung awan putih kelam menjadi pagarnya.
Ketika pemandangan berganti dari lopo ke persawahan, Giring berpikir mungkin ini sudah masuk kawasan Belu (dalam perjalanan ke dua ke Atambua baru tahu kalau itu adalah kawasan Nurobo, Belu). Maklumlah, selama 22 tahun 35 hari menjalani hidup, Giring baru pertama kali ke Atambua makanya sangat terkesan dengan beberapa pemandangan. “Kalau pemandangan Niki-niki-Kefa, sudah bosan la…!!!”
* * *
Bus berhenti. Beberapa penumpang turun. “Su sampe mana e???” Di persimpangan jalan itu ada papan bertuliskan BRI Cabang Lurasik. “Ow, su sampe Lurasik. Sadiki le pasti sampe Atambua”. Om sopir terus tancap gas sementara hari sudah malam. Bus berhenti lagi di pertigaan yang ada patung (Pertigaan Halilulik) dan banyak penumpang yang turun. Di atas bus hanya beberapa orang. Tak lama kemudian Om Konjak mulai nagih uang. “Konjak, lewat Gereja Polycarpus ka, sa turun di situ! Sa orang baru jadi maklum sa.!!!”
* * *
Ada jalan dua jalur. Ow!! Mungkin sudah masuk kawasan Kota Atambua. Beberapa ratus meter dari ujung jalan dua jalur ini kemudian tampak hutan jati di kiri dan kanan jalan. Apa ini Nenuk? Giring pernah lihat foto jalan dua jalur ini yang kedua sisinya hutan jati, dalam berita di Timex. Dalam berita itu disebutkan tempatnya adalah Nenuk. Katanya di hutan itu sering terjadi tindakan kriminal.
Kalau ini Nenuk, berarti Atambua dan Polycarpus tak jauh lagi. Mungkin beberapa meter lagi sudah sampai. “Duh, karmana e??? Giring sonde tenang lai”. Semakin deg-degan ketika bus singgah di Pertamina. Kantor Kejaksaan Negeri Atambua lalu sampai di agen Sinar Gemilang. Bus kemudian terus berjalan lalu serong kiri ke Jl. Pramuka yang kiri kanan ada pertokoan. “Ade, kami ada buru untuk kembali Kupang jadi dengan ojek saja”.
Tukang ojek hanya menanyakan tujuan Giring lalu tak bicara lagi. Dari jarak beberapa meter terlihat menara gereja yang menjulang tinggi dan diterangi beberapa lampu.
Waktu di HP 18.08 Wita. “Tadi dari Niki-niki 14.40 Wita. Brapa jam perjalanan e??” Hitung sendiri su!!!
Giring sengaja berputar-putar di pertokoan yang di depan gereja sambil mengawasi situasi di sepuataran gereja. Ada sekelompok cewe yang lalu lalang. “Mau masuk pi dalam? Awi, rasa gmn gtu…!!!”. Giring lalu kirim SMS ke K Netty dan K Gina. K Netty kemudian telefon dengan satu nomor baru. K Netty bilang tunggu di situ, nanti saya jemput.
* * *
Inilah Polycarpus !!! Selama ini hanya fotonya dan lihat letaknya di Google Earth tapi malam ini su injak. Giring sepertinya tidak memiliki kata-kata yang indah untuk melukiskan Polycarpus. Hanya berteriak kagum dan sumringah dalam hati “Wouw!”. Bersama K Netty masuk lewat pintu samping kiri gereja dan tembus ke belakang. M m m m ..!!!! Syalom K Ay. Selain K Ay, ada juga satu ibu yang perkenalkan namanya, Ibu Vita. K Ay, K Netty ngomong2 tentang keberangkatan besok ke Loomaten. Tak lama kemudian…….. “K Gina. . . !!!”. K Gina baru datang dan rambut dalam foto di facebook lebih lurus dari yang terlihat malam ini. Hahahaaahahahaaaa…!!!
* * *
Ruangan kebaktian Polycarpus ini merupakan tempat yang baru bagi Giring namun pemudanya bukan orang baru (sekalipun banyak muka baru) bahkan secara emosional sudah akrab sebagai teman bahkan saudara. Ko sering SMSan dan chatting-chatting-an na..!!!
Giring yang duduk di antara pemuda Polycarpus untuk menanti ibadah malam bersama, sepertinya gmn gtu. Sudah pasti jadi pusat perhatian karena orang baru, juga rambut kayak sayur brokoli kelebihan pupuk urea. Banyak pemuda Polycarpus yang menjadi “orang baru” bagi Giring. Tentu banyak yang tidak ikut BC 2008 sehingga tidak saling kenal makanya sedikit asing. Namun bukankah ada K Ay, K Adi Tameon, K Ita Awolla, apalagi K Netty dan K Gina di sini??? Ow, cewe di samping Giring kenal sama Giring karena dia ikut BC 2008. Namanya Yun.
* * *
Lagu Hari Ini Ku Rasa Bahagia lalu menjadi pembuka ibadah. Giring benar-benar bahagia karena hari ini bisa bergabung lagi dengan pemuda Polycarpus. Ibadah dipimpin oleh Ibu Pdt Vita. “Jadi ibu Vita yang tadi itu pendeta di Polycarpus???”
Dalam renungan yang diambil dari I Samuel 3: 1-10, Pdt. Vita mengambil tema here I’m. Tema ini merupakan tema Bible Camp. Pdt. Vita dalam renungannya mengatakan bahwa Tuhan selalu memanggil kita melalui proses. Ketika kita dipanggil Tuhan, jawablah ini saya Tuhan, pakailah saya!
Setelah ibadah, K Ay, Ketua Panitia BC 2010 mengingatkan kami supaya besok berkumpul di gereja 08.30 Wita. Kebutuhan pribadi disiapkan sendiri, apalgi Autan karena di Loomaten banyak nyamuk. Berkaitan dengan Tatib, K Ay melarang untuk peserta tidak boleh membawa kendaraan sendiri. Selain itu juga melarang untuk pacaran dan mandi di kali sesampai di Loomaten. Katanya di kali banyak buaya. “Kalau kami yang sesama buaya sonde apa2 to K’?? Bedanya beta cuma buaya darat. Hahahaaaaa……”
Setelah K Ay, Pak Hero sebagai Ketua Pemuda Polycarpus periode 2007-2011, berharap agar peserta bisa mencerminkan Kekristenan di Loomaten. “Yang laki-laki jangan pakai anting-anting. Dengarlah panitia. Kalau jam makan, makan! Jam tidur, tidur!”
Sampai malam ini rupanya baru 48 peserta yang terdaftar dari target peserta 250 orang sehingga pendaftaran masih dibuka sampai besok.
* * *
Setelah beberapa meter arah selatan Polycarpus, belok kiri ke Jl. Dasi Besin yang papan nama jalannya sudah miring 900. Sekitar empat rumah, Zuzuki Thunder berhenti. K Ay turun dan buka pintu pagar. Toyota Land Cruiser sementara parkir di sisi kiri rumah. Seekor anjing besar langsung menyambut kami. “Jang coba-coba gigit beta kalo sonde ni malam beta RW lu na…!!! Kwkwkwkwkwkw!!!”
“Ni K Ay dong pu rumah”
Setelah makan malam dengan K Ay, kami pi warnet yang namanya Lopo Tech. Di warnet ini sudah ada Pak Hero, K Abba, K Netty, K Ayub, K Gina, K Adi Tameon, K yang rambut pendek, pake kacamata dan katanya K Anci Takene pu adik (ow, K Silvi), juga K satu lagi yang seperti boneka (K Nensy).
Pak Hero dan K Gina, Kordinator Seksi Perlengkapan & Akomodasi lalu mendaftar keperluan untuk kegiatan nanti (ban oto untuk games, cinderamata + uang bensin dll), sementara itu Giring bantu2 K Ayub membuat spanduk untuk dibentang di depan truk nanti. Di depan komputer, K Netty, K Gina dan ibu Vita lagi asyik taroso alias berselancar di dunia maya, facebook.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar