Sabtu, 01 Agustus 2009

Air Kembang Satu Rupa

“dari rumah biru ada, goresan biru pada karpet biru
tentang derasnya darah biru di bawah langit biru”
(untuk semua rekan-rekan sepergerakan di segala penjuru)

Rabu, 13 Desember 2007
Satu per satu nama kami dibacakan Bung Sekretaris Cabang GMKI Kupang periode 2006-2008, Bung Yerianus Riwu Hadjo. Dengan langkah pasti kami maju ke hadapan Ketua Cabang, Bung Patje Tasuib yang tampil gagah dengan batik necisnya. Tangan kami dipegang lalu dicelupkan ke dalam wadah berisi air setelah itu kembali duduk. Seremoni tersebut sebagai symbol bahwa kami yang berjumlah 361 orang sudah terlantik menjadi anggota baru GMKI Cabang Kupang yang telah mengikuti masa perkenalan beberapa waktu lalu. Sayangnya, ada anggota baru yang tidak mengikuti pelantikan itu.
Acara pelantikan yang berlangsung di gedung kebaktian Jemaat Talitakumi Pasir Panjang, Kota Kupang diawali dengan ibadah singkat oleh seorang petugas. Dalam khotbah yang diambil dari Galatia 1:11-19 tentang pemilihan dan penugasan Rasul Paulus, ada satu hal yang saya garisbawahi yaitu kita harus mencerminkan nilai Kristiani dalam mewujudkan syalom Allah di muka bumi ini. Kita juga diutus untuk orang lain sehingga harus rela berkorban.

Pada kesempatan itu, Om Theodorus Laudesi yang mewakili kami anggota baru di atas podium, mengatakan bahwa masalah orang lain–di medan layan juga merupakan masalah kami juga. Acara pelantikan ini hendaknya bukanlah seremonial belaka tetapi hendaknnya dimaknai demi gerakan kita.
Sebagai penguatan bagi kami anggota baru, Bung Ebets Ndoeka, senior member yang berkesempatan hadir, mengatakan bahwa 361 anggota baru yang dilantik merupakan asset Negara terutama asset Tuhan Yesus, sang Kepala Gerakan. Dalam ber-GMKI, sering terjadi tabrakan antara studi dan organisasi sehingga harus ada manajemen yang baik dan juga pengorbanan. Usia muda ini hendaknya dimaksimalkan untuk belajar di organisasi ini seperti memimpin rapat, memberikan sambutan dan sebagainya. Jangan sampai setelah tamat kuliah diangkat menjadi Ketua RT lalu sambutan Lurah misalnya didisposisikan ke Ketua RT tetapi tidak bisa membawa sambutan. Ha ha ha . . . . !!!
Beliau pada kesempatan itu juga mengkritisi kami yang tadinya sangat terlambat memulai acara ini dan banyaknya anggota baru yang sudah buruan kabur sebelum acara selesai. Maklum saja, sudah malam jadi mungkin takut tidak mendapat angkutan kota untuk pulang ke rumah.
Suntikan semangat bergerakan yang terakhir dating dari Bung Patje yang mengharapkan adanya komitmen kami dengan organisasi terutama komitmen kepada Kepala Gerakan. Tiga hal yang ditegaskannya yaitu rendah hati, hadirlah untuk orang lain dan kepada BPC serta Pengurus Komisariat, tulisilah anggota baru ini yang ibarat kertas putih.
Asyik juga acara pelantikan yang berlangsung di gedung gereja yang cukup megah ini. Apalagi banyak Usi cantik-cantik dari komisariat yang lain. Siapa tahu ada yang bisa ditembak nih sekaligus mewujudkan plesetan GMKI – Gerakan Mencari Kekasih Idaman. Ha ha ha . . .!!! Sayangnya tidak bisa melirik Usi-Usi ini karena saya duduk bersama teman-teman Komisariat Rabbi di kursi terdepan. Tidak enak kalau harus terus menengok ke belakang kan? Yah! Curi pandang saja.
Satu kesempatan yang saya sia-siakan dalam momentum ini yakni saya tidak meraih kesempatan untuk membawa sambutan mewakili anggota baru padahal sebelum acara pelantikan dimulai, Om Jhon Liem, Sekfung Kader sudah menawarkan kesempatan bagi kami. Ketika Om Jhon menanyakan kami, siapa yang bersedia membawa sambutan nanti, semua diam. Saya bersedia membawa sambutan itu tetapi masih malu-malu ancungkan jari akhirnya Om Theodorus Laudesi lebih dahulu menyatakan kesediaanya.
Oh iya, ada satu cerita yang hamper terlupakan. Ketika acara sudah hendak berlangsung, bendera Merah Putih dan bendera GMKI belum terpasang karena tidak ada tiang bendera. Saya bersama Om Engki Pobas pergi ke secretariat untuk mengambil tiang bendera tetapi tidak ada. Akhirnya, jalan pintas dianggap pantas. Pipa-pipa di samping gereja kami manfaatkan saja. Tinggal mengambil bekas pot bunga, mengisi pasir lalu menancapkan kedua bendera. Beres bos!
Aduh! Sudah kelaparan nih karena tadi habis kuliah pukul 15.00 Wita langsung menuju gereja. Tenang saja! Kan setelah acara pelantikan pasti ada acara makan-makannya to. Teman-teman yang pulang lebih dahulu ternyata membuat jatah pisang rebus kami cukup lumayan. Tinggal olesi dengan sambal dan. . . . nyam! nyam! nyam! mmm!
Eh! Mengapa judul cerita ini kembang satu rupa?
Air yang dipakai untuk membasuh tangan anggota baru itu kan dicampur kembang tapi bukan kembang tujuh rupa. Hanya satu rupa saja. Tadi kan saya dengan beberapa teman yang mengambilnnya diseputaran gereja. Kalau kembangnya tujuh rupa, dikuatirkan waktu pembasuhan tangan, anggota baru tidak membasuh tangan saja tetapi malah mandi kembang. Lagi pula kan kita satu rupa.
Ha ha ha . . . !!!
Bangkitlah menjadi taruk bagi bangsa! Syalom.

Catatan : di GMKI Cabang Kupang, gelar Om atau Bung dipakai untuk menyebut laki-laki sedangkan gelar Usi dipakai untuk menyebut perempuan dan gelar Ma’ atau Mama untuk senior perempuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar