Minggu, 06 Juni 2010

Enam Warga TTU Tewas Tertimbu Mangan

Yulius Nono,18 warga perkampungan Bakitolas Desa Motadik Kecamatan Biboki Anleu Kabupaten Timor Tengah Utara, Sabtu, 5/6 tewas tertimbun batu mangan. Pemuda desa itu ditemukan tewas dalam lubang sedalam kurang lebih dua meter di lokas tambang mangan Oekam Kelurahan Ponu.
Tewasnya Yulis menambah panjang daftar korban tewas tertimbun mangan di TTU. Sebelumnya sudah ada lima korban meninggal, masing-masing, seorang ibu hamil, Ny. Ida Radja Alunpah, Oktovianus Bani, Ny Adelfina Kaet dan Agustinus Sila dan Ny. Martha Lay Toto.

Artinya hingga kini sudah ada enam orang warga TTU yang meregang nyawa saat mencari mangan. Korban diduga meninggal akibat patah tulang belakang saat tertindis bongkahan mangan dalam lubang.

"Kami baru mau suntik infus, napasnya sudah putusjadi terpaksabuka kembali infusnya," ungkap salah seorang petugas Puskesmas Ponu saat ditemui Timor Express Sabtu (5/6) sore lalu.

Menurut sang petugas, dari hasil pemeriksaan visual korban mengalami patah tulang punggung. Selain korban Yulius Nono, sebelumnya petugas Puskesmas Ponu memastikan ada warga lain, yaitu Ny. Martha Lay Toto yang meninggal karena tertimbun mangan.

Dari dua korban tambang Mangan tersebut menurutnya kondisi paling parah dialami korban pertama. Sejumlah keluarga korban yaitu, Aloysius Sasi dan Alfons Taeki yang ditemui wartawan di ruang jenazah Puskesmas Ponu Sabtu sore lalu menjelaskan korban yang adalah warga Desa Motadik meninggal di wilayah tambang Mangan Kelurahan Ponu.

Menurut mereka ayah korban, Marselinus Nono sudah dua tahun menjalani perawatan di Puekesmas Ponu. "Mungkin dia (korban) mau gali mangan untuk mendapatkan uang guna membeli obat untuk bapaknya," ujar Alfons disamping jenazah korban.

Menurutnya, korban sudah lebih dari dua tahun menjadi penambang mangan secara manual untuk menghidupi kedua orangtuanya. Ibu kandung korban jelas Alfons juga sudah berumur.
Karena itu korban menjadi satu-satunya tumpuan harapan keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

"Jenazah kami terpaksa semayamkan di rumah bapak kecilnya di Kampung Baru Ponu. Kalau kami bawa pulang ke Motadik juga disana tentu sulit dapat orang untuk urus tuntas masalah ini," ujar Alfons.

Senada dengan itu Aloysius Sasi membenarkan kondisi ekonomi keluarga korban. "Dia ini (korban) masih keluaga dekat saya dan saya tahu persis keadaan mereka,lebih baik jenazahnya kami bawa dan semayamkan di rumah saya saja," ungkapnya.(ogi)

Sumber:http://www.timorexpress.com/index.php?act=news&nid=40014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar