Komunitas Akar Rumput (KoAR) sebagai salah satu organisasi yang ada di Kota Kupang, dalam berjuang menuju impiannya untuk bekerja sama menciptakan solidaritas manusia terhadap manusia dan manusia terhadap alamnya melalui kemitraan bersama akar rumput, mengadakan visioning bagi 15 peserta. Kegiatan tersebut dilakukan dari 20-22 Januari 2011, pada 17.00-21.00 Wita, di sekretariat Pikul, Jl. Wolter Monginsidi II, Pasir Panjang, Kota Kupang. Berikut laporan selengkapnya yang disusun oleh Imanuel “Bai” Lopis, salah satu peserta visioning KoAR.
Kamis, 20 Januari 2011
Mengenal Kekuatan Diri
Peserta visioning KoAR memasang "kekuatan kesuksesan" ke papan kekuatan.
Ada tiga orang tukang batu. Saat tukang batu pertama ditanya mengapa ia memecah batu, ia menjawab bahwa ia memecah batu karena memang haruslah begitu. Saat tukang batu kedua ditanya, ia menjawab bahwa ia memecah batu karena ingin membuat sebuah fondasi dan saat tukang batu ketiga ditanya, ia menjawab bahwa ia memecah batu untuk membuat sebuah gedung. Ilustrasi ini disampaikan mama Silvia Fanggidae, mengawali visioning KoAR. “Ketika berada di KoAR, kita harus tahu seperti apa visi ke depan seperti tukang batu yang tahu mengapa ia memecah batu,” kata Ma Ile, sapaan akrab Mama Silvi Fanggidae.
Visioning hari pertama ini dimulai dengan perkenalan. Setiap peserta diminta membuat tiga buah gambar. Gambar pertama adalah gambar permainan favorit semasa kecil, gambar kedua adalah gambar tiga hal yang membuat orang lain tertarik dengan diri sendiri dan gambar ketiga adalah gambar lagu kesukaan yang sementara populer. “Gambar lagu karmana e?” tanya seorang peserta visioning kepada saya.
Setelah selesai menggambar, setiap peserta memperkenalkan diri melalui gambar-gambarnya, diakhiri dengan menyanyikan satu bait lagu kesukaan yang digambarkan itu. Selain lagu pop barat dan pop Indonesia yang sementara populer, ternyata ada peserta yang menyukai lagu anak-anak seperti Balonku Ada Lima dan Bintang Kecil di Langit yang Biru. Salah satu peserta bahkan menjadikan Indonesia Raya sebagai lagu favorit.
Acara perkenalan selesai lalu Ma’ Ile mulai mengulas tentang belajar. Dalam proses belajar terdapat suatu hal baru yang diciptakan. Dengan ciptaan itu, masalah bisa terjawab atau bahkan dikunokan. Dalam proses belajar, kita juga harus mengenal apa yang dinginkan dan kekuatan apa yang dimiliki setiap orang.
Berkaitan dengan pengenalan kekuatan pribadi, kami diminta menuliskan lima kesuksesan pada lima potong kertas dan dibalik kertas itu dituliskan kekuatan yang membuat kesuksesan itu tercapai. Kemudian, kami berdiskusi dengan teman untuk memilih salah satu kesuksesan yang paling berkesan. Kesuksesan yang berkesan itulah yang kemudian dipresentasikan. Ada yang sukses dalam aksi kemanusiaan, percintaan, menulis puisi dan opini di surat kabar, menjadi ketua panitia, reuni dengan teman sekolah dan sebagainya. Kekuatan-kekuatan kesuksesan itu juga beragam. Ada kekuatan doa, imajinasi, nekat, kepedulian, pantang menyerah serta puluhan kekuatan lainnya.
Kekuatan-kekuatan tersebut lalu ditempelkan pada “papan kekuatan”. Di akhir kegiatan ini, Ma’ Ile mengatakan, “Dari cerita kesuksesan ini, kita telah menemukan kekuatan untuk KoAR.”
Tanpa terasa, visioning hari pertama berakhir. Kegiatannya berlangsung penuh ceria dan kreatif, apalagi dengan menggambar, menulis, menyanyi dan bergoyang.
Jumat, 21 Januari 2011
Menggambar Mimpi
Ani Suyono, salah satu peserta visioning, sedang menjelaskan mimpinya yang digambar
“Menggambar mimpi sama dengan memvisualisasikan mimpi dan akan lebih mendorong kita untuk mencapai mimpi,” kata Ma’ Ile di hari kedua visioning.
Hari ini juga kami diminta untuk menggambar impian pribadi yang akan dicapai pada 2013. Sesudah menggambar, kami mempresntasikan mimpi itu dan diakhiri dengan sebuah puisi tentang mimpi. Ada yang bermimpi jadi aktivis, jaksa, penulis, sarjana, penyuluh pertanian, dan lain-lain.
Kegiatan berikut yakni membuat mind map demokrasi. Kami dibagi dalam tiga kelompok lalu mencari tiga berita di koran yang berkaitan dengan demokrasi (demokrasi yang diartikan menurut pemahaman pribadi). Berita-berita tersebut digunting lalu ditempel di karton kemudian dituliskan komentarnya. Satu masalah yang mengemuka dari dua kelompok yaitu kekisruhan Pemkot Kupang dan DPRD Kota Kupang dalam pembahasan APBD 2011. Saran dari kedua kelompok itu yakni Pemkot dan DPRD bisa berdamai dan melanjutkan pembahasan APBD tersebut. Masalah demokrasi yang unik dari kelompok yang satu lagi yaitu komunikasi orang tua dan anak dalam lingkungan keluarga. Orang tua harus membangun komunikasi yang harmonis dengan anak.
Diskusi mengenai berita demokrasi pun berakhir. Ma’ Ile berpesan, “Selalu pikirkanlah sebuah gagasan.”
Sabtu, 22 Januari 2011
KoAR 2013
Peserta menggambar di hadapan empat piring gorengan
Hari ini kami diperlihatkan sebuah cuplikan video yang menggambarkan tentang dua tim sepak bola anak-anak. Saat bermain bola, kedua tim mengerumuni bola dan ramai-ramai menendang. Saat pelatih menginstruksikan untuk membawa bola ke gawang lawan, mereka malah membawa bola ke gawang sendiri. “Apa yang bisa didapat setelah menonton video ini?” tanya Ma’ Ile. Ada yang menjawab bahwa anak-anak tidak memahami instruksi, kekuatan pemain sebaiknya dibagi ke semua lini, dan sebagainya. Ma’ Ile mengatakan kepada kami bahwa yang harus dipelajari dari video tersebut yaitu memahami goal atau tujuan sehingga ada upaya untuk mencapainya. “Ada organisasi yang tidak memiliki tujuan padahal berkegiatan dan cape padahal struktur organisasinya jelas,” tambah Ma’ Ile.
Setelah Ma Ile, Om Ody Messakh yang membagi pengalaman seputar organisasi kepada kami. Om Ody mengatakan organisasi itu penting dalam penyelesaian suatu masalah. “Jika kita belajar berorganisasi, apapun tantangannya, kita dapat bergabung mencari solusinya,” tegas Om Ody mengawali pemaparannya.
Satu hal yang menarik dari penjelasan Om Ody yaitu kekuatan organisasi yang terbentuk dari kekuatan orang-orang yang ada di dalamnya. Di KoAR terdapat banyak anggota dengan banyak potensi, disiplin ilmu dan kesuksesan yang menjadi kekuatan KoAR. “Sapa sukses buat apa, bawa itu dan terapkan di KoAR,” harap Om Ody.
Om Ody selesai dan kami kembali bersama Ma’ Ile. Lagi-lagi kami bermain-main dengan gambar dan menggambar dalam kelompok. Setiap kelompok diberikan aneka gambar. Gambar-gambar tersebut lalu diseleksi dan dijadikan sebagai impian KoAR ke depan yang dalam bentuk vision board atau papan impian. Tiap kelompok menampilkannya dengan kreatif. Ada yang vision board berbentuk jaring laba-laba dan diagram pohon.
Semua mimpi yang terpajang di vision board kebanyakan berkaitan dengan KoAR yang pro rakyat kecil, jaringan luas, melahirkan pemimpin, demokratis, dan yang sejenisnya. Tetapi ada satu mimpi yang menarik yaitu KoAr menjadi organisasi yang romantis.
Di penghujung visioning ini, Ma Ile berpesan, “Harus berpikir menyimpang namun berdasarkan nilai. Selain itu juga harus berdiskusi dengan imajinasi yang liar.” Sebagai latihan berpikir liar, kami diperlihatkan gambar handuk dan mengemukakan ide liar untuk memanfaatkan handuk. Ada yang bilang handuk dijadikan pukat, dijadikan atap, kendaraan, krupuk, media untuk membuat es dan sebagainya. “Handuk dicelup ke wadah berisi air yang telah diberi pemanis kemudian masukan ke kulkas sampai beku. Kalau mau makan es, tinggal potong handuk dan isap esnya,” jelas seorang peserta yang menawarkan ide es handuk.
Berbagi cinta, belajar dan tinggalkan warisan. Kata-kata ini lalu ditanyangkan di slide sebagai penutup visioning. Semoga impian yang telah tergambar dapat tercapai di 2013 dengan kekuatan-kekuatan yang kita miliki.
KARMANA KALAU KITA BENAR-BENAR MERDEKA YA,,BETA RASA KITA BISA,,,
BalasHapusMerdeka hanya sebuah cerita
BalasHapus