Minggu, 24 Oktober 2010

Daaaaaaaaaaaa, Polycarpus!!!

Sopir bus Sinar Gemilang lalu tancap gas meninggalkan terminal bayangan di Km. 3, depan rumah K Ayub. Daaaaaaaaaaaaa, Polycarpus, sampai jumpa di lain waktu dan kesempatan. Terima kasih atas sambutannya sebagai saudara. Terima kasih karena kemarin sudah campakan Giring ke kolam Tubaki. Terima kasih atas semua-muanya. Itu akan menjadi kenangan terindah.
Ketika kita bersama-sama melambaikan tangan dan mengucapkan salam perpisahan bagi Pemuda Ebenhezer Betun, itu adalah sejarah. Namun ketika Giring seorang diri mengucapkan salam perpisahan bagi Pemuda Jempol, itu adalah sebuah beban. Sepertinya mau tinggal di Atambua saja.
* * *
Sesampai di Niki-niki, Giring langsung membuat berita BC 2010 Pemuda Jempol Atambua dan menginsert foto bersama yang di depan SD GMIT Betun. Berita ini kemudian dikirim via email ke Ongki Ulan, salah satu teman yang adalah wartawan Timex di Atambua. “Di Niki-niki sonde ada warnet jadi akhirnya harus ke So’e untuk kirim beritanya” Foto dan berita itu kemudian terbit secara terpisah di Timex. Fotonya terbit pada Kamis, 15 Juli 2010 sedangkan beritanya Jumat, 16 Juli 2010. “Cieh! Kitong pu muka muncul di koran e…!!
* * *
Sejak itu hingga kini walau terpisah oleh jarak namun Giring dan pemuda Jempol tetap menyatu di hati. Giring sering SMSan dan chatting atau coment dengan beberapa pemuda Jempol. Tak jarang kami saling membantu via HP dan FB.
Di awal Agustus, K Sil menghubungi Giring untuk mengirim berita tentang BC di Betun karena pemuda Jempol mau terbitkan buletin. Berita dan beberapa tulisan memang ada tapi bagaimana kirimnya? Giring waktu itu sedang mengikuti Konferensi Cabang GMKI Kupang di Miomafo Barat, TTU. Tak ada akses internet. Salah satu pilihan adalah menempuh perjalanan sejauh 27 Km ke Kota Kefa untuk cari warnet lalu kirim berita dan beberapa tulisan. Berita yang dikirim dan dimuat di buletin pemuda Jempol edisi Agustus itu adalah polesan berita yang dimuat di Timex.
* * *
Pada suatu siang, Giring yang baru pulang kampus bertemu dengan orang Polycarpus, Lonie Salau bersama dua cewe lagi. Cewe yang satu itu bilang “Eh, K Giring!”
“Sapa e???” Ternyata dia Lodia Banik Pemuda Jempol lulusan SMA 1 Atambua yang ikut tes di Undana dan lulus dengan pilihan Prodi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah. “Mmmmmm, berarti ni yunior e! Nanti baru pelonco di kampus!
Dia kan ikut BC di Betun juga to...
* * *
Setelah pulang dari Atambua, Giring langsung memplontoskan kepala. Haaaa!! Kepala jadi ringan nih!
“kenapa gunting rambut?” Itulah nazar. Setelah berhasil ke Atambua harus gunting rambut. Beberapa dosen di kampus sering menegur Giring yang rambutnya kribo. “Tunggu dulu Pak, beta pulang dari Atambua baru kasi plontos sa. Beta piara rambut hamper satu tahun untuk bisa pi Atambua. Sonde enak kalo pi Atambua dengan kepala botak. Sihir dan pesona Giring bisa hilang”
Walau sekarang rambut tak sekribo dulu namun Giring masih tetap Giring. Sekali Giring tetap Giring. Merdeka!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar