Minggu, 07 November 2010

Butuh Gerakan Normalisasi DAS

Wakil Gubernur NTT, Ir. Esthon Foenay, mengingatkan Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Timor Tengah Utara (TTU) dan Belu serta semua stakeholders harus melakukan gerakan normalisasi daerah aliran sungai (DAS), bukan hanya Benenain. Anak Kali Benenain seperti Kali Ponaf dan lainnya harus mendapat perhatian sehingga keberadaan kali tersebut tidak mengancam manusia.



Bencana banjir di Desa Skinu, Kecamatan Toianas, Kabupaten TTS yang menewaskan 16 orang perlu dijadikan pelajaran berarti dalam membenahi semua daerah aliran sungai.



"Peristiwa Skinu, TTS harus menjadi inspirasi untuk mempercepat realisasi DAS terpadu. Dengan demikian, pemerintah tiga kabupaten dengan bantuan pemerintah pusat betul-betul menaruh perhatian pada DAS yang terkadang membawa malapetaka. Saya prihatin dengan peristiwa kemanusiaan akibat kekuatan alam," kata Esthon di ruang kerjanya, Jumat (5/11/2010).



Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, saat bersama rombongan mengunjungi lokasi banjir dan menghadiri pemakaman korban, menyatakan keprihatinan dan duka mendalam atas peristiwa kemanusiaan itu. Peristiwa itu, kata Lebu Raya, pasti tidak diinginkan oleh siapa saja, tapi telah terjadi karena kemauan alam. "Kita perlu merefleksikan peristiwa ini. Ini bencana tapi perlu diambil hikmahnya. Banjir itu terjadi karena hutan sudah berkurang akibat penebangan liar dan pembakaran oleh oknum yang tidak bertanggung jawab," kata Lebu Raya.



Bupati TTS, Ir. Paul Mella, mengatakan, banjir itu disebabkan kali yang dangkal sehingga tidak mampu menampung air hujan. Kali yang membawa bencana itu, katanya, sangat dangkal, hanya 1 meter, kemudian datang banjir setinggi 2 meter sehingga airnya meluar ke permukiman dan terjadi banjir yang menewaskan 16 warga, harta benda dan banyak yang kehilangan tempat tinggal.



Pantauan Pos Kupang, rumah-rumah penduduk pada dua dusun hancur berantakan diporak-porandakan banjir yang datang pada tengah malam, di saat semua penduduk desa telah lelap dalam tidur. Luapan Kali Ponaf yang daerah alirannya lebih tinggi dari lokasi pemukiman, menyapu tanaman, pohon-pohon hingga puluhan rumah. Terlihat luapan air itu masuk ke jalan lalu meluap ke sayap kiri dan kanan tempat pemukiman penduduk.



Selain Kali Ponaf, masih ada dua kali di sekitar yang rawan banjir.



Dibahas Satkorlak Dari SoE, Ibu kota Kabupaten TTS dilaporkan, Ketua Satkorlak yang juga adalah Wakil Bupati TTS, Drs. Benny A Litelnoni, mengatakan, upaya penanganan pasca bencana banjir bandang di Desa Skinu, segera dibahas bersama bupati dan pihak teknis terkait.



Penanganan bencana di TTS perlu dibahas bersama dan dipersiapkan secara baik agar penanganannya tepat sasaran, sehingga tidak terjadi hal yang sama di kemudian hari. "Upaya penanganan pasca bencana, termasuk pemulihan psikologi sosial bagi korban dan warga sekitar yang terkena dampaknya," kata Litelnoni saat ditemui di rumah jabatan wakil bupati, Jumat (5/11/2010). Litelnoni mengatakan, penanganan pasca bencana banjir bandang di Desa Skinu akan dilakukan normalisasi kali. Namun tergantung hasil identifikasi tim teknis, jika tidak memungkinkan, maka korban akan di relokasi pada tempat yang lebih aman pada tahun 2011 mendatang.



Menurut Litelnoni, Satkorlak terus membuka kesempatan kepada pihak-pihak yang ingin memberi bantuan kepada korban banjir bandang di Skinu, namun melalui Satkorlak agar bisa terpantau dan terfokus pada korban.



Menurut Litelnoni, tahun 2010 ini Kabupaten TTS mendapat bantuan dana bencana dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pusat sebesar Rp 6,5 miliar. Namun pemanfaatannya berdasarkan usulan pemerintah daerah sebelumnya, sehingga tidak termasuk bencana di Skinu. Walau demikian, Litelnoni menegaskan, jika dana tersebut masih tersisa maka bisa dimanfaatkan untuk penanggulangan pasca bencana banjir bandang di Desa Skinu.



Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten TTS, Drs. Martinus Tafui, mengatakan, untuk penanganan tanggap darurat bagi korban bencana banjir bandang di Desa Skinu, telah dibangun dua posko pelayanan umum dan kesehatan. Dan, pemerintah daerah juga telah mencairkan dana tanggap darurat sebesar Rp 50 juta untuk membantu para korban menyedikan berbagai kebutuhan mereka.



Selain itu, lanjut Tafui bantuan beras sebanyak dua ton, supermi dan biscuat masing-masing 40 dos, lampu strongking 8 buah, perlengkapan dapur, kain panas dan kain sarung masing-masing 100 lebar, air mineral 50 dos, terpal 30 buah dan center berukuran besar sebanyak 4 buah. Menurutnya, untuk bantuan air bersih telah disiagakan satu buah tangki air dan dua fiber untuk menampung air pada lokasi pengungsian sementara di kantor desa setempat.



Tafui mengatakan, sesuai hasil identifikasi, sebanyak 161 rumah rusak yang terdiri dari 155 rusak ringan dan 7 rusak berat atau terhanyut serta ternak sapi sebanyak 5 ekor, sementara ternak lainnya belum teridentifikasi.



http://www.pos-kupang.com/read/artikel/54854/regionalntt/tirosa/2010/11/6/butuh-gerakan-normalisasi-das

Tidak ada komentar:

Posting Komentar