Minggu, 24 Oktober 2010

Here I’m

Kamis, 8 Juli 2010
Ketika hati terkandas pada yang jauh di sana, impian dan tekad mulai mengalir dalam jiwa menjadi sebuah gemuruh. Impian dan tekad itu melecutkan semangat, mengobarkan perjuangan untuk mengindahkan impian pada waktunya.
Bagi Giring, Atambua, Gereja Polycarpus dan kehadiran di Pniel Loomaten bersama Pemuda Jempol adalah sebuah impian. Sejak awal 2010, ketika menemukan sekian banyak pemuda Jempol di facebook, komunikasi mulai terbangun lancar baik via chatting maupun SMSan. Sejak itu timbulah niat untuk mengikuti BC di tahun ini. Niat ini kemudian diamini oleh beberapa teman pemuda Jempol, apalagi K Netty dan K Gina. Impian tentang kehadiran di Atambua, berada di Gereja Polycarpus dan kehadiran dalam BC bersama pemuda Jempol semakin menyala-nyala. Saking hebatnya impian ini, logo pemuda Jempol ditempel pada dinding kamar Giring. Foto gereja Poycarpus selalu dilihat. Letak Gereja Polycarpus kerap di-zoom in di Google Earth.
Ketika Giring ke Atambua dan masuk ke Gereja Polycarpus pada 1 Juli lalu berarti dua impian Giring telah indah pada waktunya. Namun ada satu impian yang belum indah pada waktunya yaitu kehadiran dalam BC 2010 karena BC yang rencananya di Loomaten ditunda. Untuk mewujudkan impian untuk hadir dalam BC, Giring haruslah sabar dan setia.
Sudah lewat pukul lima sore. Satu jam lebih Giring menunggu bus Atambua di Niki-niki namun hanya satu bus yang datang. Itu pun full dengan penumpang. “Mau karmana pun ni malam beta harus sampe di Atambua. Biar badiri sa di atas bis ju bae lah!” Untunglah Gemilang muncul dan masih ada satu kursi kosong.
Gemilang yang tidak bermusik ini akhirnya membawa kami sampai di Atambua dengan cara saksama dan dalam tempo yang selambat-lambatnya. Sudah malam. Pemandangan di luar tidak terlalu gelap karena diremangi lampu jalan. “Dasi Besin yang papan nama jalannya miring itu di mana e??” Setelah jembatan di Km.2 lalu sampailah di Dasi Besin.
Dari Dasi Besin kemudian menuju Lopo Tech. Di sini ada K Netty cs. Ada juga K Daud dan K Ruben yang membuat papan nama Jemaat Pniel Loomaten. K Ruben potong kertas sambil makan jagung bunga yang dibawa Giring.

Jumat, 9 Juli 2010
Waktu di HP Giring menunjukan 12.40 Wita. Tiga truk kuning dan satu hardtop beriringan meninggalkan halaman Gereja Polycarpus. Di atas truk yang Giring tumpangi, ada juga K Is, K Sil, K Nensy, K Ita cs (Opa Tameon, Nina Ate, Lodia Banik, Mira, Sarah dll). Baru sampai di Km 1, kami disambar hujan lebat. Semua panik lalu terburu-buru tarek terpal untuk berlindung dari hujan. “Sorry sister, tidak ada tali jadi pegang terpal sa e! Pegang kuat sa. Jang sampe angin tiup bawa kita deng terpal”
Ketika masuk kawasan Km. 3, hujan sudah reda.
* * *
Truk-truk dan hardtop terus beriringan menuju Betun. Giring lalu memilih untuk duduk di bagasi truk dengan Opa Tameon, biar pemandangannya bisa dinikmati.
Banyaknya ranting pohon yang merunduk membuat kami harus merunduk bahkan tiarap di atas truk. Terkadang kami terguncang-guncang karena jalannya yang tidak mulus. Kondisi jalan dari pertigaan Halilulik sampai Betun memang memenuhi syarat untuk dikasihani. Segala jenis lubang ada di sini. Mulai dari lubang seukuran lubang untuk menanam papaya sampai lubang seukuran lubang kubur. Seandainya ada yang celaka dan mampos di jalan ini, kubur saja di lubang-lubang yang ada di sepanjang jalan. Longsoran yang sampai di badan jalan juga terlalu banyak ditemukan di sepanjang jalan. Jalan ini merupakan salah dua atau mungkin salah tiga jalur menuju Betun dan Besikama bahkan menuju Motamasin, perbatasan RI dan RDTL, tapi kok bisa begini??? Mungkin kalau bupati atau gubernurnya orang Betun atau Besikama baru jalan ini bisa mulus, semulus paha cewe yang pakai celana umpan. Hahahaaaaaaaa!!!!!

Memasuki Kota Betun, kami disongsong hujan rintik. Setelah 204 menit menempuh perjalanan dari Polycarpus Atambua, akhrinya kami sampai di Ebehezer Betun. “Astaga, terpal di truk yang memuat berbagai perlengkapan setumpuk tas kami, bocor. Semua basah! Oh, Tas Giring yang berbahan dasar kantung semen Tonasa kedap air.”
* * *
Welcome to Ebenhezer Betun.
Kami lalu berjabatan tangan dengan pemuda Ebenhezer Betun. Tanpa menunggu lagi, K Maya mengambil alih ibadah pembukaan dengan bacaan Alkitab, I Samuel 3: 1-10. Ibadah ini kemudian diikuti dengan cek & recek peserta serta registrasi perserta dari Betun, kemudian pembagian kelompok. K Sil, dari Seksi Acara kemudian memberi nama setiap kelompok dengan nama hewan. Giring dan teman-temannya yang berada di kelompok lima mendapat nama Kelompok Tikus. Setiap anggota kelompok harus berperan sebagai bagian tubuh dari nama binatang seperti nama kelompoknya. Lalu mulailah perkenalan antar kelompok. Satu kelompok mendapat giliran untuk memperkenalkan diri lebih dahulu. Salah satu anggota kelompok yang berperan sebagai bagian tubuh binatang itu lalu memperkenalkan diri. Kelompok itu kemudian memilih kelompok lain. Bagian tubuh dari binatang itu (nama kelompok) yang hendak dikenal disebut kemudian anggota kelompok yang berperan sebagai bagian tubuh itu berdiri lalu memperkenalkan diri. Asyik!!!! Asyik !!! Cara perkenalan ini. Kreatif ju e!! Kalau waktu BC 2008 di Niki-niki, kami tulis nama di kertas baru saling mencari. Entah bagaimana dengan BC 2009 di Kakuun???
“Btw, KELOMPOK KODOK (K Netty, K Gina dll) mana e????
* * *
Dia Memanggilmu, materi pertama yang kami terima di malam ini dari Pdt. Dessie Tatengkeng, S.Th. Dengan gaya penyampaian yang terkadang bernada guyon, Pdt. Dessie menguraikan materinya slide per slide tentang panggilan Samuel dan keteladanan Samuel dalam menjawab panggilan Tuhan. Sehabis makan malam, kami lanjuta
kan dengan sharing bersama. Ada satu hal yang Giring tak sempat sharingkan malam itu yakni kita sebagai pemuda Kristen tidak hanya dipanggil oleh Tuhan tapi juga dipanggil oleh iblis. Suara iblis kadang selembut dan semanis suara Tuhan sehingga kita kira itu panggilan Tuhan. Setelah menjawab dan mengikutinya baru sadar kalau dia adalah iblis. Jadi selektiflah dalam menjawab panggilan Tuhan. Alkitab hendaknya dijadikan alat ukur untuk membedakan suara Tuhan dan suara iblis.
* * *
Karena agak kelelahan, setelah sharing dengan Pdt. Dessie, kami langsung ke penginapan, SD GMIT Betun untuk bobo. Yang perempuan di ruangan kanan sedangkan kami yang laki-laki di ruangan sebelah kiri. “Kalau yang tidak berjenis kelamin atau yang berjenis kelamin ganda tidurnya di mana e?” Hahahahaaaaaa……!!!
“Mat bobo kawan2 smua!!! Moga mimpi buruk. Tidor su, jang bacerita le…!”
Terpal biru yang dingin dirasakan bagai kasur busa yang empuk.


Sabtu, 10 Juli 2010
Baru 03.00 Wita dini hari, Giring sudah terjaga. Teman-teman se-terpal masih pulas. Mungkin sedang bermimpi tentang cewe-cewe Betun atau mungkin bermimpi tentang Piala Dunia. Jawabannya mungkin bisa tebaca dari gaya tidurnya. Oh ya, di ruangan ini kami tidur beralaskan terpal biru, ada yang masih beralaskan lagi selimutnya dan berbantal handuk, namun yang lebih unik adalah ada yang tidur beralaskan teman dan berbantal paha temannya. “Hahaaaa…!!!! Batendes su.. Biar hangat e bro dong!!!”
“Ah, lebih baik Giring bangun dan mempersiapkan renungan untuk ibadah pagi nanti. Kemarin, waktu di Lopo Tech, K Sil sudah meminta Giring untuk memimpin ibadah pagi.” Baru mencari-cari ayat untuk renungan, beberapa teman terjaga dan ikut bangun lalu bercerita-cerita entah soal apa. Konsentrasi buyar. Ruangan kembali hening setelah mereka saling mengajak untuk jalan-jalan pagi di Betun. Giring kembali mempersiapkan renungan yang diambil dari I Samuel 3:4-10.
Sudah pukul empat lebih, K Sil lalu memberi komando supaya Saat Teduh alias Sate. Giringlah yang mengambil alih Satenya. Setelah menyanyikan beberapa lagu, kami ibadah sesuai liturgi Sate dalam buku panduan BC. Menjelang doa penutup, beberapa cewe dari ruangan sebelah masuk dan bergabung dengan kami untuk Sate. “Jang kecewa e tapi kami tinggal mau doa penutup sa. Biar kita menyanyi-menyanyi dulu supaya sister dong jang kecewa. Nanti setelah itu baru salah satu sister pimpin doa penutup e!”
* * *

Akhirnya mendapat giliran untuk mandi setelah sekian lama antri panjang. Dari penginapan langsung ke lapangan voli Ebenhezer untuk olahraga. M m m m m !!! Giring yang memimpin senam pagi (hanya beberapa gerakan dari Senam Kesegaran Jasmani/SKJ 1998 Seri B). Semasa di SD, setiap pagi kami selalu senam dengan senam versi ini sehingga sampai sekarang Giring masih ingat beberapa gerakannya. “Tangan memegang kedua tempurung lutut, lutut sedikit ditekuk lalu pantat diputar ke kiri dan ke kanan sebanyak 2 kali 8 hitungan”
“Haaa???? Gerakan apa ni???”
“Ngebor lantai lapangan to!!! Hahahahaaaa….!!!!”
Senam pun selesai. Kami beralih ke olahraga lain. Berdiri dalam bentuk lingkaran sambil berpegangan tangan. Dengan iringan lagu Lifau yang dinyanyikan Jhony Lopez, kami berjalan memutar sambil
menghentakkan kaki. Sesekali disertai teriakan.
“Hia…….!!!! ”
“1….., 2……, 3!”
“Hia……!!!!”
Sehabis merenggangkan otot yang semalam kaku di atas terpal, Kemudian ibadah pagi. Sudah pasti Giring yang memimpin ibadah. “Sdr/I sekalian maupun tidak sekalian….” Baru mau mengawali ibadah, Giring sudah membuat hadirin tertawa terbahak-bahak. “Awas gigi kering!!!” Renungan yang tadi sudah dibuat kerangkanya tinggal disampaikan dengan mengembangkannya sembari menyisipkan beberapa humor. “Mari kita menyanyi, memuji Tuhan dari BCL (Bible Camp Lagu) nomor berapa saja….”
“Ada2 sa ni anak. Mau pimpin ibadah atau mau maen lawak???”
Hanya dua kemungkinan. Kalau bukan beribadah dalam lawak, ya, berlawak dan ibadah...
* * *
Begitu Giring turun dari mimbar kecil, Pdt. Ony Ndoen, S.Th kemudian menuju meja di depan mimbar utama. Hari ini Pdt Ony yang didampingi moderator, K Nensy, hendak menyampaikan materi Belajar dari Tokoh Samuel dalam Menjawab Panggilan Tuhan. Keteladanan Samuel diuraikan satu per satu secara jelas. Setelah itu, Pdt. Ony meminta kami secara berkelompok mengaitkan keteladanan Samuel bagi pemuda Kristen dalam konteks lingkungan gereja, keluarga, pacaran, pencapaian cita-cita dan dalam konteks Ipteks. Tugas kedua yaitu setiap kelompok harus mempresentasikan fragmen yang mencerminkan tentang isi materi tadi.
Kelompok Tikus (Nina Ate, Vira, Marlen, Rully, Teny, Semry, Yopi Berimau, Erwin Kana Kaja dan Giring) menyelesaikan tugas pertama dan membahas tugas kedua. “Yel-yelnya apa e??? Mau pentaskan apa”
“Gini sa, kita pentaskan kisah pemanggilan Samuel oleh Tuhan. Hanya bahasanya versi bahasa sehari-hari”
Okelah kalau begitu. Yopi berperan sebagai Tuhan, Semry sebagai Samuel dan Giring sebagai Eli. Tinggal yel-yelnya.
Giring ada rancangan yel-yel nih yang dimodifikasi dari lagu Slank. Di sini tempat jawab Tuhan. Salah tempat kalau kau jawab pacar. Di sini tempat orang yang penuh kemurahan. Tempat orang yangm urah hati…..
Kebetulan selain bernama Tikus, kelompok kami juga menyandang nama Kelompok Kemurahan. Yel-yel ini karena dalam kondisi mendesak sehingga disetujui saja oleh teman-teman.
Satu per satu kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Setelah itu, Pdt. Ony membuat kesimpulannya.
* * *
Kesimpulan dari Pdt. Ony mengakhiri session materi pertama. Pak berambut putih, mungkin pemateri kedua, telah menunggu di luar. Sebelum Pak itu masuk ke dalam gereja, kami masih dikhotbahi K Netty. K Netty bernada tinggi kepada kami demikian karena menurutnya tadi malam di ruang inap kami (laki-laki) konser sampai tengah malam. Baru dini hari sudah bangun dan konser lagi. “Interupsi! Dalam rangka klarifikasi. Setahu Giring, tidak ada konser dini hari di ruangan inap kami. Kami menyanyi hanya ketika Saat Teduh di atas pukul empat. Yang berisik di atas pukul tiga dini hari hanya beberapa teman yang terjaga dan bercerita namun tidak lama sudah hening setelah mereka jalan-jalan pagi di seputaran Betun”
Kami kemudian dikhotbahi lagi oleh Pak yang tadi duduk di luar tu, Pak Robert Martinus, B.Th dengan topik HERE I’M. Landaspijak beliau adalah I Petrus 3:9-10. Ayat ini didukung oleh setumpuk ayat yang disodorkan kepada kami. Suara bass Pdt. Robert terdengar tegas dalam memberi ulasan. Giring selalu siaga menyimak beliau karena peserta selalu disuruh membacakan beberapa ayat atau dijadikan alat peraga. Kalau tidak siap siaga payah su……
Tidak ada session tanya jawab bersama Pdt. Roberth, apalagi Pak Melki Takoy sudah memberi sinyal kepada beliau kalau waktunya sudah habis dan saatnya giliran Pak Melky untuk menjadi narasumber Sharing Tentang Organisasi Pemuda dan Masalah-Masalah di Sekitar Pergumulan Pemuda. Sebelumnya Pak Melky membagi kami menurut jemaat. Giring terdampar di kelompok pemuda jemaat Boas dan Kamanasa. Banyak masalah kepemudaan khususnya dalam pemuda Jempol yang disorotnya. Pak Hero dan K Gina, sebagai BP Pemuda Jempol periode 2007-2010 yang sementara duduk di kursi deret belakang kerap disebutnya.
* * *
Antrian terlalu panjang di penginapan. Giring nyaris tak mandi dan sudah nekat ikut kebaktian Penyegaran Iman (KPI) dengan tidak mandi. Tapi syukurlah, ada WC lowong. Sayangnya saluran pembuangan tersumbat sehingga sabun tergenang. Busa dan kulit sampo mengapung-apung. Ketika mandi, ya berdiri di atas closed lah. Ketika mau pakai celana panjang, terpaksa berdiri di atas bak WC supaya celana tidak basah oleh genangan air. “Untung ada bak WC. Kalau tidak ya, panjat tembok baru pake celana to…… Hahahaaaaaaa!!!”
* * *
Semua telah memasuki gereja dan menempati bangku-bangku panjang yang tadinya kosong. “M m m m m !!!! Pu harum lai. Ko orang dong baru habis mandi na.” Para cewe terlihat begitu manis seperti gula aer. Para begitu perkasa, seperkasa tiang penyangga lonceng gereja Ebenhezer.

Bro Addy Lado, Dini, Sarah dan Tasya sebagai singer kemudian memandu kami menyanyikan beberapa lagu memasuki KPI. Kemudian, Pdt. Roberth mulai masuk dengan khotbahnya untuk menyegarkan iman kami.
Entah bagian mana dari Alkitab yang dijadikan bahan renungan, Giring tak tahu. Sekilas dengar, khotbah beliau tentang Simon, penjala ikan yang dipanggil Yesus menjadi penjala manusia. Keseluruhan khotbah tidak disimak dengan serius. “Tadi kan Giring sudah konsep drama untuk Talent Show setelah KPI. Naasnya, konsep itu hilang. Gmn e?? Setelah lama mikir, yah buat berita kocak saja.” Sepanjang khotbah Giring dengan terburu-buru membuat beritanya. Khotbah selesai, 8 berita kocak selesai.
* * *
This time for Talent Show!
Kelompok Tikus dalam status ready to show.
K Sil lalu memaanggil nama kelompok secara acak untuk tampilkan talent-nya. Yossi, Meylisa cs sebagai kelompok yang pertama unjuk kebolehan dengan puisi yang dibacakan Yossi. Setelah itu, K Engel cs mementaskan drama mereka. Semua kru kelompok Tikus hanya tahan napas ketika K Sil hendak membacakan nama kelompok berikut. Ternyata kelompoknya Atri Riwu cs yang tampil dengan musikalisasi puisi. Kelompok Tikus yakin ini kali dapat giliran pentas. Sayangnya, K Ruben dkk (Kelompok Kucing alias Meong) yang maju dan menyanyikan sebuah lagu. Kelompok Tikus kapan e?? Ini masih giliran kelompoknya K Monche, K Ita cs yang menyanyikan lagu dengan musik dari alat dapur. Kemudian disusul kelompoknya Mira, Ida cs yang cukup mengguyon dengan puisi kocak mereka. Kelompoknya Lodia Banik, Yana Manafe cs juga tak mau ketinggalan show. Lalu, ada satu kelompok lagi yang mengutus Djeni untuk show dengan menyanyikan sebuah lagu secara solo. Yonel cs mementaskan drama tentang pemuda yang mabuk. Talent Show di malam minggu ini lalu ditutup dengan masuknya Kelompok Tikus ke arena pentas dan tampil dengan begitu fantastis, spektakuler dan memukau berpasang-pasang mata di ruang kebaktian ini. Kelompok Tikus mementaskan Berita Kocak. Giring menempati posisi penyiar dan berdiri di mimbar kecil sedangkan yang lain di samping kanan mimbar, bergilir melaporkan beritanya. Nama acara kami K ALDI alias Kemah Alkitab Dalam Berita. Beritanya aktual, menarik, fantastis, bombastis, romantis dan menggelitik sehingga banyak “pemirsa” yang tertawa histeris.
* * *
Kami semua duduk melingkar di lantai gereja. Neon dipadamkan. Hanyalah sebatang lilin besar meremangi kami. Kami semua tertunduk menghayati lagu yang dinyanyikan dengan penuh perasaan. Kata-kata refleksi yang bernada penyesalan, penyerahan diri pada Tuhan dan sebagainya menggema dalam gereja, meresap hingga sum-sum lalu menggelorakan selaksa rasa dalam onggokan hati. Entah berapa banyak hati yang tersentuh. Entah berapa galon butiran air mata yang jatuh. Entah berapa viber ingus yang mengalir. Semua ini bukanlah rengekan namun sebuah wujud ungkapan Here I’m.
* * *
Refleksi selesai. Yang terlihat hanya bekas air mata dan ingus di lantai gereja. K Ayub lalu mengambil alih microphone, menyesalkan ulah kami yang tidak menjaga kebersihan WC di penginapan sampai saluran pembuangannya tersumbat sampah dan pasir. Pak Hero juga menyesalkan ulah beberapa teman peserta yang dini hari tadi jalan-jalan pagi sampai PLN Betun tanpa sepengetahuan panitia. Selain itu juga menyesalkan KONSER semalam di penginapan (ruang tidur laki-laki).

Minggu, 11 Juli 2010
Begitu bangun pagi, eh ada Pak Hero di depan pintu ruangan. Rupanya tadi malam kami dikawal ketat panitia. Ketua Pemuda saja turun langsung ke TKP untuk mengawasi kami.
Beberapa teman laki-laki di ruang inap kami yang kemarin ‘konser’ dan yang jalan pagi sampai di PLN Betun membuat panitia tak ingin kecolongan lagi.
* * *
Kami semua lalu dikerahkan untuk membersihkan halamn gereja dan kembali untuk mandi di penginapan. Dari pada antri panjang di di penginapan, K Ay bilang mandi saja di kamar mandi gereja. Tidak perlu timba air lagi. Bak mandi sudah tersambung selang dari sumur. “Byurrrrrrrrrrrrrrrrr!!!”
Kebaktian pagi ini dimpimpin oleh Pdt. Vita dengan bacaan Alkitab dipilih dari Nehemia 4:1-14.
Bangku-bangku dalam gereja tidak ada yang kosong. Giring dan K Ay di bangku paling belakang. Jemaat Ebenhezer yang ikut kebaktian tidaklah banyak, yang paling banyak adalah peserta dan panitia BC yang jumlahnya ratusan orang. Saking banyaknya, pihak gereja harus menambah kursi pinjaman di sisi kiri dan kanan gereja.
Selepas kebaktian, dibawah komando Pak Hero dan K Ay, kami sapu bersih WC yang tersumbat dan lantai ruang inap yang kotor. Semua sudah bersih. Ayo foto bareng!!!
“Ayo berbaris di depan sekolah. Yang di depan duduk, yang di belakang berdiri”
“1…..2….creeet!!!!…...”
* * *
Siap! Tembak! Dooor! Salah satu game yang kami mainkan secara berkelompok. Begitu juga Happy Song KJ. K Ayub menyanyikan sepenggal lirik KJ lalu anggota kelompok yang tahu lirik selanjutnya, silahkan berdiri dan menyanyikannya. Eh, Kelompok Kodok (K Netty cs) juga ikut Happy Song.
Dan…….ini saat yang ditunggu-tunggu. Nge-games di luar gereja. Setiap kelompok sudah mulai melewati satu per satu rintangan yang membutuhkan nyali dan kekompakan. Rintangan pertama adalah melewati rongga ban. Ban kendaraan berukuran sedang ini ditanam di tanah berlumpur dengan jarak tertentu. Satu per satu merayap melewati rongga ban. “Awas makan lompor atau sesak dalam rongga ban”
Ow, badan penuh lumpur seperti kerbau sehabis berkubang. Sudah begitu lumpurnya bau.
Tantangan kedua ini menguji kerja sama tim. Mata kami ditutup dengan kain. Sebatang bambu yang diujungnya ada bola karet, diikat dengan tali rafia pada batang bambu ini. Tali rafia yang panjang ini kami pegang ujungnya Di bawah komando seorang teman yang tidak ditutup matanya, kami berusaha berjalan melewati rute yang ada. Hati-hatilah melangkah. Ada tali yang melintang. Kalau kaki tersangkut ya, jatuh! Tali rafia dipegang baik-baik ya! Kalau tidak bambunya goyang dan bola di atas bambu jatuh maka dinyatakan kalah. Belum sampai finish, kelompok Tikus gugur karena bola yang di atas bambu jatuh.
Game ketiga tidak terlalu menantang. Hanya membutuhkan kecepatan liukan tubuh yang tepat. Kami berdiri melingkar sambil berpegangan tangan. Gelang dari selang berdiameter sekitar 50 cm lebih yang sudah melingkar di tangan salah satu anggota kelompok kemudian dipindahkan ke teman yang lain dengan tetap berpegangan tangan.
Game terakhir yaitu menggigit sendok yang di atasnya ada kelereng. Lalu berjalan meliuk melewati deretan kursi menuju finis. Baru beberapa liukan, kelereng dari sendok Giring jatuh. Kelompok Tikus gagal lagi. Tapi syukurlah karena kelerengnya tidak tertelan.
* * *
Begitu turun dari truk, beberapa orang langsung salto ke kolam Tubaki. Yang masih berdiri di tepi kolam diseret atau dilempar ke kolam. Beberapa teman dari Betun terus mengejar Ketua Pemuda mereka sampai di dalam hutan di seputaran kolam Tubaki namun tidak berhasil diringkus untuk dilemparkan ke kolam. Giring yang tanganga di tepi kolam, diseret paksa lalu dilemparkan ke kolam oleh tiga orang teman dari Polycarpus.
Pulang dari kolam Tubaki, langsung membereskan semua bawaan. Tas-tas diangkut ke truk lalu ke gereja untuk ibadah penutupan. Sebelum itu, pengumuman pemenang Talent Show tadi malam dan games tadi siang. Kelompok Tikus memang tidak juara dalam games tapi Talent Show sudah pasti kamilah sang juara satunya. Enak!!! Dapat bingkisan yang isinya notes.
Setelah ibadah yang dipimpin Pak Vic. Simon Petrus Amung, S.Th kami bersalam-salaman lalu…………………………………..!!!!!!!!!!
Dadaaaaaaaaaaaaaaaa, Betun! Daaaaaaaaaaaaaa, Ebenhezer!!! Daaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa Pak Vic & K Bobi!! Daaaaaaa!!! Pemuda Ebenhezer Betun! Daaaaaaaaaaaaaa, mama2 yang bamasak untuk kami selama tiga hari!! Makasi atas semua-muanya!!! Mmmmmmuah! Mmmmmuah!!!!!!
Ketiga truk dan hardtop terus melaju menuju Atambua. Sepanjang jalan dari Betun-Atambua, Nina Ate, Yana, Sarah cs terus menyanyikan berbagai jenis lagu. Mulai dari lagu sekolah minggu, KJ, pop, dangdut hingga lagu-lagu perjuangan seperti Garuda Pancasila. Memasuki wilayah Nenuk, mereka ramai-ramai teriak “I’m coming Atambua.” Lalu ketika sampai di Km. 1 “I’m coming Polycarpus”.
Sesudah tas-tas dibongkar dan dibuang dari truk, semua berkumpul di dalam gereja dan berdoa. Sebelum pulang ada sesuatu dari Giring. Sebuah rekaman kegiatan selama BC 2008 di Niki-niki. Tulisan-tulisan ini pernah di-online-kan namun ditambahkan beberapa tulisan lagi lalu dibukukan. Sebenarnya buku ini harus dibawa ketika datang pertama kali ke Atambua namun karena terdesak oleh waktu sehingga tidak sempat cetak untuk perbanyak. Saat BC di Loomaten ditunda, Giring kembali dan dalam tenggang waktu yang ada, Giring mencetak dan memperbanyak buku tersebut. Hanya 18 eksemplar sementara ada 20 rayon dan ratusan pemuda. Nanti perbanyak sendiri e! Semoga tulisannya bermanfaat bagi kita semua. Nantikan saja buku tentang BC 2010 di Betun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar