Minggu, 24 Oktober 2010

Off Road to Maktihan

Jumat, 2 Juli 2010
Di atas Toyota Land Cruiser kuning dengan driver-nya K Abba, kami bedesak-desakan. Di kursi depan ada Pdt. Lia dan Ma’ Len yang memangku mahasiswa Teologi yang praktek di Sion Kakuun. Sementara di belakang ada Giring, K Ayub, K Ruben dll termasuk K Adi Tameon yang kemudian dideportasi ke Avansa, mobil Pelayanan Jemaat Polycarpus Atambua. Di Avansa ada Pdt. Vita, K Ay, K Netty, K Ita cs.
Sesudah beberapa kilo meter dari Atambua, tepatnya di pertigaan yang ada patung orang bersenjata, kami belok kiri. Sekitar belasan kilo meter lagi dari pertigaan itu, belok kiri menuju Kakuun untuk mengantar Ibu Lia yang bertugas di Sion Kakuun. Waktu belok kiri itulah nuansa off road mulai terasa. Jalan ke Kakuun tidak beraspal tapi hanyalah tanah yang di atasnya tersusun batu-batu kali. Hanya beberapa meter saja kami sudah mencapai sungai. Menurut sejarah, sungai ini adalah pemisah umat Katolik yang menempati Seon dengan umat Protestan yang menempati Kakuun (Buku Panduan Bible Camp & Outbond Pemuda Polycarpus, 2009).
Jalan di tepi sungai penuh dengan lumpur becek yang tebal. Yang terlihat hanya bekas ban kendaraan yang membentuk dua rel yang agak dalam. “Ada pemutar roda depan kok takut???” Lumpur tebal ini kecilan….!
Mmmmmmm…. Tapi ada rintangan ke dua. Jalan untuk masuk ke sungai sudah digaruk “Si Leher Angsa” yang sementara menyaring pasir di sekitar sungai.
“Maso pi sa kaka…!!!!”
Air sungai keruh. Banyak batu yang besar. Tak tahu airnya dalam atau dangkal? Semua ‘penumpang’ turun kecuali Giring dan K Robi. Land Cruiser meraung-raung seiring pedal gas yang dimain-mainkan K Abba. Air sungai yang keruh tampias sana-sini. Toyota ini terguncang-guncang kala melindas batu-batu kali. Syukur, alhamdulilah! Kita berhasil menyebrang. “Eitsssssss!! Sabar dulu, Ma Len dll yang tadi turun dari mobil belum menyebrang. Kasi sebrang do……!!!”
Setelah menyebrangi sungai, jalannya menanjak, berbatu-batu dan bergelombang sedangkan di kedua sisi jalan adalah semak belukar. Aduan setir dan permainan pedal gas oleh K Abba membuat kami bisa melewati jalan itu sekalipun kami terguncang-guncang di dalam mobil.
Pada beberapa titik tertentu, jalan ini di-cor. Kata K Ayub, masyarakat Kakuun yang membuatnya secara swadaya. Sesudah menanjak dan berada di tengah ketinggian, sudah terlihat rumah-rumah penduduk yang di depannya ada papan panel PLTS.
Oh Kakuun, tempat yang sejuk karena menghijau dengan pepohonan. Sumber aer ju dekat di mana-mana. Katanya, waktu BC & Outbond 2009 di sini, lintas alamnya sangat menarik dan menantang para peserta.
Dari Kakuun, kami terus melaju menuju Betun. Ketika berada di puncak Kakuun, kabut amat tebal. Jarak pandang hanya beberapa meter. Di sisi-sisi jalan rumah panggung warga tampak samar karena kabut.
Tiba di suatu tempat, kebetulan hardtop berhenti sejenak. Beberapa anak kecil sedang bermain di pinggir jalan. K Robi yang sementara pegang kamera bilang foto bareng dengan ana-ana dulu bro. Begitu Giring berlari ke arah anak-anak itu untuk foto pose bareng mereka, semua langsung berlari ketakutan. “‘Takut rambut ko ade???”’ Hahahaaaaaa……!!!!! Ma Len tertawa terbahak-bahak melihat hal ini.
Tak lama setelah berjalan, kami kembali masuk ke jalur Atambua-Besikama. Jalannya beraspal namun berlubang-lubang dan penuh longsoran. Jalan yang banyak longsor yakni di kawasan yang katanya Suaka Margasatwa Kateri. “Ko bilang suaka margasatwa tapi di dalam ponu deng kebun.”
Setelah melewati kawasan suaka gundul dan longsoran ini, kami sudah masuk ke kawasan Betun. Rumah Sakit Umum Betun yang megah itu seolah menyongsong kami masuk ke Betun.
Inikah Betun? Banyak pertokoan dan bemo bercat hijau.
Kami lalu mampir ke Gereja Ebenhezer Betun tapi Avansa yang pasti sudah mendahului kami, tidak ada di sana. Kami ke rumah Pak Pendeta, di samping lapangan umum Betun, juga tak ada di sana. Ternyata penumpang-penumpang Avansa sementara pose-pose di jembatan Benenain. Huh!!!!
Pak Pendeta setuju untuk BC di Betun, “ini demi menyelamatkan program pemuda Polycarpus.”
Dari Betun, kami teruskan perjalanan ke Maktihan. Q Tella dan Sprite dari Ma Len memberi semangat baru bagi kami. Sesudah menyebrangi Benenain, jalan menuju Maktihan tak bedanya dengan saluran irigasi. Air membanjiri jalan hingga setinggi ½ ban Toyota. Anak-anak setempat begitu riang berbasah-basahan dalam genangan air di sepanjang jalan, sementara itu ada warga yang berupaya menguras air dari rumahnya. Selamatlah mereka yang berumah panggung.
Toyota kuning ini terus membelah air menuju Maktihan. Terkadang terguncang kala melindas lubang. K Abba bilang kalau mesin mati kita payah. “Kami siap dorong mobil. Ma Len ada kok takut!!!!” Hahaaaaaa…..
Akhirnya sampai juga di Imanuel Maktihan. Loomaten beberapa kilo metar lagi dari sini. Sesudah beristirahat sejenak, kami angkut kembali logistik BC yang sudah disiapkan untuk BC di Pniel Loomaten namun karena kemarin Loomaten kebanjiran sehingga logistiknya dibongkar di Maktihan.
Saatnya menuju Betun. Di belakang hardtop, kami terpaksa rela berbagi tempat dengan beberapa karung beras, ikan kering, satu rak telur dll. “Dudu lipat kaki sa sampe Betun. Kaki keram/kesemutan e!!!!”
Logistik BC diturunkan di rumah Pak Pendeta Ebenhezer Betun. Cerita2 lalu ngopi n makan gorengan. Makasi e Pak Vikaris atas pelayanannya…..!!!
Pulang pi Atambua su gelap malam. Mangantok e!!!! Ma Len deng K Ruben yang dapa tempat enak di depan ko tidor enak e…!!!!! Giring dari tadi hanya diam2 sa. K Abba kadang tanya bilang Giring ada ko??
* * *
Haaaaaaaaah….!!!! Off roadnya yang sulit dilupakan dan indah untuk dikenang. Lebih dari itu, perjalanan hari ini sudah melunasi kekecewaan atas tertundanya BC di Loomaten.
* * *
Pagi-pagi Giring sudah ready to go. K Ady Tameon jemput pakai Thunder dari Dasi Besin ke Polycarpus. Di parkiran gereja, Giring lalu berbasa-basi dengan K Is. Banyak orang yang sudah bermunculan dengan satu hingga dua tas, untung tidak bawa lemari sekalian ke gereja. Tepatnya jam 09.09 Wita, kami semua berkumpul di dalam gedung kebaktian. BC DITUNDA KE TANGGAL 9-11 JULI KARENA KONDISI DARURAT. GEREJA LOOMATEN TERGENANG
BANJIRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR!!!!!
Awiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii……………!
Giring pu badan spontan lemas e. “Ko jao2 dar Kupang, singgah Niki-niki trus lanjut pi Atambua tuk iko BC tapi kok batal?????????????????????????????????????????????????”
Peserta terlihat kecewa berat. K Ay dan K Netty terus berusaha memberikan penguatan-penguatan. “SYUKURLAH KARENA BANJIR TERJADI SEBELUM KITA DI SANA. SEANDAINYA KITA DI SANA BARU BANJIR, BAGAIMANA? KITA HARUS AMBIL HIKMAH DARI INI”, begitulah kata-kata penguatan dari Kepan BC 2010.
Dari pada kecewa, lebih baik stok makanan ringan untuk BC di Loomaten dikeroyok bareng saja. Sayangnya hanya Bro Addy Lado yang bongkar snacknya.
Walau sudah pamit di ortu untuk tiga hari di Loomaten namun jangan malu untuk pulang dini ke rumah e…….!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar